All Chapters of Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Chapter 141 - Chapter 150

224 Chapters

Bab 32

“Yasudah, dia bentar sudah di jalan menuju ke sini, kita semua siap-siap, kalau Lika nggak mau berhijab terserah, yang lainnya yang merasa perempuan gunakan hijab kalian!” perintah Nenek.Semua beranjak dari duduknya. Sebenarnya siapa yang di undang nenek? Kenapa Nenek menyuruh berhijab? Apa mengundang ustadz? Buat apa juga mengundang ustadz? Untuk merukyahku? Ah, ada-ada saja.Di saat mereka semua bersiap-siap, entah apa yang mereka siapkan, aku asyik berselancar dengan gawai. Mengklik aku sosial media. Nggak tahu kenapa kabar Naila hamil masih membayang. Masih belum percaya. aku ketik nama Farzana Naila. Muncul dengan photo profil pamer buku nikah. Aish, semakin membuatku cemburu. Ku scroll lagi, mencari tahu kabar terbaru mereka. Mata ini cukup membelalak, saat Naila pamer hasil USG dengan caption [Sehat-sehat selalu sayang, kami semua menunggumu] seraya menandai akun Mas Toni dan Mbak Rasti. Aku klik akun Mbak Rasti. Dia kan juga hamil, apa juga sepamer kayak Naila? Secara dia s
Read more

Bab 33

“Assalamualaikum,” terdengar suara salam. Aku sembunyi ke dalam kamar sebelum dia masuk ke rumah Nenek. “Waailaikum salam,” terdengar suara Nenek membalas salam dari tamu undangannya itu. terdengar langkah kaki beranjak, mungkin pada keluar menyambut tamu undangan itu.“Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga,” terdengar suara Papa, juga ikut menyambut.“Silahkan duduk, Nak!” sambut Mama. Mereka benar-benar ramah sekali menyambut tamu. Nggak kayak lagi ngomong denganku. Bentak-bentak terus dengan nada melengking.Aku mengintip mereka dari balik pintu. Menatap laki-laki muda itu. Tampan sekali, sangat tampan, makanya aku kabur masuk ke dalam kamar. Karena jantung ini benar-benar terasa mau keluar dari tempatnya. Kalau tahu yang di undang ganteng kayak gitu, aku nggak akan menolak tadi. Pasti gerak cepat. Nggak sampai di bentak-bentak.Nggak tahu siapa namanya, aku mengintipnya dari pintu kamar yang aku buka sedikit. Terlihat laki-laki muda itu memakai celana jeans dan kaos berwarna
Read more

Bab 34

“Iya, Bu,” jawabnya. Dia memanggil Nenek Ibu. Mungkin tak enak saja memanggil nenek. Karena wajah Nenek Rumana juga belum terlihat tua-tua amat.Kulihat Halim mengambil gelas yang di suguhkan. Meniupnya pelan-pelan lalu menyeruputnya. Kemudian meletakkan gelas itu pada tempatnya. “Jangan sungkan-sungkan, Nak, di incip juga camilannya!” Mama juga ikut menambahi. Kemudian di mulai Papa ikut mengambil camilan itu. Akhirnya Halim mengikuti. Nenek dan Tante Nova juga saling mengikuti.Mereka kok nggak ada basa-basi memanggilku, ya? atau setidaknya membahasku. Mereka asyik dengan obrolannya sendiri. Terus mengundang Halim ke sini untuk apa? bukankah mau mengenalkanku?Ah, mungkin mereka masih berbasa-basi dulu sebelum menginjak topik utama. Aku harus bersabar. Nggak mungkin aku tiba-tiba keluar. Tensin juga dong. Biarkan mereka memanggilku. Jadi terkesan aku jual mahal. Terkesan aku masih malas di kenal-kenalkan.Aku masuk ke dalam kamar. Duduk di meja rias. Bersolek sedikit. Menambah war
Read more

