Share

Bab 85

Penulis: Naimatun Niqmah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Akhirnya sampai rumah juga, jemput Yuda dan ngantar Yuda les pun sudah. Kulihat baju kotor sudah menggunung. Belum lagi cucian piring kotor di westafel. Ah, pekerjaan perempuan itu kayak nggak ada habisnya. Selalu menunggu setiap menit.

Ku putar mesin cuci dan lanjut ke westafel. Mas Riko lagi rebahan di depan TV, wajahnya terlihat lelah setelah pulang dari manen sawit. Kalau capeknya sudah mentok, paling ujung-ujungnya suruh panggilkan tukang urut.

“Kopi nya, Mas!” ucapku seraya meletakkan secangkir kopi di dekatnya.

“Terimakasih,” sahutnya. Aku mengangguk. Semenjak kejadian dulu itu, Mas Riko jauh lebih baik. Jauh lebih menghargai pekerjaan. Selalu mengatakan tolong jika meminta aku mengerjakan sesuatu, berujung terimakasih jika sudah selesai.

Masalah hidup memang bisa di jadikan bahan renungan. Intropeksi diri sendiri. Dulu rumah tanggaku yang seakan sudah di ujung tanduk, sekarang rumah tangga Toni dan Lika yang memang sudah di ambang kehancuran. Padahal, dulu Toni yang selalau m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 86

    “Naila sakit tumor rahim,” lirihku. Terasa sangat sesak mengatakannya. Apalagi Naila, pasti dia shok berat saat dokter memvonis dia menderita penyakit itu. Kasihan Naila.“Tumor rahim?” Mas Riko mengulang kalimat itu.“Iya, wajar kalau Naila menghilang dari kehidupan Toni,” ucapku. Seakan ikut merasakan penderitaan yang di alami Naila.“Toni sudah tahu?” tanya Mas Riko lagi.“Belum, aku takut malah Toni yang menjauh dari Naila setelah tahu penyakitnya,” jawabku seraya menggeleng, makin terasa sesak.“Mas yakin Toni nggak seperti itu,” jawab Mas Riko. Semoga saja, biar Naila merasakan kebahagiannya.“Mungkin Toni bisa menerima, tapi Ibu?” ucap dan tanyaku. Membuat Mas Riko terdiam. Seakan tak bisa menjawab. Berakhir dengan mengangkat bahunya. Pertanda tak tahu jawabannya.“Setidaknya Toni tahu dulu,” ucap Mas Riko.“Iya, Mas. Karena adek perhatikan Naila sangat tulus mencintai Toni. Terbukti dengan semua pengorbanannya,” balasku. Mas Riko mengangguk.“Tumor rahim bisa di sembuhkan kan?

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 87

    Sampai tempat tujuan. Ramai banget kalah pasar pagi di buatnya. Tapi, telat datangnya. Polisinya sudah pergi. Entah siapa yang di bawa polisi itu. Karena, aku masih melihat Mbak Juwariah meronta-ronta dan banyak yang menenangkannya.“Kenapa, sih, Mak?” tanyaku kepada Mak Rida.“Nggak ngerti juga,” spontan Mak Rida jawabnya. Jelas dia juga nggak tahu. Ah, manusiawi, udah tahu kalau dia juga nggak tahu, masih aja bertanya. Jelas-jelas datang berdua barengan.“Mak, ada apa ya? Kok, Mbak Juwariah meronta-ronta?” tanyaku kepada orang asal saja, yang menurutku dia tahu.“Itu, Mbka, pacarnya dibawa polisi karena buronan,” jawab ibu-ibu paruh baya. “Pacar?” tanyaku mengulang kata itu. “Entah pacar atau bukan nggak tahu deh, Mbak, yang jelas dia meronta-ronta kayak gitu, ada seorang cowok yang di masukin ke mobil polisi,” jawab Mak-Mak itu lagi.“Owh, cowok itu siapa namanya, Mak?” tanyaku balik.“Nggak tahu, Mbak,” jawab Mak itu singkat. Aku hanya mengangguk saja.“Tirta, Mbak,” sahut Emak

