All Chapters of Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Chapter 91 - Chapter 100

224 Chapters

Bab 91

[Bagaimana kabarnya Lika, sehat?] tanya Bu Dokter itu mengawali basa basi. [Masih sering mual aja, Bu,] jawab Lika. Ya, dari awal terdengar wajar.[Biasa, namanya juga maag] jawab Dokter itu. [Tapi karena maag saya kambuh, jadi alasan buat saya kalau saya hamil, biar nggak jadi di cerai sama suami saya,] jawab Lika. Membuat semua mata mendelik saat mendengarnya. Apalagi Lika. Dia terlihat sangat pucat.[Tapi, Lika. Cepat atau lambat pasti akan ketahuan, kalau kamu berbohong,] jawab Dokter itu mengingatkan.[Bu, dokter tenang saja, itu sudah saya pikirkan matang-matang, yang terpenting sekarang suami saya nggak akan menggugat saya,] sahut Lika terdengar sangat percaya.[Tapi, saran saya, kamu harus hati-hati, karena cepat atau lambat akan ketahuan, jadi menurut saya kamu lebih baik jujur,] sahut dokter itu masih berusaha mengingatkan.[Ok, Bu. terimakasih untuk tespeck dua garisnya kemarin,] ucap Lika.[Itu punya pasien, ngomong-ngomong untuk apa kamu memintanya?] tanya dokter itu.[
Read more

Bab 92

“Aku menyesal mengenalkan kamu kepada Mas Toni, Lika! Aku kira kamu perempuan baik, hingga aku memutuskan untuk mengenalkanmu dengan Mas Toni,” suara Naila terdengar serak dan bergetar. Dengan air mata yang terus berjatuhan. Wajahnya sangat pucat dengan rambut terurai sedikit berantakkan. Lika masih terdiam, dengan memegangi pipi yang habis di tampar oleh Naila.“Aku mencoba mengalah, karena aku merasa nggak pantas untuknya, kamu yang sudah mendapatkannya, menyia-nyiakannya begitu saja. Aku benar-benar menyesal mengenalmu!” ucap Naila lagi, memegang dada mengatur nafasnya. “Naila aku benci kamu!!!” teriak Lika ingin mendorong Naila. Seraya kilat Toni, memasang punggung untuk Naila. Aku seret Lika sebisanya. Agar dia tak menyentuh Naila. Nggak tahu apa jadinya kalau Naila, sampai kena dorongan Lika.“Cukup Lika, Naila tak bersalah, kamu yang bersalah!!!” bentakku ke Lika.“Orang seperti mu tidak bisa mengerti kesalahanmu! Orang sepertimu hanya bisa menyalahkan orang lain!” sungut Mas
Read more

Bab 93

“Apa? kamu mau menikahi, Naila?” sentak ibu saat mendengar niatan Toni. Kami semua terdiam. Hatiku bergemuruh melihat reaksi ibu. Seakan tak terima.“Restui Toni, Bu!” bujuk Toni memelas. Ibu seketika membuang muka.“Apa kata tetangga, Toni! Kamu belum resmi bercerai dengan Lika, sekarang sudah mau menikah lagi,” ucap Ibu dengan tatapan mata memandang pintu. Tidak mau melihat wajah anaknya. Iya, aku faham maksud ibu. Pasti bagi tetangga yang nggak tahu sebab musabab Toni bercerai, karena Toni ijin menikah lagi. perempuan mana yang mau di madu? Jelas Lika minta cerai. Pasti seperti itu pikiran orang.Belum lagi pikiran keluarga besar Lika. Kalau seandainya tahu Toni nikah lagi dan sebelum resmi bercerai. Entah, seperti makan buah simalakama.“Bu, Toni nggak perduli apa kata tetangga, Toni hanya ingin menikahi Naila sebelum terlambat dan akan meninggalkan penyesalan mendalam,” sahut Toni. Ibu terdiam sejenak. Mengatur hembusan nafasnya.“Toni! Naila itu sakit tumor rahim, susah bagi dia
Read more