Bab 35

Aku nggak nyangka Tante Nova mempunyai pacar yang ganteng kayak gitu. Bahkan lebih ganteng dari Mas Toni. Tajir lagi. Beruntung sekali Tante Nova. Padahal Halim bisa mencari yang jauh lebih cantik dari Tante Nova. Bahkan bisa mencari juga yang masih perawan dan umurnya jauh lebih muda dari Tante Nova. Kenapa dia malah memilih Tante Nova?Aku mengganti pakaian muslimahku. Memakai baju semula. Nyesel juga, sudah berdandan, eh, ternyata dia memang datangin Tante Nova. Terus siapa yang akan Nenek kenalkan denganku? Dan kenapa juga harus berjilbab? “Lika! Keluar!” teriak Nenek dengan nada lantang. Malas sekali rasanya. Giliran Halim pulang aku di panggil. Pas Halim masih belum pulang tadi, aku di lupain. Gini amat nasibku. “Lika! Kamu ini punya telinga nggak sih? Di panggil kalau nggak dua kali nggak jawab,” teriak Nenek lagi, seraya masuk ke kamar.“Udah lah Nek nggak usah teriak-teriak. Udah tua nanti makin keriput itu kerutan,” jawabku asal saja karena geram.“Kamu ini makin hari kala
Read more

Bab 36

Sepengetahuanku, yang namanya mau lamaran, otomatis awalnya cowok atau ceweknya menyatakan cinta dulu. Kalau di terima, baru berlanjut ke lamaran. Lah, ini? pusing juga memikirkannya.Berarti kalau Halim dan Tante Nova nggak ada ikatan pacaran, masih sah-sah sajakan, jika hati ini berharap? Nggak di sebut pelakor juga kan? Nggak ngebayangin kalau Halim nikah dengan Tante Nova. Aku harus memanggilnya Om. OMG.Akhirnya selesai juga masak yang akan di hidangkan tamu ini. Entah siapa yang akan di undang nenek. Secara waktu Halim tadi yang datang tak seperti ini Nenek menyambutnya. Apakah ini lebih spesial di banding Halim? Owh, semoga saja.Setelah semua terhidang di meja makan, aku memandanginya. Banyak menu yang di olah. Iseng-iseng saja aku memotonya. Kemudian posting ke sosial media.[Untuk tamu spesial] seperti itulah caption yang aku cantumkan. Di tambahi emot love. Semoga saja Mas Toni dan Naila melihat. Kalau aku juga bisa bahagia. Benar saja, sekian menit di posting, like dan ko
Read more

Bab 37

“Cium tangan dulu, Lika!” perintah Nenek kepadaku terdengar sopan. Aku mengangguk kemudian mencium tangan emak-emak itu. Emak-emak yang di panggil nenek Bu Lexa.“Cantik sekali kamu sekarang, Lika,” pujinya kepadaku seraya mengelus rambutku. Mata ini masih belum berkedip melihat wajah emak-emak itu. Seakan nggak percaya kalau dia adalah tamu undangan nenek untukku. “Makasih, Tante,” jawabku. Selama ini aku memang nggak tahu namanya. Dari kecil aku memanggilnya Tante. Dia adalah ibu kandungnya Vito, sahabat waktu SMP. Cuma sekarang wajahnya sudah agak berubah. Sudah ada keriput di beberapa bagian.Tante Lexa menghambur memelukku. Memang sudah lama sekali kami tak ketemu. Entah sudah berapa tahun, semenjak aku lulus SMP sudah tak ketemu Vito lagi. Karena waktu SMA kami tak satu sekolahan. Tapi aku sering di ajak main ke rumahnya dulu. Makanya aku akrab dengan ibunya.Kurasakan badan Tante Lexa bergetar. Dia terisak memelukku. Ada apa? apa segitu kangennya padaku?“Tante kok nangis? Kan
Read more

Bab 38

“Lika niat Tante kesini ingin mengajakmu tinggal di rumah Tante. Menemani Tante, seraya kamu mencari pekerjaan di sini. Tante sudah tahu semuanya, tante juga sudah ijin kepada ke dua orang tuamu, apakah kamu mau?” tanya Tante Lexa.Aku semakin melipatkan kening. Kulihat semuanya mengangguk. Apakah mereka sengaja ingin membuangku? Sehingga mengijinkan Tante Lexa untuk menjemputku. Benar-benar aneh. Kenapa mereka ikhlas banget kalau Tante Lexa mengajakku tinggal bersamanya. Ada apa ini? Setahuku juga Tante Lexa bukan Ustadzah. Walau dia kemana-kemana menggunakan syar’i.“Tapi, Tante ...,”“Lika, turuti saja,” sergah Papa. Aku semakin bingung dengan ide konyol mereka-mereka ini. Kenapa harus Tante Lexa? Kenapa nggak di masukin ke pesantren sekalian? Ah, entahlah. Pusing aku memikirkannya. Kalau gitu, aku ikuti dulu alur mereka. Apa maksudnya memereka membuangku ikut bersama Tante Lexa. Niat hati ingin membantah habis-habisan. Malah Tante Lexa pula yang di datangkan. Nggak mungkin aku ma
Read more

