Share

Bab 69

Penulis: Naimatun Niqmah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Akhirnya aku sampai panti juga. Sudah mandi dan sudah makan tadi barenag sama Malik. Sebelum pulang ke panti, di ajak makan Malik di angkringan. Sweet sih, sebenarnya sama Malik hari ini. Walau ada nyebelinnya tapi setidaknya, hari ini dia bisa membuatku baper.

“Terimakasih, ya, Halika, untuk hari ini,” ucap Malik di depan rumah Tante Lexa saat mengantarku pulang tadi.

“Sama-sama Malik, aku juga terimakasih hari ini udah di ajak muter-muter kota Jogja,” sahutku. Malik tersenyum dan dia membelai rambutku.

“Aku pulang dulu, ya! owh iya, masih jadi pacar Malik, lo. Sampai jam dua belas malam nanti,” ucap Malik seraya pamit. Lagi-lagi dia mengerlingkan matanya.

“Putusnya sekarang aja, ya! aku mau istrirahat!” sahutku.

“Nggak bisa dong! Enak aja! Tetap sampai jam dua belas malam nanti, lewa satu detik, baru deh, kita putus,” sahut Malik kemudian dia masuk ke dalam mobilnya.

“Lik, Lik, apa bedanya juga, putus sekarang atau nanti. Ujung-ujungnya juga putus,” ucapku. Walau dia sudah masuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 70

    [Kalau gitu nggak usah pacaran,] sahut Malik. [Lagian siapa yang mau pacaran sama kamu? Yang ada kamu yang maksa-maksa untuk jadi pacar sehari,] ucapku tak ingin kalah mak jleb.[Nggak usah pacaran tapi langsung nikah, ha ha ha ha] celetuk Malik lagi seraya melepaskan tawanya lebar-lebar. Puas banget dia.[Malik, pacaran sama kamu aja bisa mati berdiri, apalagi Nikah. Mungkin baru selesai ijab langsung jantungan aku,] sahutku.[Ha ha ha ha] makin kuat Malik tertawanya. Benar-benar dia ingin ngerjain aku.[Renyah banget, ya, ketawanya,] ucaku. Selang sekian detik tawanya reda.[Tinggal sejam lagi ini jadi pacarku, yok, sayang-sayangan dulu!] pinta Malik. Asli ini orang semaunya sendiri. Ingin baik, ya langsung baik. Ingin bentak-bentak ya langsung bentak-bentak. Benar-benar aneh.[Nggak nunggu sejam perasaan lama banget, kita putus sekarang aja, aku mau tidur,] ucapku dengan nada aku buat marah.[Aku nggak mau putus, gimana?] tanya balik Malik.[Nggak mau putus, ya, udah! Yang penting

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 71

    “Kamu baik-baik saja, Lik?” tanya Tante Lexa kepadaku. Aku menegrutkan kening kemudian memegang wajahku sendiri.“Iya, Lika baik-baik saja, ada yang aneh ya, Tante?” tanyaku. Tante Lexa tersenyum seraya memandangku.“Nggak, tapi kayaknya Tante lihat wajahmu sumringah,” jawab Tante Lexa.“Iyakah, Tante?” tanyaku balik.“Iya, serius. Kayaknya itu lagi bahagia,” jawab Tante Lexa. “Ah, perasaan Tante Lexa aja, Lika seperti biasanya, kok,” sahutku. “Apa, udah mulai betah tinggal di panti?” tanya Tante Lexa lagi. Aku mendesah dan membelai rambutku sendiri.“Bisa jadi, Tante,” jawabku seraya tersenyum.“Syukurlah, kalau kamu udah mulai betah di sini,” sahut Tante Lexa, seraya menepuk pelan pundakku.“Lika imgin membuka usaha, tapi apa, ya, Tante?” tanyaku kepada Tante Lexa meminta pertimbangan. Tante Lexa mengerutkan keningnya. Kemudian bola matanya menghadap ke atas. Seakan lagi memikirkan jawaban apa yang akan di sampaikan kepadaku.“Kamukan Bidan. Orang kesehatan. Jadi buka usaha sesuai