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 88

    “Tau, Mas lah yang harusnya lebih tahu tentang mereka, kan mantan,” celetukku. Dia terlihat memonyongkan bibirnya.“Setahuku Tirta itu memang saudara sama Juwariah, tapi saudara jauh gitu, tapi kok sampai segitunya Tirta di jemput polisi, kan aneh?” jawab Mas Riko, seakan-akan membayangkan masa lalu.“Nggak ada yang anehlah, kan mereka saudara,” jawabku asal. Walau dalam hati sebenarnya juga merasa janggal. Belum lagi saat Tirta mendekap Mbak Juwariah, saat Lika kalap di rumahnya waktu itu. Entahlah, saudara yang kayak mana mereka aku juga nggak ngerti.“Tetep aja aneh, menurutku.” Sahut Mas Riko lagi seraya beranjak dar duduknya. Masuk ke dalam rumah. Aku mengikuti langkahnya.....“Yang bener Mbak, Naila sakit itu?” tanya Toni seakan tak percaya. Ya, kami sekeluarga main ke rumah Ibu. sengaja ingin memberi tahu penyakit Naila ke Toni.“Iya, Ton, wajar kalau dia menjauh dari mu, dan merasa tak pantas untuk mu,” jawabku. Aku cerita ini pas nggak ada ibu. Karena Ibu lagi ngajak cucunya

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 89

    [Mbak bisa ke rumah sakit sekarang?] tanya Toni dari seberang. Aku masih tercengang dan belum menjawab pertanyaan Toni.[Hah?] hanya itu yang bisa aku sampaikan.[Mas Riko nggak manen sawit kan Mbak? Kalian ke rumah sakit Halimah, ya?] jawab dan tanya Toni. Tenggorokkan terasa tercekat mau menjawab.[Yang sakit siapa?] tanyaku akhirnya.[Naila, Mbak, cepat ke sini, ya!!] teriak Toni seakan panik. Terasa berhenti berdetak jantung ini. [Mbak, bisa kan?] tanya Toni lagi. seketika tersadar dari tercengangku.[Owh, iya, Ton] tit. Seketika komunikasi terputus.Segera aku mencari Mas Riko. Entah ada di mana dia. Ku geledah semua ruangan yang ada di rumah ini. Tapi juga tak ku temukan dia. Ah, di saat genting seperti ini, kenapa susah nyari dia.“Mas!!!” panggilku dengan suara sedikit meninggi. Tapi tetep saaj tak ada sahutan. Aku beranjak ke luar rumah. mencari di sekitar rumah. Aih, ternyata dia lagi ngobrol dengan Pak Gito tetangga sebelah.“Mas!!” panggilku lagi. Yang di panggil akhirnya

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 90

    “Naila ada di dalam bersama Neneknya, Papanya juga masih perjalanan ke sini, karena Papanya kemarin ke luar kota ada urusan pekerjaan,” jawab Bu Laila seakan tak nyambung dengan pertanyaanku. Mungkin dari pada nggak menjawab.“Boleh saya masuk, Bu?” tanyaku minta ijin. “Jangan dulu, Nak. Tadi aja Toni masuk dia menyuruh Toni keluar. Mungkin dia malu dengan kondisinya,” jawab Bu Laila. Aku melirik Toni.“Kalian semua sudah tahu penyakit Naila, dia terlalu minder dengan kamu, Nak Toni,” jawab Bu Laila dengan air mata berlinang. Toni juga terlihat matanya nanar.“Apa kata dokter, Bu?” tanyaku. Masih sangat penasaran. Bu Laila menarik nafasnya kuat-kuat dan melepaskannya perlahan.“Dokter menyarankan segera melakukan pengangkatan rahim, tapi Naila selalu menolak,” jawab Bu Laila semakin terisak pilu. Sesama perempuan hatiku sangat terasa sesak. Aku juga mendesahkan nafas, ingin membuang rasa sesak ini.“Bu, saya mau menikahi Naila, apapun kondisinya?” celetuk Toni. Kami semua mengarah pa

