All Chapters of Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Chapter 181 - Chapter 190

224 Chapters

Bab 72

“Iya, Mama papamu sudah menceritakan semuanya. Makanya orang tuamu meminta tolong Tante untuk membawamu ke sini. Mereka percaya dengan Tante,” jelas Tante Lexa.Ini jawaban yang selama ini aku pertanyakan. Aku sering bertanya kenapa aku di buang ke Tante Lexa? Kenapa aku di buang di panti? Ternyata itu jawabannya. “Jadi Memang Mama dan Papa yang nyuruh?” tanyaku.“Iya, Lika. Mereka takut kamu semakin bertindak jauh. Makanya kamu segera di larikan ke Jogja. Karena mereka tahu, ada dendam, di hatimu untuk masalalumu,” jawab Tante Lexa.Mendengar jawaban Tante Laxa, aku terdiam. Memikirkan kenangan masalaluku yang suram. Ya, aku memang harus segera meninggalkan masalaluku. Aku harus segera mengejar masa depanku. “Iya, Tante. Lika memang mempunyai kenangan masalalu yang buruk,” ucapku. Tante Lexa mengelus pundakku.“Lika, semua orang itu pasti mempunyai masalalu. Dan itu hanya masalalu. Nggak perlu di ingat-ingat. Yang penting kita fokus ke masa depan. Kejar mimpimu lagi! perbaiki diri,
Read more

Bab 73

Perut Juwariah makin hari makin membesar. Dia menutup diri, tak mau keluar rumah. Dia malu dengan kehamilannya. Tak bisa di tutupi, berkali-kali mengkonsumsi obat untuk mengugurkan kandungan juga nggak mau gugur.Tentu saja dengan keadaan dia yang seperti ini menjadi bahan gosipan. Menjadi gunjingan para tetangga. Makanya dia sampai nggak berani keluar rumah.“Ria, makan dulu!” perintah Bulek Arum. Adik dari ibunya Juwariah. Hanya Bulek arum yang masih memikirkna nasib Juwariah. Yang lainnya nggak mau peduli. Bahkan orang Tua Juwariah sendiri juga nggak peduli. Merasa sangat malu tentunya.“Makasih, Bulek. Ria belum laper. Nanti kalau laper Ria ambil sendiri ke dapur,” jawab Juwariah.“Kamu harus menjaga kandunganmu. Jangan siksa diri kamu. Dia nggak berdosa,” ucap Bulek Arum mencoba menasihati. Berkali-kali Juwariah menggugurkan, berkali-kali juga Bulek Arum marah-marah. Karena mau bagaimanapun itu janin berhak untuk hidup.“Aku tak menginginkan dia,” jawab Juwariah lirih. Bulek Arum
Read more

Bab 74

“Syukurlah, kalau kamu mau menyesali segala perbuatanmu. Kalau saran Bulek, minta maaflah dengan orang-orang yang telah kamu sakiti,” saran Bulek Arum. Karena Juwariah pernah menceritakan semua kejahatannya di masa lalu. Yang akhirnya dia sendiri yang hancur.“Aku malu Bulek, mau minta maaf,” ucap Juwariah seraya menyeka air matanya.“Ngapa malu? Apa kamu tidak merasa bersalah dengan mereka?” sahut dan tanya Bulek Arum. Juwariah menunduk lagi.“Iya, Bulek, aku merasa bersalah dengan mereka, terutama Rasti dan Lika,” ucap Juwariah.“Lika yang kamu jadikan alat untuk menghancurkan Rasti, karena ambisimu. Rasti kuat dan masih bertahan. Bahkan sekarang hidup bahagia. Tapi Lika? Entah gimana nasib dia sekarang,” balas Bulek Arum.Juwariah langsung mengingat Lika. Dia memblokir semua yang bersangkutan dengan Lika. Karena dia selalu di teror, makanya dia memblokir Lika.“Iya, Bulek. Aku harus minta maaf sama Lika. Tapi, dia sudah ada di jogja. Aku tahu dari akun efbenya,” ucap Juwariah. “Ka
Read more