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 72

    “Iya, Mama papamu sudah menceritakan semuanya. Makanya orang tuamu meminta tolong Tante untuk membawamu ke sini. Mereka percaya dengan Tante,” jelas Tante Lexa.Ini jawaban yang selama ini aku pertanyakan. Aku sering bertanya kenapa aku di buang ke Tante Lexa? Kenapa aku di buang di panti? Ternyata itu jawabannya. “Jadi Memang Mama dan Papa yang nyuruh?” tanyaku.“Iya, Lika. Mereka takut kamu semakin bertindak jauh. Makanya kamu segera di larikan ke Jogja. Karena mereka tahu, ada dendam, di hatimu untuk masalalumu,” jawab Tante Lexa.Mendengar jawaban Tante Laxa, aku terdiam. Memikirkan kenangan masalaluku yang suram. Ya, aku memang harus segera meninggalkan masalaluku. Aku harus segera mengejar masa depanku. “Iya, Tante. Lika memang mempunyai kenangan masalalu yang buruk,” ucapku. Tante Lexa mengelus pundakku.“Lika, semua orang itu pasti mempunyai masalalu. Dan itu hanya masalalu. Nggak perlu di ingat-ingat. Yang penting kita fokus ke masa depan. Kejar mimpimu lagi! perbaiki diri,

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 73

    Perut Juwariah makin hari makin membesar. Dia menutup diri, tak mau keluar rumah. Dia malu dengan kehamilannya. Tak bisa di tutupi, berkali-kali mengkonsumsi obat untuk mengugurkan kandungan juga nggak mau gugur.Tentu saja dengan keadaan dia yang seperti ini menjadi bahan gosipan. Menjadi gunjingan para tetangga. Makanya dia sampai nggak berani keluar rumah.“Ria, makan dulu!” perintah Bulek Arum. Adik dari ibunya Juwariah. Hanya Bulek arum yang masih memikirkna nasib Juwariah. Yang lainnya nggak mau peduli. Bahkan orang Tua Juwariah sendiri juga nggak peduli. Merasa sangat malu tentunya.“Makasih, Bulek. Ria belum laper. Nanti kalau laper Ria ambil sendiri ke dapur,” jawab Juwariah.“Kamu harus menjaga kandunganmu. Jangan siksa diri kamu. Dia nggak berdosa,” ucap Bulek Arum mencoba menasihati. Berkali-kali Juwariah menggugurkan, berkali-kali juga Bulek Arum marah-marah. Karena mau bagaimanapun itu janin berhak untuk hidup.“Aku tak menginginkan dia,” jawab Juwariah lirih. Bulek Arum

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 74

    “Syukurlah, kalau kamu mau menyesali segala perbuatanmu. Kalau saran Bulek, minta maaflah dengan orang-orang yang telah kamu sakiti,” saran Bulek Arum. Karena Juwariah pernah menceritakan semua kejahatannya di masa lalu. Yang akhirnya dia sendiri yang hancur.“Aku malu Bulek, mau minta maaf,” ucap Juwariah seraya menyeka air matanya.“Ngapa malu? Apa kamu tidak merasa bersalah dengan mereka?” sahut dan tanya Bulek Arum. Juwariah menunduk lagi.“Iya, Bulek, aku merasa bersalah dengan mereka, terutama Rasti dan Lika,” ucap Juwariah.“Lika yang kamu jadikan alat untuk menghancurkan Rasti, karena ambisimu. Rasti kuat dan masih bertahan. Bahkan sekarang hidup bahagia. Tapi Lika? Entah gimana nasib dia sekarang,” balas Bulek Arum.Juwariah langsung mengingat Lika. Dia memblokir semua yang bersangkutan dengan Lika. Karena dia selalu di teror, makanya dia memblokir Lika.“Iya, Bulek. Aku harus minta maaf sama Lika. Tapi, dia sudah ada di jogja. Aku tahu dari akun efbenya,” ucap Juwariah. “Ka