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 91

    [Bagaimana kabarnya Lika, sehat?] tanya Bu Dokter itu mengawali basa basi. [Masih sering mual aja, Bu,] jawab Lika. Ya, dari awal terdengar wajar.[Biasa, namanya juga maag] jawab Dokter itu. [Tapi karena maag saya kambuh, jadi alasan buat saya kalau saya hamil, biar nggak jadi di cerai sama suami saya,] jawab Lika. Membuat semua mata mendelik saat mendengarnya. Apalagi Lika. Dia terlihat sangat pucat.[Tapi, Lika. Cepat atau lambat pasti akan ketahuan, kalau kamu berbohong,] jawab Dokter itu mengingatkan.[Bu, dokter tenang saja, itu sudah saya pikirkan matang-matang, yang terpenting sekarang suami saya nggak akan menggugat saya,] sahut Lika terdengar sangat percaya.[Tapi, saran saya, kamu harus hati-hati, karena cepat atau lambat akan ketahuan, jadi menurut saya kamu lebih baik jujur,] sahut dokter itu masih berusaha mengingatkan.[Ok, Bu. terimakasih untuk tespeck dua garisnya kemarin,] ucap Lika.[Itu punya pasien, ngomong-ngomong untuk apa kamu memintanya?] tanya dokter itu.[

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 92

    “Aku menyesal mengenalkan kamu kepada Mas Toni, Lika! Aku kira kamu perempuan baik, hingga aku memutuskan untuk mengenalkanmu dengan Mas Toni,” suara Naila terdengar serak dan bergetar. Dengan air mata yang terus berjatuhan. Wajahnya sangat pucat dengan rambut terurai sedikit berantakkan. Lika masih terdiam, dengan memegangi pipi yang habis di tampar oleh Naila.“Aku mencoba mengalah, karena aku merasa nggak pantas untuknya, kamu yang sudah mendapatkannya, menyia-nyiakannya begitu saja. Aku benar-benar menyesal mengenalmu!” ucap Naila lagi, memegang dada mengatur nafasnya. “Naila aku benci kamu!!!” teriak Lika ingin mendorong Naila. Seraya kilat Toni, memasang punggung untuk Naila. Aku seret Lika sebisanya. Agar dia tak menyentuh Naila. Nggak tahu apa jadinya kalau Naila, sampai kena dorongan Lika.“Cukup Lika, Naila tak bersalah, kamu yang bersalah!!!” bentakku ke Lika.“Orang seperti mu tidak bisa mengerti kesalahanmu! Orang sepertimu hanya bisa menyalahkan orang lain!” sungut Mas

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 93

    “Apa? kamu mau menikahi, Naila?” sentak ibu saat mendengar niatan Toni. Kami semua terdiam. Hatiku bergemuruh melihat reaksi ibu. Seakan tak terima.“Restui Toni, Bu!” bujuk Toni memelas. Ibu seketika membuang muka.“Apa kata tetangga, Toni! Kamu belum resmi bercerai dengan Lika, sekarang sudah mau menikah lagi,” ucap Ibu dengan tatapan mata memandang pintu. Tidak mau melihat wajah anaknya. Iya, aku faham maksud ibu. Pasti bagi tetangga yang nggak tahu sebab musabab Toni bercerai, karena Toni ijin menikah lagi. perempuan mana yang mau di madu? Jelas Lika minta cerai. Pasti seperti itu pikiran orang.Belum lagi pikiran keluarga besar Lika. Kalau seandainya tahu Toni nikah lagi dan sebelum resmi bercerai. Entah, seperti makan buah simalakama.“Bu, Toni nggak perduli apa kata tetangga, Toni hanya ingin menikahi Naila sebelum terlambat dan akan meninggalkan penyesalan mendalam,” sahut Toni. Ibu terdiam sejenak. Mengatur hembusan nafasnya.“Toni! Naila itu sakit tumor rahim, susah bagi dia