Bab 94

“Apa? wanita tak mempunyai rahim akan kamu nikahi?” bentak ibu memandang ke arah Toni. Aku hanya bisa tertunduk takut dan memejamkan mata. Tak tega melihat Toni. Hatiku merasa sangat bersalah dengan Toni. Lagian kenapa Ibu tanyanya sama aku, nggak sama Mas Riko atau Toni?“Karena Naila mau operasi pengangkatan rahim itu, Toni mau menikahi Naila sebelum operasi itu di lakukan,” sahut Toni masih kekeh dengan niatnya. Masih berusaha membujuk ibunya.“Apa maksudmu, Ton!!!” teriak ibu, seakan bingung dengan jalan pikir anaknya.“Naila tetap kekeh nggak mau di angkat rahimnya, Ibu! makanya Toni ingin segera menikahi dia, biar dia mau di operasi, karena Toni nggak mau nyawa Naila yang terancam,” Toni mencoba menjelaskan dengan suara naik turun. Aku mengerti maksud Toni. Dia menikahi Naila di saat organ tubuhnya masih utuh. Ketika salah satu organ tubuh itu akan di ambil, Naila mendapatkan dukungan dari orang yang dia cintai. “Nggak! Ibu tetap nggak setuju!” ibu masih bersikeras dengan pendi
Read more

Bab 95

Suasana malam hari di Rumah Sakit. Masih ramai orang yang menjenguk keluarga atau sahabat. Yuda aku titipkan ke Bu Retno. Kasihan dia jika harus ikut lagi. Apalagi dia besok harus sekolah. Naila tetap dengan pendiriannya, nggak mau untuk di angkat rahimnya. Dia hanya bisa menangis, memohon kepada keluarganya, untuk membatalkan operasi itu. “Saya nggak tahu lagi, bagaimana harus membujuk Naila,” celetuk Bu Laila. Kami semua terdiam. Kulirik Ibu dia juga masih membisu.“Saya ingin menengoknya, Bu,” ucap Toni.“Bujuk dia ya, agar dia mau melakukan operasi itu,” pinta Mama Naila. Toni hanya bisa mengangguk pelan.“Boleh saya juga ikut masuk?” tanya Ibu kepada mama Naila.“Silahkan, Bu! terimakasih sudah mau menjenguk anak saya,” jawab Bu Laila. Ibu mengangguk perlahan. Kemudian ikut masuk ke dalam ruangan. Aku juga mengikuti mereka masuk ke ruangan Naila. Karena penasaran.Wajah Naila sangat pucat. Rambutnya berantakan. Matanya sembab, mungkin habis menangis lama. Toni duduk di kursi de
Read more

Bab 96

“Atau kamu memang nggak sayang dengan nyawa kamu? Hingga ingin meninggalkan kami semua?” tanya Toni lagi. Air mata Naila semakin berjatuhan tiada henti. Dari tadi aku hanya bisa diam. Karena jujur juga bingung mau ngomong apa. Ku lihat Bu Laila melihat kami dari pintu. Karena pintu Rumah Sakit ini separuh atasnya kaca bening. Jadi bisa melihat kondisi pasien tanpa harus masuk ke dalam. Dia juga menangis, melihat perjuangan Toni membujuk Naila.Aku mendekati Naila, memegang tangannya. Berusaha menenangkan kegundahan hatinya.“Nai, boleh Mbak ngomong sesuatu?” tanyaku memulai pembicaraan. Ku lihat Ibu dia juga memandangku lekat. Begitu juga dengan Toni. Mas Riko tidak ada di sini. Dia menunggu di luar.“Silahkan Mbak,” lirih Naila juga menatapku.“Apapun yang ada di dunia ini, menurut Mbak masih bisa kita dapatkan, asalkan kita mau berusaha. Tapi ada satu yang tidak bisa kita dapatkan, kamu tahu itu apa?” tanyaku. Dia masih terdiam, seakan memikirkan ucapanku.“Cinta?” Jawab Naila, sea
Read more

Bab 97

Pagi ini tugas ibu negara sudah menunggu. Badan rasanya capek luar biasa. Ngilu-ngilu gimana gitu, karena kemarin bolak balik rumah sakit. Yuda sudah di antar papanya berangkat ke sekolah. Aku masih dengan berkutat dengan dapur dan kamar mandi. Dari cuci piring sampai cuci baju dan ngepel.Setelah semua beres sudah mandi juga tentunya, aku mendekati Mas Riko yang lagi asyik dengan gawainya. Mungkin dia hanya buka-buka youtube.“Mas,” sapaku. Dia memandang seraya mengangkat satu alisnya.“Hemmm,” jawabnya, masih dengan mengangkat sebelah alisnya.“Maaf, ya, kalau aku kemarin aku bilang sama Naila, kalau aku mau memberikan anak ke dua kita ke Naila, kalau dia menikah dengan Toni,” ucapku. Dia menautkan ke dua alisnya. Aku merasa bersalah dengan Mas Riko, karena di kamar Naila kemarin tidak ada Mas Riko. Aku takut dia marah dan nggak setuju. Apalagi dia terdiam sekarang. Dag dig dug rasanya hati ini.“Kamu hamil?” tanya Mas Riko. Sekarang aku malah yang menautkan alis.“Belum, maksudku b
Read more

