All Chapters of Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Chapter 101 - Chapter 110

224 Chapters

Bab 101

Aku juga mengikuti langkah ibu. Penasaran juga, kenapa Toni teriak-teriak memanggil ibunya. Setelah sampai di ambang pintu, Toni masih nangkring di motornya. Seraya melepaakan helmnya. Tapi di belakang Toni juga ada mobil yang terparkir. Siapa?Toni turun dari motornya. Mendekat ke arah kami. Mencium punggung tangan Ibunya. Mataku masih fokus ke mobil itu. Siapa orang di dalam mobil itu? Saat pintu di buka, turun seoarang lelaki paruh baya. Kemudian di susul juga dengan wanita paruh baya. Setelah jelas, barlah aku mengenali mereka. Pak Samsul dan Bu Santi ternyata. Tapi ada apa mereka ke sini?“Itu orang tuanya Lika?” lirih ibu seraya bertanya seakan bingung. Padahal juga udah jelas itu besannya datang. Tapi, mungkin hanya untuk memastikan.“Iya, Bu. Mama sama Papa,” jawab Toni. Ibu mengangguk seraya tersenyum ke arah besannya itu. Walau sudah jatuh talak dengan Lika, setidaknya mereka belum resmi bercerai secara negara. Jadi masih bisa di bilang besan atau semi besan. Hi hi hi.“Teru
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Bab 102

“Owh, ini, iya agak sedikit pusing,” jawab Ibu seraya masih memegangi dua koyonya itu.“Oh, iya bagaimana keadaan Lika?” tanyaku, sengaja mengalihkan pembicaraan. Mereka terlihat terdiam.“Lika masih mual dan muntah, kasihan dia, lagi hamil tapi suaminya malah mau menikah lagi,” celetuk Bu Santi cukup mengejutkan. Seketika bibir ini menganga. Berarti Lika belum memberi tahu kalau kehamilannya itu bohong? “Ma, percaya sama Toni, Lika itu tidak hamil, dia hanya kena maag,” jawab Toni. Tapi kulihat ekspresi Bu Santi tak menyukai ucapan Toni.“Gini, Bu, niat kami datang ke sini, memohon pada kalian, setidaknya tunggu Lika lahiran dulu, kalau Toni ingin menikah lagi,” ucap Pak Samsul. Apa yang mau di tunggu? Ada bayi juga nggak dalam rahim Lika. Dasar Lika, belum puas juga dia ternyata.“Jujur saja, Pak. Saya sendiri juga pusing mikirin ini, sampai tempel koyo dua, masih juga terasa nggak mempan,” sahut Ibu. Sebenarnya pengen ketawa, tapi aku tahan. Nggak mungkinlah mau ngakak di kondisi
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Bab 103

“Kita pulang saja, Ma! Papa malu dengan perbuatan Lika,” Ucap Pak Samsul setelah mendengar rekaman Lika dan dokternya. Ya, setelah salam dari orang tua Naila, tak berselang lama Mas Riko juga datang. Kulihat Bu Santi wajahnya merah padam. Seakan merasa malu. Entahlah, malu atau marah dengan kami. Kalaupun mau marah itu harusnya sama anaknya sendiri. Kulirik ibu semakin memijit kepalanya.“Bu, kami pulang dulu!” Pamit Pak Samsul. “Dasar Kamu Rasti!! Sukanya nyebar video nggak jelas!!” sungut Bu Santi tiba-tiba. Reflek semua mata mengarah padanya.“Mama!!!” bentak Pak Samsul. Seketika Bu Santi langsung diam. Mungkin kalau nggak ada suaminya, entah seperti apa dia akan marah-marah.“Eh, eh, eh, kok malah nyalahin mantu saya?” sahut ibu yang seakan tak terima. “Iya, kok malah nyalahin istri saya? harusnya kalian berterimakasih kepada Rasti, karena bisa terbongkar kebohongan anak kalian,” sahut Mas Riko juga. Kulihat Pak Samsul, wajahnya makin pucat. Entahlah, mungkin pucat menahan malu
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Bab 104