Bab 75

“Kamu mencari apa?” tanya Bulek Arum kepada keponakannya. Yang di tanya masih bingung seraya membuka laci meja, lemari dan apapun yang dia lihat.“Nduk, kamu itu cari apa?” tanya Bulek Arum lagi. Karena yang di tanya juga belum menjawab. Telinganya seakan tak mendengar saat di tanya. Dia Fokus mencari suatu barang. Hingga tak begitu konsen.“Ria! Kamu itu cari apa?” tanya Bulek Arum lagi seraya menepuk agak kuat pundak Juwariah.“Astaga! Bulek! Ngaget-ngagetin aja,” ucap Juwariah terperanjat.“Lha, habis di tanya berkali-kali nggak ada jawaban,” sahut Bulek Arum.“Emang Bulek tanya? Tanya apa?” tanya Juwariah. Dia memang tak mendengar. Bulek Arum mendesah terasa percuma rasanya, tanya-tanya dari tadi, yang di tanya nggak dengar.“Astaga! dari tadi kamu itu nggak dengar Bulekmu ini tanya?” tanya balik Bulek Arum.“Nggak Bulek, maaf nggak fokus,” jawab Juwariah seraya menyeringai.“Kamu itu lagi nyari apa? kok, sampai nggak dengar Bulek tanya,” akhirnya Bulek Arum bertanya kembali.“Owh
Read more

Bab 76

“Udah juga Bulek, udah aku kirimkan pesan, kalau ini nomor Mbak Ria,” jawab Juwariah. akhir nya dia meletakkan gawainya di meja. Duduk di kursi seraya bersandar.“Yaudah, nanti di coba lagi! mungkin dia lagi nggak megang hape. Diakan Bidan, mungkin udah dapat kerjaan lagi di Jogja sana,” Bulek Arum masih terus menyemangati keponankannya. Untuk selalu berpikir postif.“Iya, Bulek, nanti aku coba lagi,” ucap Juwariah.“Kalau Lika sudah jauh dan nggak bisa di hubungi, kamu harusnya minta maaf sama yang dekat sini. Minta maaf sama Rasti dan keluarganya,” saran Bulek Arum. Juwariah mendesah.“Aku malu mau datangi rumah mereka,” jelas Juwariah. Untuk kesekian kalinya, Bulek Arum mendesah.“La, kok, malu. Mau minta maaf nggak usah malu. Hidupmu biar tenang,” Bulek Arum masih terus menasehati keponakannya.“Iya, Bulek. Aku tahu, tapi minta waktu untuk mempersiapkan mental,” jawab Ria. Bulek Arum menata keponakannya dengan tajam.“Nduk, Bulek tahu! Mungkin kamu merasa hancur harga diri jika ke
Read more

Bab 77

“Assalamualaikum,” salam Bulek Arum saat sudah tiba di rumah Rasti. Pintu rumah itu tutup. Masih celingukkan di rumah itu.“Kayakntya nggak ada orang, Bulek,” ucap Juwariah kepada Buleknya. Karena dia mengintip dari kaca jendela rumah itu.“Iya, kayaknya, udah tiga kali salam, nggak ada jawaban,” sahut Bulek Arum. Dia ikut mengintip juga lewat kaca cendela. Sepi.“Gorden jendelanya saja di tutup, Bulek, berarti orangnya pergi,” ucap Ria lagi. Bulek Arum mendesah. Mengiyakan omongan ponakannya itu.“Kemana mereka? Kamu punya nomor Rasti atau Riko nggak?” tanya Bulek Arum, seraya menatap wajah keponakannya itu.“Nggak, Bulek. Kalau dulu punya nomor Mas Riko. Tapi udah nggak aktif lagi, semenjak dia menikah dengan Mbak Rasti,” jawab Juwariah, seraya memainkan gawainya. Mencari-cari nomor di kontakknya. Walau dia tahu, dia nggak punya nomor mereka.“Nomor nggak aktif masih kamu simpan?” tanya Bulek Arum lagi, seraya mengerutkan keningnya.“He he he he,” Juwariah hanya menerenges saja. Bul
Read more

Bab 78

“Iya, Bulek Janji,” ucap Ria seraya menunjukkan kelingkingnya. Seraya senyum memandang ke arah Buleknya/“Ish, apaan kayak gitu,” ucap Bulek Arum seraya mencebikkan mulutnya.Terdengar suara motor berhenti di halaman Rumah Rasti. Bulek Arum dan Juwariah langsung memandang ke arah suara motor yang baru saja mati itu. Ternyata yang punya rumah sudah datang. Rasti, Riko dan anaknya. Yuda. Mereka turun dari motor. Hati Juwariah semakin berdebar. Dia semakin memainkan ke dua tangannya. Meremas-remas ujung bajunya.Bulek Arum tersenyum, melihat yang punya rumah sudah datang. Kemudian melirik keponakannya. Terlihat wajah tegang di sana. Bulek Arum kemudian mengelus pelan lengan ponakannya itu.“Nggak usah gerogi. Niat kita baik ke sini, untuk meminta maaf. Bukan untuk mencari gara-gara,” ucap Bulek Arum. Juwariah memandang Buleknya, kemudian mengangguk.“Iya Bulek,” jawab Juwariah. Bulek Arum mengangguk untuk menguatkan keponakannya itu. Agar tak berubah niatnya.Rasti dan Riko sendiri menge
Read more