Bab 98

“Mak Rida, sudah ini,” celetukku. Dia terlihat menyudahi bungkus membungkus gula.“Iya, Mbak Rasti bentar,” sahutnya seraya beranjak dari duduknya di kursi kecil. Langsung mendekat ke arah kasir.“Wah, borong ini?” celetuk Mak Rida.“Borong apa lah, Mak? sekalian Mak mumpung habis gajian sawit kemarin,” balasku. Dia tersenyum seraya menghitung semua belanjaanku.“Eh, Mbak Rasti, udah tahu info tentang Mbak Juwariah belum?” tanya Mak Rida mulai ngegosip. Tapi jujur aku juga penarasan gimana nasib Mbak Juwariah.“Emmm, yang meraung-raung kemarin? Kan aku nengoknya sama Mak Rida?” jawabku asal. Biar nggak kelihatan kepo kalau kata anak jaman sekarang.“Bukan ini terbaru lagi,” jawab Mak Rida. Aku semakin mengerutkan keningku.“Terbaru lagi? apa, Mak?” tanyaku penasaran. Sangat penasaran. Karena setahuku terakhir mendengar kabar Mbak Juwariah, ya dia guling-guling nggak jelas, saat Tirta di tangkap Polisi.“Dia hamil, sekarang,” jawab Mak Rida berbisik mendekat ke arahku. Seraya celingak
Read more

Bab 99

“Hah? Juwariah hamil anak Tirta?” sahut Mas Riko saat aku memberi kabar tentang gosip ini. Ya, sepulang dari warung Mak Rida, aku langsung mencari-cari Mas Riko. Ternyata dia lagi membakar sampah di belakang rumah.“Jangan kenceng-kenceng, Mas, nanti di dengar tetangga,” jawabku sambil celingak celinguk. Dia juga ikutan celingak celinguk.“Paling juga semua orang sudah dengar, kita ini belakangan dengarnya,” sahut Mas Riko. Ah, mungkin seperti itu.“Mungkin, Mas. Tapi kenapa Mbak Juwariah ngenalin Tirta ke Lika? Sampai nginap-nginap di penginapan lagi,” tanyaku. Dia menghentikan pembakaran sampahnya. Beranjak dan mencari tempat teduh di bawah pohon sawit, yang sudah di siapkan kursi kayu, untuk tempat bersantai.“Iya, ya? Harusnya kan cemburu ya?” tanya Mas Riko balik. Sama-sama tak tahu jawaban pastinya. Yang tahu hanyalah Mbak Juwariah. Apa maksudnya?“Kalau menurutku, memang sengaja, mau menghancurkan rumah tangga Lika dan Toni. Dengan Tirta sebagai pancingan, agar Lika nurut denga
Read more

Bab 100

“Masih di Rumah Sakit. Pulang bentar cuma untuk Mandi dan ganti baju,” sahut Ibu masih belum merubah posisinya. Merebahkan badan di sandaran sofa, seraya memejamkan mata.“Restui aja mereka, Bu!” sahut Mas Riko seraya mendekat ke kami. Duduk di sebelah ibunya. Kemudian meletakkan kepalanya di pangkuan ibu. Menyelonjorkan kaki lurus ke sofa. Melihat kelakuan Mas Riko ke Ibu seperti itu, terlihat kayak masih bocah. Namanya Ibu akan selalu menganggap anaknya itu masih anak-anak saja, terbukti walau matanya masih terpejam, tangan ibu membelai kepala anaknya.“Ibu takut Toni menyesal, karena terkesan buru-buru,” jawab Ibu pelan. Aku bisa mengerti sebenarnya jalan pikiran ibu. Semoga nyawa Naila masih bisa bertahan menunggu ibu memberikan restu. Karena aku melihat badan Naila juga terlihat semakin kurus“Sebenarnya cinta mereka nggak terburu-buru, Bu. Bahkan jauh sebelum Toni mengenal Lika,” jawab Mas Riko santai. kuamati Mas Riko juga menikmati tangan ibu mengelus kepalanya. Tapi pandai ju
Read more
PREV
1
...
89101112
...
23
DMCA.com Protection Status