“Nggak usah repot-repot, Mbak. Saya nggak lama, kok, di sini,” jawabku cepat. Nggak mungkin juga kan, nunggu sampai suaminya pulang kerja nanti sore?“Owh, gitu. Emang ada masalah apa dengan Mbak Juwariah?” tanyanya. Seakan juga penasaran.“Kenalkan dulu, Mbak. Nama saya Lika,” ucapku, seraya mengulurkan tangan. “Owh, iya, sampai lupa kenalan, ya, nama saya Sarah,” jawabnya seraya sedikit tertawa. Aku juga membalas tawanya. Biar semakin akrab. Kalau suaminya bukan saudara dari Mbak Juwariah, aku malas juga kenalan. Suatu saat nanti aku pasti membutuhkan dia.“Saya memang ada sedikit masalah dengan Mbak Juwariah, tapi maaf, ya, saya nggak bisa cerita,” ucapku lagi. Dia mengangguk seakan memahami.“Owh, iya, Mbak. Saya bisa mengerti,” jawabnya. “Mbak, boleh minta no hapenya? Biar lebih kenal gitu, biar bisa jadi teman,” pintaku. “Owh, bisa mbak. Bentar saya ambilkan hape saya dulu, nggak hafal soalnya,” jawabnya seraya beranjak masuk. Tak lama kemudian, dia keluar seraya mengutak ati
Read more