Semua Bab Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Bab 201 - Bab 210

224 Bab

Bab 92

“Makasih Tante. Makasih banget!” ucap Lika seraya menyatukan sepuluh jarinya. “Sama-sama Sayang,” sahut Tante Lexa, dengan nada penuh rasa sayang.Tinggal di panti ini lah Lika merasakan dirinya tenang. Merasakan punya teman yang benar-benar baik. Ngobrol-ngobrol dengan anak panti, jadi dia tahu betapa beruntungnya dirinya di banding mereka. Dari kecil kebutuhannya di penuhi dan di cukupi oleh ke dua orang tuanya. Orang tua yang sangat menyayanginya dengan tulus. Dia merasa menjadi anak yang durhaka, jika mengingat masalalu. Hanya bisa membuat orang tuanya malu. Bukan orang tuanya saja, tapi juga keluarga besarnya malu dengan tingkahnya.Tapi, Allah masih sayang dengannya. Di saat dia benar-benar selingkuh dengan Tirta, dia tak hamil. Dia nggak bisa bayangkan kalau hamil anak Tirta, pasti dia akan merasakan seperti yang Juwariah rasakan. Menjual rumah lama, untuk membeli rumah baru yang lumayan jauh dari tempat semula dia tinggal.‘Mbak Juwariah? kemarinkan dia ada menelponku, ada a
Baca selengkapnya

Bab 93

Tante Lexa terdiam juga dari tawa lepasnya. Saat menyadari Lika terdiam dan mengarah ke arah lain. Karena penasaran Tante Lexa juga mengikuti arah pandang Lika.“Dia Halim,” jawab Tante Lexa. Lika memandang Tante Lexa.“Kamu kenal?” tanya Tante Lexa balik. Lika menggeleng, kemudian menunduk. ‘Aku nggak mimpikan ini? dulu aku ketemu dia di panti ini ternyata ngimpi,’ ucap Lika seraya mencubit pelan tangannya sendiri. ‘Auuww, sakit, beranti aku nggak mimpi,’ lirih Lika dalam hati seraya bibir meringis.“Tante kenal?” tanya Lika balik. Tante Lexa tersenyum.“Dia keponakan dari mantan suami Tante. Tapi, masih sering ke sini, masih mengakui Tante ini Buleknya. Sekaligus dia donatur panti ini,” jelas Tante Lexa.“Hai, Lim, sini!” Tante Lexa sedikit berteriak seraya melambaikan tangannya. Halim, yang merasa di panggil langsung mendekat. Hati Lika sudah biasa saja. Sudah tak bergetar lagi saat Halim mendekat. Kalau dulu sampai ke bawa mimpi, sekarang sudah berlalu. Entahlah, sekarang hati Li
Baca selengkapnya

Bab 94

“Kok, bisa batal lamaran? apa yang terjadi?” tanya Tante Lexa masih penasaran. Lika sendiri juga penasaran. Tapi, dia berekspresi cuek. Bodoh amat. Karena Halim dan Tante Lexa sendiri tidak tahu, kalau Lika ini keponakan dari pacar Halim.“Ada sedikit masalah Bulek. Maaf nggak bisa menceritakan, bair kami saja yang tahu,” jawab Halim. Dia memang nggak amu mengumbar aibnya. Apalagi sama mantan istri omnya. Walau dia sendiri masih sering komunikasi dengan Buleknya. Bukan berarti dia akan menceritakan kehidupannya.Tante Lexa mendesah. Kemudian mengelus pelan lengan keponakan mantan suaminya itu. Tante Lexa tetap menganggapnya keponakan. Walau sudah sangat lama berpisah dengan omnya. “Sabar, ya! kalau jodoh nggak akan kemana! Kalau nggak jodoh pasti akan menjauh dengan sendirinya dan di gantikan dengan yang jauh lebih baik,” sahut Tante Lexa.“Aamiin,” sahut Halim. Kemudian dia melirik Lika lagi. Lika masih senyum-senyum dengan gawainya. Masih balas-balasan chat dengan Malik. Yang membu
Baca selengkapnya