Kedua orang tua Naila lagi-lagi saling beradu pandang. Seakan bingung mau menyampaikan niat mereka datang ke sini.“Saya sebagai ibu yang telah melahirkan Naila, memohon kepada ibu untuk memberikan sedikit saja kebahagian kepada anak saya, untuk merestui anak saya menikah dengan anak ibu. walau saya tahu, saya egois meminta ini. Meminta hal yang berlebihan, karena ...,” ucapan Bu Laila menggantung di udara. Dia memegang dadanya. Seakan menahan tangis yang ingin meledak.Kuamati wajah mereka satu persatu. Toni lagi memandangi ibu dengan tatapan mata yang tak bisa aku artikan. Mas Riko terlihat hanya menganga saja, seakan menunggu kelanjutan cerita. Papanya Naila hanya terdiam dan tertunduk. Ibu? menautkan ke dua alisnya, juga menunggu kelanjutan cerita dari BU Laila.“Karena apa, Bu?” tanya Ibu. Bu Laila malah menutup bibirnya. Akhirnya di peluk oleh suaminya. Seakan menenangkan istrinya.“Setelah operasi ... Naila belum melewati masa kritisnya, Bu,” Toni yang menjelaskan akhirnya. Kar
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Bab 105

Hari beranjak malam. Kami sudah berada di Rumah Sakit. Naila juga belum sadar, belum melewati masa kritisnya. Untuk pertama kalinya ibu benar-benar mendekati Naila. Membelai rambut calon menantunya.“Naila, Cah Ayu, bangun nduk, ibu sudah ikhlas, bener-bener ikhlas Toni menikahimu, bangun Cah Ayu,” lirih ibu di dekat telinga Naila, tapi masih terdengar. Air mata kami semua yang menyaksikan berurai. Tak ada yang tak bersedih malam ini.Tak ada reaksi dari Naila. Ya, kami semua di sini, di rumah sakit ini, di ruangan ini juga, akan segera melangsungkan ijab qabul Toni dan Naila. Tak ada persiapan apapun. Semua tergesa-gesa yang penting sah secara agama. Untuk urusan negara akan menunggu Naila bangun. Itu permintaan Toni. “Kenapa kamu terburu-buru, Ton? Tidak menunggu Naila bangun?” tanyaku tadi waktu masih di rumah. Karena menurutku terlalu buru-buru.“Aku takut nyawa Naila pergi, aku takut Naila tak akan bangun lagi, aku takut nafas Naila akan berhenti, Mbak” jawab Toni tadi dengan su
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Bab 106

“Cah Ayu, cucuku, bangun! Ya, Allah, ambil nyawaku saja yang sudah tua renta ini, jangan ambil nyawa cucuku, dia masih terlalu muda!” Ucapan Nenek Naila semakin membuat nyeri yang mendengarkannya. Semakin membuat hati yang sesak ini semakin sesak. Kulirik Mas Riko. Dia duduk di kursi yang tak jauh dari ranjang Naila bersama Yuda. Kami semua boleh masuk ke ruangan ini, karena memang ingin menyaksikan ijab qobul pernikahan Toni dan Naila. Kulihat Mas Riko beranjak dari kursinya. Mendekati papanya Naila. Mas Riko terlihat ragu ingin menepuk pundak papanya Naila. Tapi akhirnya tertepuk pelan juga.“Maaf, Pak, bisa kita mulai sekarang?” tanya Mas Riko pelan tapi masih terdengar. Papanya Naila mengangguk seraya mengusap air matanya.“Iya, bisa. Bisa kita mulai sekarang,” jawabnya terdengar mantap.Kami semua duduk di kursi yang sudah di siapkan. Di dekat tempat Naila berbaring, Toni dan papanya Naila berjabat tangan, mengikrarkan janji suci pernikahan. “Wahai Toni Maulana bin Hadi Kusumo
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Bab 107

“Alhamdulillah kamu sadar juga, Dek,” ucap Mas Riko, saat mata ini mulai terbuka. Kumerasakan tangan ini ada yang menggenggam. Mas Riko dan Yuda yang menggenggam erat tanganku. Syukurlah, aku masih bisa melihat dua lelaki yang sangat aku cintai ini.“Aku kenapa, Mas?” tanyaku, masih dengan pandangan mata samar-samar.“Kamu tadi pingsan,” jawab Mas Riko pelan. “Gimana keadaan Naila, Mas?” tanyaku karena langsung mengingatnya.“Mas juga nggak tahu. Tapi, jangan pikirkan Naila dulu, ya, Naila sudah banyak yang jagain, pikirkan dulu kesehatanmu,” sahut Mas Riko. “Bentar, ya, Mas panggilkan dokter dulu, karena dokternya baru saja keluar,” ucap Mas Riko lagi. hanya aku jawab dengan anggukkan. Kepalaku benar-benar pusing. Mungkin darah rendah. Karena beberapa hari ini kurang istirahat.“Mama nggak apa-apa kan?” tanya Yuda polos. Dia masih memegangi tanganku. Walau kepala ini terasa berat, aku tetap memandangnya dengan senyum. Biar dia nggak cemas.“Nggak apa-apa, sayang,” jawabku. Dia sema
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more