Bab terbaru

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 115

    Pagi ini Lika berkemas. Menyusun baju-bajunya di koper. Di bantu oleh anak-anak panti yang sudah besar. “Mbak Lika enak ya? punya orang tua, aku juga pengen punya orang tua,” celetuk anak perempuan yang kira-kira umur 12 tahun. Bernama Putri. Membuat Lika tersentuh mendengar omongannya.“Iya,” sahut temannya lagi, yang juga ikut membantu Lika berkemas. Menyadarkan Lika, betapa beruntungnya dia. tapi, dia selama ini tidak mensyukuri itu. Selalu iri dengan kehidupan orang lain. Selalu iri dengan kehidupan Mbak Rasti dulu itu. “Kalian juga beruntung bisa tinggal di panti ini. Jangan merasa nggak punya orang tua. Bu Lexa itukan orang tua kalian,” sahut Lika menanggapi omongan anak-anak panti itu.“Owh, iya, Bu Lexa kan ibu kita,” sahut anak yang lainnya. Putri tersenyum.“Iya, Maksudnya, enak gitu jadi Mbak Lika, orang tuanya masih komplit,” jelas Putri. Membuat Lika sesak saja mendengarnya.“Udah, kalian juga sangat beruntung mempunya orang tua kayak Bu Lexa. Ini semua sudah takdir, ma

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 114

    “Dari mana,Le?” tanya ibunya saat melihat Malik masuk ke dalam kamarnya. Malik tersenyum memandang ibunya.“Main sama temen, Bu. Maaf, ya, seharian ini, Ibu Malik tinggal,” jawab Malik seraya meminta maaf, karena dia merasa nggak enak dengan ibunya.“Nggak apa-apa, Le, kamu juga butuh jalan-jalan. Nggak berkutat di rumah aja, nungguin Ibu,” sahut ibunya. Malik tersenyum lagi, karena hanya ibu dan Mahira yang dia punya. Saudara banyak, tapi jarang sekali komunikasi. Jadi terputus pelan-pelan. “Malik senang di rumah sama ibu,” sahut Malik, kemudian merebahkan badannya di sebelah ibunya. Kemudian tangan ibunya mengelus rambut Malik. Karena Malik sangat senang jika ibunya melakukan itu. Ke dua tangan ibu Malik masih berfungsi, itupun dengan gerakkan lambat. Kalau kakinya sudah tidak berfungsi lagi. “Kamu kok, sedih, Le?” tanya ibunya saat melihat wajah anak sulungnya itu murung. Tanpa bisa di tahan, beningan kristal meleleh dari sudut matanya.“Lah, kok, malah nangis? Cerita sama ibu a

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 113

    “Lika,” sapa Tante Lexa saat membukakan pintu untuk Lika. Lika cepat-cepat menyeka air atanya yang masih terus mengalir. “Tante,” sahut Lika masih terus menyeka air matanya, yang nggak bisa berhenti. Malik sudah pulang. Saat pintu rumah Tante Lexa di buka, Malik langsung memutar mobilnya dan keluar meninggalkan halaman rumah Tante Lexa. “Masuk dulu!” perintah Tante Lexa, seraya menarik tangan Lika menuju ke kursi. Lika nggak enak hati dengan Tante Lexa, karena menangis. ‘Pliis Lika jangan nangis, nanti membuat Tante Lexa bingung dan cemas,’ lirih Lika dalam hati. Dia pikir Tante Lexa nggak tahu sebab dia menangis.“Kenapa menangis?” tanya Tante Lexa memancing reaksi Lika. Lika memaksakan senyum dan masih terus meyeka air matanya.“Nggak apa-apa, Tante,” sahut Lika asal, dengan suara serak dan sesak. Tante Lexa mendesah, kemudian ikut membantu mengusap air mata Lika. Karena Lika sudah di anggap anak olehnya.“Cerita sama Tante! Siapa tahu Tante bisa membantumu,” ucap Tante Lexa. Mata