Bab 95

[Hallo, Lika, akhirnya kamu mau mengangkat telponku,] terdengar suara dari seberang. Suara Juwariah. Yang sudah puluhan kali menelpon Lika. Dan baru hari ini di angkat. Karena Lika sendiri akhirnya penasaran tujuan Ria menelponnya.[Mbak Juwariah masih hidup? Kirain udah empat puluh harian,] sahut Lika. Hatinya masih gondok dengan Juwariah. Karena mula semua ini terjadi karena ide-ide gilanya. Dan bodohnya dia percaya dan mau mengikutinya. [Gitu banget kamu ngomongnya,] jawab Juwariah dengan nada pelan. Juwariah sendiri memberanikan dan menurunkan gengsinya juga, ingin meminta maaf denga Lika. Rasanya juga malu, tapi semua demi Bulek Arum. Satu-satunya saudara yang peduli dengannya. Karena kalau Ria nggak menuruti nasihatnya, dia takut juga kalau buleknya ini ikutan menjauhinya. [Nggak usah bertele-tele, ada apa nelpon?] tanya Lika dengan nada tegas. Juwariah mendesah, telponnya di lounspeaker agar Bulek Arum juga mendengar ucapan Lika. Tanpa harus menjelaskannya lagi.[Gini, Lik. A
Baca selengkapnya

Bab 96

‘Aku percaya kalau Mbak Rasti memaafkan Mbak Ria, tapi, kalau Ibu, aku yakin pasti di persulit,’ ucap Lika dalam hati.[Mbak Ria, jujur saja, aku masih sakit hati denganmu, ingin membalas dendam juga denganmu ...,] ucap Lika, sengaja menggantungkan ucapannya.[Maafkan aku Lika. Aku bentar lagi mau melahirkan, kalau aku mati saat melahirkan nanti, setidaknya aku sudah meminta maaf denganmu, sudah meminta maaf dengan orang-orang yang telah aku sakiti,] ucap Ria reflek gitu saja. Mendengar ucapan Ria seperti itu, membuat Bulek Arum terkejut. ‘Astaga! kenapa Ria ngomong seperti itu?’ tanya Bulek Arum dalam hati. Begitu juga dengan Lika. Lika sendiri juga terkejut Juwariah ngomong seperti itu. Kemudian dia mendesah, tiba-tiba hatinya sesak. Dia baru merasakan kalau Ria benar-benar tulus dan serius dalam meminta maaf dengannya.[Lika pliiisss maafkan kesalahanku!] pinta juwariah lagi. Karena Lika sendiri masih terdiam. Masih merenungi permintaan maaf Juwariah ini.[Aku tahu, Lik, minta maa
Baca selengkapnya

Bab 97

“Lik, Lika!” teriak Tante Lexa seraya mengetuk pintu. Lika yang sudah mempunyai niat untuk menelpon Rasti akhirnya di tunda dulu.“Iya, Tante,” sahut Lika kemudian beranjak membukakan pintu.“Di cari Mahira di luar,” ucap Tante Lexa setelah Lika membukakan pintu. Lika mengerutkan kening.“Mahira? Ada apa ya?” tanya Lika.“Tante Juga nggak tahu,” jawab Tante Lexa. “Yaudah temui sana!” perintah Tante Lexa kepada Lika. “Iya, Tante,” jawab Lika. Kemudian Tante Lexa memutarkan badan melangkah menuju ke rumahnya. Lika mengikuti langkah kakinya.‘Ngapain Mahira ke sini? Mau ngajak ke Rumah Makan mereka lagi?’ tanya Lika dalam hati. “Mahira kayaknya seneng ya, sama kamu?” ucap Tante Lexa kepada Lika. Lika tersenyum begitu juga dengan Tante Lexa.“Mungkin Tante,” jawab Lika asal.“Loh, kok, mungkin? Udah jelas itu Mahira ingin menjadikanmu kakaknya,” ledek Tante Lexa. Membuat wajah Lika memerah.Mereka jalan beriringan menuju ke rumah Tante Lexa. Mahira sudah menunggunya di sana. Dia memang
Baca selengkapnya

Bab 98

“Loh, inikan toko mantan mertua masmu?” tanya Lika setelah turun dari taxi. Karena memang Mahira datang sendiri ke Rumah Tante Lexa. Malik nggak bisa mengantarkan, karena kerjaan rumah makan lagi banyak. Dari kemarin rumah makannya belum dia datangi karena sibuk main dengan Lika.“Mbak Lika kok tahu?” Mahira tanya balik.“Iya, pernah di ajak masmu ke sini, saat beliin baju ibu,” jawab Lika. Mahira tersemyum mendengar jawaban Lika. Karena dia sebenarnya dia sudah tahu. Malik sudah menceritakan. Karena Malik dan Mahira ini, selain kakak adik, mereka juga suka curhat.“Sweet banget,” ledek Mahira. Lika melirik Mahira dengan tatapan aneh. ‘Apanya yang sweet?’ tanya Lika dalam hati.Karena Mahira sudah tahu sebelumnya, makanya dia mengajak Lika ke sini lagi. Jelas ada tujuan tersendiri di pikiran Mahira. Dia ingin ngerjain Lika lagi. Entahlah, dia memang suka banget lihat Lika, kalau wajahnya memerah malu-malu. Di samping itu, Mahira juga menginginkan Lika ini menjadi kakak iparnya.Mereka
Baca selengkapnya