Bab 108

“Eh, bukan gitu, Mas seneng banget, cuma terkejut aja,” ucapnya gelagapan. Kulirik bu dokter itu tersenyum melihat tingkah kami.“Selamat, ya untuk kalian. Saya kasih resep, ya. Biar pusingnya bisa sedikit berkurang,” ucap dokter itu. Seraya menulis resep yang harus kami tebus.“Terimakasih, dok,” jawab Mas Riko dengan senyum-senyum nggak jelas. Mas Riko memang seperti itu. Dia memang nggak romantis dan juga nggak mau menunjukkannya di depan orang kayak gini, apa lagi di depan umum. Tapi aku tahu, dia pasti senang banget. Pasti akan memeluk dan menciumi kalau udah sampai rumah nanti.“Tapi saya ini masih belum selesai KB tiga bulannya, dok? Kok bisa saya hamil?” tanyaku masih penasaran. Dokter itu tersenyum seraya menutup, tutup bolpoinnya.“Tak ada yang tak mungkin jika Sang Maha Pemberi sudah berkehendak, Bu,” jawab dokter itu, masih dengan senyum termanisnya.“Jadi bisa di bilang kebobolan gitu ya, dok?” tanyaku. Jujur masih penasaran.“Banyak faktor, Bu. Bisa jadi bidannya salah m
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more

Bab 109

Setelah aku mengabarkan kehamilanku kepada Ibu, aku memutuskan untuk masuk ke ruangan Naila. Mas Riko tidak ikut masuk, dia memilih menunggu di luar bersama Yuda dan Ibu. Setelah pintu ruangan Naila ku buka, mata ini melihat Toni tertidur di tepi ranjang Naila. Papa dan mamanya Naila juga belum tidur. Ada di kursi ruangan ini. Wajah mereka sebenarnya terlihat sangat lelah. Cuma aku tak melihat nenek. Mungkin nenek pulang. Dengan pelan aku mendekati mereka. “Mbak,” ucap Toni, seraya mendongakkan kepala, mungkin menyadari kalau ada yang masuk dan mendekat.“Kirain, Mbak, kamu udah tidur, Ton,” jawabku. Toni hanya menggeleng. Matanya terlihat cekung menghitam. Banyak mengeluarkan air mata dan kurang tidur.“Nggak bisa tidur, Mbak. Aku takut kalau aku tertidur Naila bangun aku nggak tahu,” balas Toni. Sungguh luar biasa cintanya kepada Naila. Cinta masalalu yang akhirnya bisa bersatu kembali.“Tapi kamu juga harus tidur, Ton. Kamu juga harus menjaga kesehatanmu,” ucapku. Toni terdiam. K
last updateLast Updated : 2022-10-22
Read more

Season 2. Bab 1

Plaaakkk plaaakkk plaakkkk Tiba-tiba Papa menamparku berkali-kali. Aku yang masih rebahan di ranjang jelas kaget dan tak siap untuk mengelak. Pipi ini terasa sangat panas.“Dasar kamu, bisanya cuma bikin malu!” Bentak Papa. Jelas aku bingung. Apa salahku? Aku nggak ngerti kenapa Papa marah-marah. Pipiku terasa semakin sangat panas karena tamparan papa. Di tambah juga panasnya hati. “Papa ini kenapa? Lika salah apa hingga Papa menampar Lika kayak gini?” tanyaku dengan air mata yang sudah berjatuhan. Sakit hati dan sakit bekas tamparan Papa rasanya menyatu.“Salah apa? kamu masih menanyakan salahmu apa? Dasar anak nggak tahu diri?” sungut Papa, hendak menamparku lagi, tapi Papa urungkan. Akhirnya Papa melampiaskan pada lemari baju.Jujur aku bingung letak kesalahanku dimana? Apa Papa sudah tahu semuanya? Tentang kehamilan palsuku ini? ah, tapi kayaknya nggak mungkin? Apa tadi Papa bener-bener ke rumah ibu? Pasti ini ulah Mbak Rasti. Dasar perempuan gendut, jelek, ngeselin. Dia suka se
last updateLast Updated : 2022-10-23
Read more
PREV
1
...
910111213
...
23
DMCA.com Protection Status