Bab 39

Malik Ibrahim. Itulah nama sesorang yang di ajak Tante Lexa. Teman akrabnya Vito tapi musuhku waktu jaman sekolah. Selama sekolah Vito lah yang selalu menjadi penengah. Apakah itu artinya Malik juga serumah dengan Tante Lexa? Untuk mengobati rasa Tante Lexa? Ah, semoga saja tidak. semoga saja saja, Malik hanya mengantar Tante Lexa ke sini.Aku dan Malik hanya terdiam. Masih di rumah Nenek, dari makan hingga sekarang berada di dalam mobil Tante Lexa kami masih terdiam. Wajah Malik tidak jauh berubah. Cuma sekarang sudah dewasa saja. Entahlah, dia sudah menikah apa belum. Kasihan sekali yang menjadi istrinya. Pasti tekanan batin setiap hari. Secara Malik ngeselin banget orangnya. Tapi, nggak tahu juga dia sudah berubah apa belum? Semoga saja sudah. Kalau nggak tambah ngeselin.Tapi, lumayan juga sih, sebenarnya tampang Malik ini. Nggak malu-maluin kalau di bawa kondangan. Bodynya tinggi, hidungnya mancung dan berkulit sawo matang. Maco sih, tapi ada satu kekurangannya, ngeselin banget,
Read more

Bab 40

“Iya, tapi bukan berarti kamu jaid Nyonya,” sungutnya. Aku hanya mengerucutkan bibir menanggapi ucapannya.“Eh, kamu juga tinggal di rumah Tante Lexa?” tanyaku penasara. Dia tak menjawab, dia masih fokus mengeluarkan barang-barangku dari mobil.“Malik! Diam aja, sih, di tanyain!” sungutku. Dia masih fokus ngangkati barang-barangku. Kemudian dia mendekat. ‘Ngapa pula dia?’ lirihku dalam hati. Dia semakin mendekat. Bahkan wajahnya semakin mendekati wajahku. Aish, kok malah deg-degan gini.“Malik?” lirihku. Tapi dia semakin mendekatkan wajahnya. Huft, ini anak ngapain, sih.“KEPO!!!” teriaknya di dekat telinga. Sampai mendengung rasanya. Kututup telinga walau telat. Kemudian dia berjalan masuk menuju rumah Tante Lexa.“DASAR MALIKA KECAP ASIN!!!” teriakku kuat-kuat. Dia malah ngakak girang di atas penderitaanku. Telinga ini terasa berdengung. Tunggu saja pembalasanku Malik. ........Aku mengedarkan pandang saat kaki ini masuk ke rumah Tante Lexa. Rumah yang sangat rapi dan bersih. Bingk
Read more

Bab 41

Nggak tahu kenapa semalaman aku nggak bisa tidur. Jadi Cuma gulang guling nggak jelas. Main hape sampai pedas mata juga nggak tidur-tidur. Entahlah, apa yang terjadi dengan diriku. Cek-cek akun Nayla dan Mas Toni juga nggak ada status baru. Karena nggak bisa tidur, akhirnya pagi ini, tanpa di bangunin siapapun bangun sendiri. Karena ya, memang belum tidur. Akhirnya aku memutuskan keluar. Aku lihat sudah banyak yang bangun. Anak-anak panti ini lumayan banyak ternyata. Masih ada yang kecil juga. Kasihan sekali mereka, masih sekecil itu sudah tak memiliki orang tua.“Kakak, anak baru?” tanya seorang anak kecil perempuan menatapku. “Kakak ini Bidan, jadi kalau kalian ada yang sakit, kakak ini yang akan menyuntik kalian,” sahut Tante Lexa menjawab pertanyaan anak itu. Kemudian mendekat.“Perkenalkan Kak, namaku Dilla,” ucapnya seraya mengulurkan tangan.“Lika,” sahutku seraya menerima uluran tangannya. Dia tersenyum, manis sekali. Kemudian memamerkan gigi gingsulnya.“Semoga Lika bisa k
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
23
DMCA.com Protection Status