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 75

    “Kamu mencari apa?” tanya Bulek Arum kepada keponakannya. Yang di tanya masih bingung seraya membuka laci meja, lemari dan apapun yang dia lihat.“Nduk, kamu itu cari apa?” tanya Bulek Arum lagi. Karena yang di tanya juga belum menjawab. Telinganya seakan tak mendengar saat di tanya. Dia Fokus mencari suatu barang. Hingga tak begitu konsen.“Ria! Kamu itu cari apa?” tanya Bulek Arum lagi seraya menepuk agak kuat pundak Juwariah.“Astaga! Bulek! Ngaget-ngagetin aja,” ucap Juwariah terperanjat.“Lha, habis di tanya berkali-kali nggak ada jawaban,” sahut Bulek Arum.“Emang Bulek tanya? Tanya apa?” tanya Juwariah. Dia memang tak mendengar. Bulek Arum mendesah terasa percuma rasanya, tanya-tanya dari tadi, yang di tanya nggak dengar.“Astaga! dari tadi kamu itu nggak dengar Bulekmu ini tanya?” tanya balik Bulek Arum.“Nggak Bulek, maaf nggak fokus,” jawab Juwariah seraya menyeringai.“Kamu itu lagi nyari apa? kok, sampai nggak dengar Bulek tanya,” akhirnya Bulek Arum bertanya kembali.“Owh

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 76

    “Udah juga Bulek, udah aku kirimkan pesan, kalau ini nomor Mbak Ria,” jawab Juwariah. akhir nya dia meletakkan gawainya di meja. Duduk di kursi seraya bersandar.“Yaudah, nanti di coba lagi! mungkin dia lagi nggak megang hape. Diakan Bidan, mungkin udah dapat kerjaan lagi di Jogja sana,” Bulek Arum masih terus menyemangati keponankannya. Untuk selalu berpikir postif.“Iya, Bulek, nanti aku coba lagi,” ucap Juwariah.“Kalau Lika sudah jauh dan nggak bisa di hubungi, kamu harusnya minta maaf sama yang dekat sini. Minta maaf sama Rasti dan keluarganya,” saran Bulek Arum. Juwariah mendesah.“Aku malu mau datangi rumah mereka,” jelas Juwariah. Untuk kesekian kalinya, Bulek Arum mendesah.“La, kok, malu. Mau minta maaf nggak usah malu. Hidupmu biar tenang,” Bulek Arum masih terus menasehati keponakannya.“Iya, Bulek. Aku tahu, tapi minta waktu untuk mempersiapkan mental,” jawab Ria. Bulek Arum menata keponakannya dengan tajam.“Nduk, Bulek tahu! Mungkin kamu merasa hancur harga diri jika ke

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 77

    “Assalamualaikum,” salam Bulek Arum saat sudah tiba di rumah Rasti. Pintu rumah itu tutup. Masih celingukkan di rumah itu.“Kayakntya nggak ada orang, Bulek,” ucap Juwariah kepada Buleknya. Karena dia mengintip dari kaca jendela rumah itu.“Iya, kayaknya, udah tiga kali salam, nggak ada jawaban,” sahut Bulek Arum. Dia ikut mengintip juga lewat kaca cendela. Sepi.“Gorden jendelanya saja di tutup, Bulek, berarti orangnya pergi,” ucap Ria lagi. Bulek Arum mendesah. Mengiyakan omongan ponakannya itu.“Kemana mereka? Kamu punya nomor Rasti atau Riko nggak?” tanya Bulek Arum, seraya menatap wajah keponakannya itu.“Nggak, Bulek. Kalau dulu punya nomor Mas Riko. Tapi udah nggak aktif lagi, semenjak dia menikah dengan Mbak Rasti,” jawab Juwariah, seraya memainkan gawainya. Mencari-cari nomor di kontakknya. Walau dia tahu, dia nggak punya nomor mereka.“Nomor nggak aktif masih kamu simpan?” tanya Bulek Arum lagi, seraya mengerutkan keningnya.“He he he he,” Juwariah hanya menerenges saja. Bul

