“Udah turuti saja pemintaan, Papamu, nggak usah protes,” ucap Mama saat aku ceritakan. Karena bingung mau cerita ke siapa lagi. Nggak ada teman yang bisa aku ajak tukar pendapat sekarang. “Tapi, Ma ...,”“Kamu niat nggak minta maaf sama, Papa dan Mama!” bentak Mama memotong ucapanku. Merasa nggak adil. “Niat banget, Ma, meminta maaf sama Mama dan Papa. Tapi kan nggak harus mengirimku ke jogja,” jawabku. Iya, Papa ingin mengirimku ke Jogja. Kalau aku ke Jogja, bagaimana bisa membalas dendam? Aku hancur, semuanya juga harus hancur. Enak saja mereka bahagia, aku sengsara.“Kalau niat ya, turuti keinginan kami, apa susahnya kamu ke Jogja. Ikut dengan nenekmu,” bentak Mama. Semenjak pisah dengan Mas Toni, Mama dan Papa jarang sekali bicara lembut denganku. Yang ada bentak-bentak terus nada bicaranya. Nggak ada kedamaian lagi rasanya. Rumah ini benar-benar sudah seperti neraka. Panas terus perasaan hati ini.Aku nggak akan kuat menghadapi Nenek. Secara nenek itu kaku banget orangnya. Haru
Baca selengkapnya