Bab 79

“Mbak Rasti, maafkan semua kesalahan saya,” ucap Juwariah akhirnya setelah bisa melawan rasa gengsinya. Iya, selama Ria susah untuk mengakui kesalahannya. Susah untuk meminta maaf. Tapi, hari ini dia berhasil melawan rasa gengsinya.Rasti melongo. Masih belum percaya jika kata maaf itu keluar dari mulut Juwariah. Seorang perempuan yang pernah ada hubungan dengan suaminya. Sekarang meminta maaf dengan suara yang bergetar. Rasti dan Riko saling beradu pandang. Sama saja Riko sendiri juga merasa belum percaya dengan kata maaf yang terlontar dari bibir sang mantan. Karena Riko juga tahu, bagaimana karakter Juwariah ini. Susah mengakui kesalahan dan susah juga untuk meminta maaf. Terlalu tinggi gengsi di hatinya.“Mbak Ria serius meminta maaf?” tanya Rasti masih belum percaya. Bulek Arum mendesah melihat ini semua. Dia maklum dengan pertanyaan Rasti. Karena dia juga tahu bagaimana karakter keponakannya ini. “Iya, aku serius Mbak! Aku serius meminta maaf pada kalian. Aku ini lagi hamil, b
Read more

Bab 80

Karena merasa ada yang nggak pas, dan perlu di pertanyakan.“Maksudnya Mbak Ria ini, nggak di sukai keluarganya?” tanya Rasti merasa bingung dengan ucapan Bulek Arum.“Iya, Mbak. Saya di jauhi keluarga saya karena kehamilan ini. Kehamilan tanpa suami. Hanya Bulek Arum yang mau menerima saya. Hanya Bulek Arum yang bisa mengeri kondisi saya,” jawab Juwariah sendiri. Sebenarnya dia malu banget ngomong kayak gini. Apalagi di depan mantan. Tapi, rasa malu itu di tepisnya jauh-jauh. Karena dia ingin hatinya tenang. Ingin hidupnya tenang tanpa ada rasa bersalah.“Ya Allah, semoga setelah ini, keluargan Mbak Ria mau memaafkan semua kesalahan Mbak ya!” ucap Rasti prihatin dengan keadaan Ria. Nggak nyangka dia di hukum segitunya sama pihak keluarga. Tapi, pasti mereka malu dengan kelakuan Ria dan kehamilannya itu.Riko sendiri sebenarnya juga kasihan sama Ria. Tapi, jika mengingat semua masalah yang terjadi di masa lalu, karena dia dalangnya, membuat rasa kasihan Riko ke Ria menghilang. Pember
Read more

Bab 81

“Jadi kapan mau ke rumah ibunya Riko?” tanya Bulek Arum kepada keponakannya. Juwariah terdiam, seraya meminum teh hangat. Cuaca pagi ini dingin banget, hingga menggunakan jaket.“Lebih cepat lebih baik Ria, jangan di tunda-tunda. Biar lebih tenang hatinya,” ucap Bulek Arum lagi. “Iya, Buek,” jawab Ria. Membuat Bukek Arum mendesah mendengar jawabannya.“Iya, itu kapan? Bulek tanyanya kapan, kok, jawabnya iya,” tanya balik Bulek Arum seraya memainkan bibirnya. Melirik keponakannya itu seraya menikmati ubu rebus di tambah parutan kelapa. Di sajikan bersama dengan teh hangat. Untuk memanaskan badan, karena cuaca pagi yang sangat dingin.Juwariah mendesah. Kemudian menyeruput Teh hangatnya. Meletakkan di meja kemudian mengambil ubi rebus itu. “Nanti sianglah, Bulek,” akhirnya Ria mengambil keputusan. Walau hatinya masih ragu.“Beneran, ya, nanti siang,” ucap Bulek Arum. Masih terus menikmati ubi rebus yang masih hangat itu.“Iya, Bulek,” jawab Ria dengan nada malas. Memang belum siap jik
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
23
DMCA.com Protection Status