Bab terbaru

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 115

    Pagi ini Lika berkemas. Menyusun baju-bajunya di koper. Di bantu oleh anak-anak panti yang sudah besar. “Mbak Lika enak ya? punya orang tua, aku juga pengen punya orang tua,” celetuk anak perempuan yang kira-kira umur 12 tahun. Bernama Putri. Membuat Lika tersentuh mendengar omongannya.“Iya,” sahut temannya lagi, yang juga ikut membantu Lika berkemas. Menyadarkan Lika, betapa beruntungnya dia. tapi, dia selama ini tidak mensyukuri itu. Selalu iri dengan kehidupan orang lain. Selalu iri dengan kehidupan Mbak Rasti dulu itu. “Kalian juga beruntung bisa tinggal di panti ini. Jangan merasa nggak punya orang tua. Bu Lexa itukan orang tua kalian,” sahut Lika menanggapi omongan anak-anak panti itu.“Owh, iya, Bu Lexa kan ibu kita,” sahut anak yang lainnya. Putri tersenyum.“Iya, Maksudnya, enak gitu jadi Mbak Lika, orang tuanya masih komplit,” jelas Putri. Membuat Lika sesak saja mendengarnya.“Udah, kalian juga sangat beruntung mempunya orang tua kayak Bu Lexa. Ini semua sudah takdir, ma

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 114

    “Dari mana,Le?” tanya ibunya saat melihat Malik masuk ke dalam kamarnya. Malik tersenyum memandang ibunya.“Main sama temen, Bu. Maaf, ya, seharian ini, Ibu Malik tinggal,” jawab Malik seraya meminta maaf, karena dia merasa nggak enak dengan ibunya.“Nggak apa-apa, Le, kamu juga butuh jalan-jalan. Nggak berkutat di rumah aja, nungguin Ibu,” sahut ibunya. Malik tersenyum lagi, karena hanya ibu dan Mahira yang dia punya. Saudara banyak, tapi jarang sekali komunikasi. Jadi terputus pelan-pelan. “Malik senang di rumah sama ibu,” sahut Malik, kemudian merebahkan badannya di sebelah ibunya. Kemudian tangan ibunya mengelus rambut Malik. Karena Malik sangat senang jika ibunya melakukan itu. Ke dua tangan ibu Malik masih berfungsi, itupun dengan gerakkan lambat. Kalau kakinya sudah tidak berfungsi lagi. “Kamu kok, sedih, Le?” tanya ibunya saat melihat wajah anak sulungnya itu murung. Tanpa bisa di tahan, beningan kristal meleleh dari sudut matanya.“Lah, kok, malah nangis? Cerita sama ibu a

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 113

    “Lika,” sapa Tante Lexa saat membukakan pintu untuk Lika. Lika cepat-cepat menyeka air atanya yang masih terus mengalir. “Tante,” sahut Lika masih terus menyeka air matanya, yang nggak bisa berhenti. Malik sudah pulang. Saat pintu rumah Tante Lexa di buka, Malik langsung memutar mobilnya dan keluar meninggalkan halaman rumah Tante Lexa. “Masuk dulu!” perintah Tante Lexa, seraya menarik tangan Lika menuju ke kursi. Lika nggak enak hati dengan Tante Lexa, karena menangis. ‘Pliis Lika jangan nangis, nanti membuat Tante Lexa bingung dan cemas,’ lirih Lika dalam hati. Dia pikir Tante Lexa nggak tahu sebab dia menangis.“Kenapa menangis?” tanya Tante Lexa memancing reaksi Lika. Lika memaksakan senyum dan masih terus meyeka air matanya.“Nggak apa-apa, Tante,” sahut Lika asal, dengan suara serak dan sesak. Tante Lexa mendesah, kemudian ikut membantu mengusap air mata Lika. Karena Lika sudah di anggap anak olehnya.“Cerita sama Tante! Siapa tahu Tante bisa membantumu,” ucap Tante Lexa. Mata