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 112

    “Hah? Juwariah hamil anak Tirta?” sahut Mas Riko saat aku memberi kabar tentang gosip ini. Ya, sepulang dari warung Mak Rida, aku langsung mencari-cari Mas Riko. Ternyata dia lagi membakar sampah di belakang rumah.“Jangan kenceng-kenceng, Mas, nanti di dengar tetangga,” jawabku sambil celingak celinguk. Dia juga ikutan celingak celinguk.“Paling juga semua orang sudah dengar, kita ini belakangan dengarnya,” sahut Mas Riko. Ah, mungkin seperti itu.“Mungkin, Mas. Tapi kenapa Mbak Juwariah ngenalin Tirta ke Lika? Sampai nginap-nginap di penginapan lagi,” tanyaku. Dia menghentikan pembakaran sampahnya. Beranjak dan mencari tempat teduh di bawah pohon sawit, yang sudah di siapkan kursi kayu, untuk tempat bersantai.“Iya, ya? Harusnya kan cemburu ya?” tanya Mas Riko balik. Sama-sama tak tahu jawaban pastinya. Yang tahu hanyalah Mbak Juwariah. Apa maksudnya?“Kalau menurutku, memang sengaja, mau menghancurkan rumah tangga Lika dan Toni. Dengan Tirta sebagai pancingan, agar Lika nurut denga

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 111

    [Owh jadi mereka kakak beradik, donatur panti Bu Lexa, orang-orang baik, ya] sahut mamanya Lika.[Alhamdulillah, Lika di sini berteman dengan orang-orang baik dan tulus, Bu. Nggak usah khawatir. Saya juga kenal betuk siapa Malik dan Mahira. Sekarang aja ini Lika lagi keluar sama Malik. Katanya untuk pertemuan yang terakhir. Mumpung Lika masih di sini. Dan ternyata benar, kalian sudah di Jogja dan besok akan menjemput Lika,] jelas Bu Lexa panjang.[Lagi keluar sama Malik?] tanya mamanya Likas seraya mengerutkan kening.[Santai, Bu. Saya percama sama Malik seratus persen. Dia anaknya baik, nggak akan neko-neko sama Lika. Lagian Lika sama Malik itu temenan dari SMP] Jelas Bu Lexa lagi, untuk menenangkan hati orang tua Lika.[Owh, saya percaya dengan Bu Lexa. Kalau Bu Lexa yakin kalau Malik itu baik, berarti dia memang baik,] jawab mamanya Lika. Bu Lexa tersenyum.[Yasudah, Bu. sampai sini dulu obrolannya. Insyaallah kami besok ke rumah Bu Lexa,] ucap mamanya Lika lagi, ingin pamit memati

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 110

    “Lika nomornya, kok, aktif, ya?” tanya Pak Samsul kepada istrinya. “Paling ngedrop hapenya,” jawab istrinya santai. Pak Samsul kemudian duduk di kursi. Tak berselang lama, istrinya menghampiri seraya membawakan secangkir Kopi manis. “Ini kopinya, Pa!” ucap istrinya seraya meletakkan di atas meja.“Makasih, Ma,” jawab Pak Samsul. Istrinya tersenyum.“Sama-sama,” jawabnya kemudian duduk. “Nova kemana, Bu?” tanya Pak Samsul kepada ibunya. Kemudian Nenek Rumana juga ikut mendekat dan bergabung bersama anak dan menantunya.“Ke loundrynya,” jawab Nenek Rumana seraya duduk di kursi. Pak Samsul kemudian mengambil kopi yang di buatkan istrinya. Meniupnya pelan dan menyeruputnya.“Alhamdulillah senang melihat Nova sudah bisa mandiri. Udah punya usaha juga,” sahut Pak Samsul setelah meletakkan kopinya di meja.“Iya, Ibu juga senang melihat kemajuan Nova. Cuma dari segi asmara dia kurang beruntung,” jawab Nenek Rumana.“Biarkan, Bu. Nova perempuan baik, insyaallah kalau menikah lagi, juga akan

