“Walaikum salam,” Rasti menjawab salam Naila. Kemudian membukakan pintu.“Mbak,” ucap Naila seraya mencium punggung tangan Rasti. Dia merasa kecil, merasa adik, makanya dia mencium punggung tangan Rasti.“Eh, Tante Naila,” jawab Rasti, sengaja memanggil Tante, membahasakan Yuda.“Ayo masuk!” perintah Rasti sangat ramah. Kehadiran Naila selama ini membuat keluarganya adem ayem. Tak pernah ada masalah lagi dari ibu.“Aku bawa rujak, aku pengen banget soalnya,” ucap Naila saat sudah duduk di sofa ruang tamu.“Wah, banyak sekali, kebetulan, Mbak baru saja membatin pengen rujak, eh, sudah datang saja,” balas Rasti. Naila tersenyum. Kemudian mengelus perut Rasti. “Hai, sayang, sehat-sehat, ya, kami semua menunggumu,” ucap Naila dengan nada gemes. Rasti tersenyum medengar ucapan Naila.“Iya, lo, Mbak, Naila yang ngidam,” ucap Toni.“Nggak apa-apa, berarti dedeknya nyatu dengan hati Mama Naila,” sahut Rasti. Mendengar Rasti ngomong seperti itu Naila merasa terharu, sungguh merasa terharu. Dia
Read more