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 112

    “Hah? Juwariah hamil anak Tirta?” sahut Mas Riko saat aku memberi kabar tentang gosip ini. Ya, sepulang dari warung Mak Rida, aku langsung mencari-cari Mas Riko. Ternyata dia lagi membakar sampah di belakang rumah.“Jangan kenceng-kenceng, Mas, nanti di dengar tetangga,” jawabku sambil celingak celinguk. Dia juga ikutan celingak celinguk.“Paling juga semua orang sudah dengar, kita ini belakangan dengarnya,” sahut Mas Riko. Ah, mungkin seperti itu.“Mungkin, Mas. Tapi kenapa Mbak Juwariah ngenalin Tirta ke Lika? Sampai nginap-nginap di penginapan lagi,” tanyaku. Dia menghentikan pembakaran sampahnya. Beranjak dan mencari tempat teduh di bawah pohon sawit, yang sudah di siapkan kursi kayu, untuk tempat bersantai.“Iya, ya? Harusnya kan cemburu ya?” tanya Mas Riko balik. Sama-sama tak tahu jawaban pastinya. Yang tahu hanyalah Mbak Juwariah. Apa maksudnya?“Kalau menurutku, memang sengaja, mau menghancurkan rumah tangga Lika dan Toni. Dengan Tirta sebagai pancingan, agar Lika nurut denga

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 111

    [Owh jadi mereka kakak beradik, donatur panti Bu Lexa, orang-orang baik, ya] sahut mamanya Lika.[Alhamdulillah, Lika di sini berteman dengan orang-orang baik dan tulus, Bu. Nggak usah khawatir. Saya juga kenal betuk siapa Malik dan Mahira. Sekarang aja ini Lika lagi keluar sama Malik. Katanya untuk pertemuan yang terakhir. Mumpung Lika masih di sini. Dan ternyata benar, kalian sudah di Jogja dan besok akan menjemput Lika,] jelas Bu Lexa panjang.[Lagi keluar sama Malik?] tanya mamanya Likas seraya mengerutkan kening.[Santai, Bu. Saya percama sama Malik seratus persen. Dia anaknya baik, nggak akan neko-neko sama Lika. Lagian Lika sama Malik itu temenan dari SMP] Jelas Bu Lexa lagi, untuk menenangkan hati orang tua Lika.[Owh, saya percaya dengan Bu Lexa. Kalau Bu Lexa yakin kalau Malik itu baik, berarti dia memang baik,] jawab mamanya Lika. Bu Lexa tersenyum.[Yasudah, Bu. sampai sini dulu obrolannya. Insyaallah kami besok ke rumah Bu Lexa,] ucap mamanya Lika lagi, ingin pamit memati

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 110

    “Lika nomornya, kok, aktif, ya?” tanya Pak Samsul kepada istrinya. “Paling ngedrop hapenya,” jawab istrinya santai. Pak Samsul kemudian duduk di kursi. Tak berselang lama, istrinya menghampiri seraya membawakan secangkir Kopi manis. “Ini kopinya, Pa!” ucap istrinya seraya meletakkan di atas meja.“Makasih, Ma,” jawab Pak Samsul. Istrinya tersenyum.“Sama-sama,” jawabnya kemudian duduk. “Nova kemana, Bu?” tanya Pak Samsul kepada ibunya. Kemudian Nenek Rumana juga ikut mendekat dan bergabung bersama anak dan menantunya.“Ke loundrynya,” jawab Nenek Rumana seraya duduk di kursi. Pak Samsul kemudian mengambil kopi yang di buatkan istrinya. Meniupnya pelan dan menyeruputnya.“Alhamdulillah senang melihat Nova sudah bisa mandiri. Udah punya usaha juga,” sahut Pak Samsul setelah meletakkan kopinya di meja.“Iya, Ibu juga senang melihat kemajuan Nova. Cuma dari segi asmara dia kurang beruntung,” jawab Nenek Rumana.“Biarkan, Bu. Nova perempuan baik, insyaallah kalau menikah lagi, juga akan