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 109

    “Bu, maafkan Ria!” ucap Ria seraya menunduk. Ya, hari ini Juwariah menemui mertua Rasti lagi. Masih di dampingi oleh Bulek Arum.Ibunya Riko terdiam. Hatinya masih sakit dengan perbuatannya di masa lalu. Masih belum mau memandang wajah Juwariah. Menurut dia, terlalu dalam Juwariah membuat luka. Hingga menyebabkan hancurnya rumah tangga anaknya, karena ide-ide konyolnya.“Bu, tolong maafkan keponakan saya!” ucap Bulek Arum juga angkat bicara. Dia kasihan dengan keponakannya. Mertua Rasti kemudian menatap pandang ke Bulek Arum.“Lidah saya mungkin bisa memaafkan! Tapi, hati saya masih sakit atas kejahatan Ria di masa lalu. Tak semudah itu memaafkan,” sahut mertua Rasti. Membuat bulek Arum mendesah. Ria yang bersangkutan masih menunduk, air matanya berjatuhan. Dia menyadari kalau dirinya memang salah.“Bu, Ria mengaku dan Ria akui kalau Ria memang salah. Ria mau memperbaiki ini semua. Ria mau memperbaiki diri, makanya Ria meminta maaf sama kalian semua,” ucap Ria. Hatinya sudah nggak ter

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 108

    “Bulek, Lika emang pacar Malik, ya?” tanya Halim kepada Tante Lexa. Seketika yang di tanya langsung mengerutkan kening. Mengambil toples yang dekat dengannya.“Bulek juga nggak tahu mereka pacaran apa nggak, yang Bulek tahu mereka dekat,” jawab Tante Lexa seraya membukan dan mengambil camilan dalam toplek. Kemudian mengunyahnya.“Owh,” sahut Halim lirih. Pikirannya masih kemana-mana.“Kenapa?” tanya Tante Lexa serara memandang Halim.“Nggak, sih, Bulek. Cuma pengen kenal Lika lebih saja, itupun kelau mereka beneran nggak pacaran, ya! kalau mereka pacaran aku nggak mau merusak hubungan orang,” jawab Halim. Tante Lexa mendesah dia bisa menebak apa yang di pikirkan oleh Halim.“Mereka aja jalan pakae kaos couple gitu, ya, mungkin ada hubungan lebih,” sahut Tante Laxa. Halim terdiam, mengingat kembali mereka menggunakan baju apa. “Iya, juga, ya, Bulek,” ucap Malik. Tante Lexa tersenyum seraya menggelengkan kepala.“Bukannya kamu suka cewek berhijab?” tanya Tante Lexa. Halim tersenyum. Ya

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 107

    “Alhamdulillah udah sampai Jogja lagi,” ucap Tante Nova kepada kakaknya. Orang Tua Lika. “Iya, alhamdulillah,” jawab Bu Santi. Adiknya tersenyum, kemudian membantu memasukkan tas yang mereka bawa.Pak Samsul dan Bu Santi menyalamani ibunya. Nenek Rumana. Kemudian Nenek Rumana mengusap kepala mereka dengan penuh kasih sayang.“Sehat, Bu?” tanya Pak Samsul kepada ibunya. “Alhamdulillah sehat,” jawab Nenek Rumana.“Alhamdulillah,” sahut Pak Samsul. Kemudian mereka duduk di kursi. Tante Nova menyiapkan teh untuk kakak kandung dan iparnya.“Kalian udah yakin mau menjemput Lika?” tanya Nenek Rumana. Pak Samsul mendesah.“Yakin, Bu. saya juga nggak mau lama-lama menghukum Lika. Kata Bu Lexa dia juga sudah banyak berubah,” jawab Pak Samsul. Terdengar suara dia yang lelah, karena perjalanan jauh.“Iya, Bu. Biar dia bisa segera kerja lagi. Terlalu lama dia menganggur, takutnya ilmunya pada ilang,” sahut mamanya Lika. Nenek Rumana mendesah. “Iya, kasihan ilmunya mubadzir terlalu lama di anggu

DMCA.com Protection Status