Bab 99

[Lika, sibuk?] tanya Malik lewat pesan singkat. Malam ini Lika merasa lelah sekali. Karena habis jalan-jalan sama Mahira. Akhirnya Mahira membelikan baju untuk Lika. Walau Lika menolaknya, tapi dia kekeh ingin membelikan Lika baju. Akhirnya Lika nggak bisa menolaknya lagi. Padahal dia benar-benar bercanda.Lika yang sudah rebahan, pas pula gawainya dia pegang. Langsung tersenyum meihat pesan singkat dari Malik.[Nggak, ada apa?] balas Lika. Dia senyum-senyum sendiri saat mengetik dan mengirimnya.[Kangen,] jawab Malik, membuat Lika semakin melebarkan senyumnya. [Aku nggak,] jawab Lika, malu dong kalau harus jawab, aku kangen juga. Bisa-bisa terbang ke awan nggak bisa balik lagi ke bumi.[Ya, memang aku nggak pantas untuk di kangenin,] jawab Malik, dengan emot cemberut. Mambuat hati Lika merasa gimana gitu.[Kan, gitu] balas Lika. Malik tak ada menjawabnya lagi. Membuat Lika berkali-kali melihat gawainya. “Kok, nggak di balas, sih? Marahkah?” tanya Lika dalam hati. Membuatnya merasa
Baca selengkapnya

Bab 100

[Segitu betahnya kamu di panti? Bukannya kamu nggak mau banget ya dulu, untuk tinggal di panti? Sekarang mau di jemput malah nggak mau. Aneh kamu ini. namanya orang itu kata pulang adalah hal yang paling membahagiakan,] ucap Tante Nova. Air mata Lika semakin terus menetes.‘Tante nggak tahu, ada yang aku beratkan di sini. Ada yang memberatkan aku untuk meninggalkan panti ini. Owh Tuhan, aku nggak bisa menjelaskannya,’ lirih hati Lika. Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.[Itu dulu Tante, sekarang Lika betah di sini. Nggak ingin pulang,] jelas Lika dengan suara berat.[Kamu nangis?] tanya Tante Nova memastikan. Lika terdiam, tapi suara hidungnya menarik ingus terdengar oleh Tante Nova.[Kamu jatuh cintakah dengan salah satu anak panti di situ? Atau ada hal lain?] tanya Tante Nova, dia justru semakin penasaran.[Nggak Tante. Lika memang udah betah di sini. Di saat Lika sudah betah, masak iya di suruh pulang. Lika kan lama juga adaptasinya di sini,] jawab Lika asal.[Yaudah, nanti Tante co
Baca selengkapnya

Bab 101

Hari ini, Juwariah mendatangi rumah mertuanya Rasti. Ingin meminta maaf lagi untuk ke dua kalinya. Itu juga karena desakkan terus menerus dari Bulek Arum. Akhirnya Juwariah mau lagi ke rumah mertuanya Rasti.Hatinya juga sudah nggak deg-degan kayak pertama kali minta maaf. Ada deg-degan tapi udah nggak separah kemarin.Saat sudah berada di rumah mertua Rasti ada beberapa motor berjejer di halaman. Pertanda lagi ada tamu.“Lagi banyak orang Bulek,” ucap Juwariah kepada Bulek Arum.“Iya,” sahut Bulek Arum.“Ria malulah, Bulek, kalau lagi banyak orang gini,” ucap Ria. Bulek Arum mengangguk, mengerti perasaan keponakannya. Dia sendiri juga pasti malu kalau di posisi Juwariah. Minta maaf di depan banyak orang. Apa lagi sifat mertua Rasti kayak gitu, pasti nanti malah sengaja bikin malu ponakannya.“Yaudah, kita tunda saja, kita balik saja,” ucap Bulek Arum mengambil keputusan.“Iya, Bulek,” jawab Ria tersenyum. Hatinya lega juga nggak jadi masuk ke rumah itu. Ria sudah membayangkan, kalau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status