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 109

    “Bu, maafkan Ria!” ucap Ria seraya menunduk. Ya, hari ini Juwariah menemui mertua Rasti lagi. Masih di dampingi oleh Bulek Arum.Ibunya Riko terdiam. Hatinya masih sakit dengan perbuatannya di masa lalu. Masih belum mau memandang wajah Juwariah. Menurut dia, terlalu dalam Juwariah membuat luka. Hingga menyebabkan hancurnya rumah tangga anaknya, karena ide-ide konyolnya.“Bu, tolong maafkan keponakan saya!” ucap Bulek Arum juga angkat bicara. Dia kasihan dengan keponakannya. Mertua Rasti kemudian menatap pandang ke Bulek Arum.“Lidah saya mungkin bisa memaafkan! Tapi, hati saya masih sakit atas kejahatan Ria di masa lalu. Tak semudah itu memaafkan,” sahut mertua Rasti. Membuat bulek Arum mendesah. Ria yang bersangkutan masih menunduk, air matanya berjatuhan. Dia menyadari kalau dirinya memang salah.“Bu, Ria mengaku dan Ria akui kalau Ria memang salah. Ria mau memperbaiki ini semua. Ria mau memperbaiki diri, makanya Ria meminta maaf sama kalian semua,” ucap Ria. Hatinya sudah nggak ter

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 108

    “Bulek, Lika emang pacar Malik, ya?” tanya Halim kepada Tante Lexa. Seketika yang di tanya langsung mengerutkan kening. Mengambil toples yang dekat dengannya.“Bulek juga nggak tahu mereka pacaran apa nggak, yang Bulek tahu mereka dekat,” jawab Tante Lexa seraya membukan dan mengambil camilan dalam toplek. Kemudian mengunyahnya.“Owh,” sahut Halim lirih. Pikirannya masih kemana-mana.“Kenapa?” tanya Tante Lexa serara memandang Halim.“Nggak, sih, Bulek. Cuma pengen kenal Lika lebih saja, itupun kelau mereka beneran nggak pacaran, ya! kalau mereka pacaran aku nggak mau merusak hubungan orang,” jawab Halim. Tante Lexa mendesah dia bisa menebak apa yang di pikirkan oleh Halim.“Mereka aja jalan pakae kaos couple gitu, ya, mungkin ada hubungan lebih,” sahut Tante Laxa. Halim terdiam, mengingat kembali mereka menggunakan baju apa. “Iya, juga, ya, Bulek,” ucap Malik. Tante Lexa tersenyum seraya menggelengkan kepala.“Bukannya kamu suka cewek berhijab?” tanya Tante Lexa. Halim tersenyum. Ya

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 107

    “Alhamdulillah udah sampai Jogja lagi,” ucap Tante Nova kepada kakaknya. Orang Tua Lika. “Iya, alhamdulillah,” jawab Bu Santi. Adiknya tersenyum, kemudian membantu memasukkan tas yang mereka bawa.Pak Samsul dan Bu Santi menyalamani ibunya. Nenek Rumana. Kemudian Nenek Rumana mengusap kepala mereka dengan penuh kasih sayang.“Sehat, Bu?” tanya Pak Samsul kepada ibunya. “Alhamdulillah sehat,” jawab Nenek Rumana.“Alhamdulillah,” sahut Pak Samsul. Kemudian mereka duduk di kursi. Tante Nova menyiapkan teh untuk kakak kandung dan iparnya.“Kalian udah yakin mau menjemput Lika?” tanya Nenek Rumana. Pak Samsul mendesah.“Yakin, Bu. saya juga nggak mau lama-lama menghukum Lika. Kata Bu Lexa dia juga sudah banyak berubah,” jawab Pak Samsul. Terdengar suara dia yang lelah, karena perjalanan jauh.“Iya, Bu. Biar dia bisa segera kerja lagi. Terlalu lama dia menganggur, takutnya ilmunya pada ilang,” sahut mamanya Lika. Nenek Rumana mendesah. “Iya, kasihan ilmunya mubadzir terlalu lama di anggu

DMCA.com Protection Status