Dita menelan kenyataan pahit setelah menikah 5 tahun dengan Firdaus. Disela kekurangannya yang tidak bisa punya anak, sang suami berselingkuh dengan rekannya sesama dokter. Firdaus tutup mata tentang kehidupan Dita yang menderita hidup bersama sang mertua. Di puncak kelelahan Dita, dia dipermalukan dan diceraikan secara sepihak oleh Firdaus. Kehidupan dan rasa percaya yang selama ini hancur, semakin hancur. Namun, kecelakaan membuat kehidupan Dita berubah. Dia bertemu dengan seorang lelaki bernama Charlie. Sosok dingin yang tidak tersentuh, namun menawarkan Kerjasama pada Dita untuk membantu balas dendamnya. Lama waktu Bersama, benih cinta tumbuh diantara mereka. Akankah Dita melanjutkan balas dendamnya, atau memilih hidup Bersama orang kedua yang menawarkan kebahagiaan?
View More“Hasilnya masih tetap negatif, sama-sekali tidak ada kemajuan, bu Dita. Hal ini sering kali terjadi dan saya juga sudah mengatakan pada anda agar datang bersama suami bukan?”
Perkataan dokter yang menanganinya terus memenuhi kepala Dita. Kalimat yang sama, intonasi dan saran yang sama. Dia berulang kali membujuk Firdaus agar ikut periksa bersama, namun suaminya itu memilih periksa di tempat lain. Dita tidak bisa mengatakan apapun, dia menghargai keputusan suaminya.
“Suster Dita? Tolong antarkan ini keruangan Dokter Firdaus, beliau membutuhkan data-data ini.”
Suara kepala perawat memecah lamunannya. Segera Dita mengambil berkas itu dan menuju ke ruangan Firdaus. Dia sudah meletakkan berkas itu dan menatap bagaimana suaminya bekerja. Kadang Dita merasa tidak pantas jika disandingkan dengan lelaki hebat yang wajahnya sering menjadi banner di Rumah Sakit tempat mereka bekerja.
Kekurangannya menambah keyakinan itu. Dita meremas tangan, Firdaus sama-sekali tidak melihat atau menyapanya. Suaminya itu sangat fokus dengan layar di depannya. Menjadi tidak dianggap memang semenyakitkan itu dan Dita sudah mengalami hal ini sejak 2 tahun terakhir. Bahkan status Firdaus yang sudah menikah sengaja dipalsukan agar suaminya itu bisa naik jabatan dengan mudah.
Kadang Dita sering berpikir, setidak layak itukah dirinya menjadi pendamping Firdaus?
“Mas?”
Firdaus menatap Dita sejenak, lalu kembali fokus pada pekerjaan di depannya. Dia baru sadar bahwa Dita yang mengantar berkas yang dia minta.
“Gimana kalo kamu menikah lagi?” Dita meremas tangannya, tidak berani menatap Firdaus—sang suami—yang ada di depannya. Dia sudah memikirkan hal ini sejak tadi, hingga berani berkata demikian pada sosok yang amat dia sayangi.
Firdaus mengerutkan kening, tidak tahu kenapa Dita tiba-tiba menyuruhnya untuk menikah. Dia mengalihkan perhatian dari layar komputer di depannya. “Kamu ngomong apa sih, dek? Mas kan sudah punya kamu, apa jangan-jangan ibu ngomong yang aneh-aneh lagi sama kamu?”
Dita menggeleng keras. Kali ini memberanikan diri menatap Firdaus.
“Tidak, sama-sekali tidak.” Bohong Dita, pasalnya hampir setiap hari dia selalu mendapat makian dan hinaan dari keluarga Firdaus. Mereka memang tidak tinggal serumah, tapi Nyonya Lim dan Bella selalu datang ke apartemen mereka, bertingkah seenaknya. Apa selama ini Dita diam? Tidak, dia berusaha berbicara kepada Firdaus, tapi kedua orang itu terlalu pandai berakting jika dihadapan Firdaus.
Dan Dita tidak ingin kejadian mereka berantam hebat karena aduannya terulang kembali. Jadi Dita memilih diam.
“Tapi kamu juga pengen punya anak kan, Mas? Tadi pagi hasil pemeriksaanku sudah keluar, hasilnya masih tetap sama. Dokternya juga meminta agar mas ikut kesana untuk periksa.”
Terdengar helaan nafas dari sang suami, membuat Dita sedikit takut. Dia takut menyinggung perasaan Firdaus.
“Ada-ada saja kamu, jangan cari ribut hari ini, dek. Mas banyak kerjaan di Rumah Sakit, mas juga mau memeriksa pasien dulu. Selain itu, bukankah kamu sudah melihat hasil pemeriksaanku, dek? Mas ini sehat-sehat saja, kamu saja yang bermasalah.”
Bahkan hinaan kecil seperti itu sudah menjadi sangat biasa bagi Dita. Awal-awal mendengar hatinya terasa tergores dan sangat sakit. Namun kini dia mulai kebal, karena demikianlah kenyataannya. Dialah yang bermasalah disini. Dita hanya berusaha mencari pembelaan agar menutupi kesalahannya.
“Dokter Lady.”
Firdaus yang sudah mengenakan jas dan bersiap untuk pergi, lekas berhenti mendengar Dita menyebutkan nama itu.
“Bukankah Lady teman baik mas? Bagaimana jika mas meminta tolong pada Lady? Aku tahu ini memang kelewatan, tapi ada baiknya dicoba, mas.”
Deg. Firdaus cukup terkejut, berusaha menetralkan raut wajahnya di depan Dita. Lady memang sahabatnya, tapi hubungan mereka lebih daripada itu dan sudah mereka rahasiakan serapih mungkin. Kening Firdaus mengerut, tidak mungkinkan Dita sengaja memancingnya?
“Kamu kebanyakan berpikir, Dita. Sekarang shif kamu kan? Pergilah sebelum ada dokter lain yang melihat kamu di ruangan saya.”
“Mas…tadi aku mendengar gosip bahwa mas dekat dengan Dokter Lady, menurut mas sendiri apa aku bisa menerima gosip itu?”
“Dek…” Firdaus menghela nafas panjang, “Kita sudah pernah membahas hal ini dan tolong untuk kali ini, bersikaplah dewasa. Rumor itu bisa saja sengaja mereka buat untuk menurunkan martabatku, kan?”
Dita hanya tersenyum dan segera keluar menuju bangsal perawat. Firdaus terdiam di ruangannya sejenak. Usai memeriksa pasien, pikirannya masih tertuju pada perkataan Dita. Istrinya yang bodoh dan selalu menerimanya dalam keadaan apapun. Pemeriksaan membutuhkan 3 jam, Firdaus lekas kembali ke ruangannya.
Tangannya berhenti begitu menyadari pintu ruangannya tidak terkunci. Dia tidak biasa meninggalkan ruangan dalam keadaan terbuka. Firdaus hampir saja membanting sosok yang baru saja memeluknya dari belakang begitu dia masuk.
“Kamu sudah pulang?”
Lady tersenyum dan mengangguk dibalik punggung Firdaus. Dia baru saja kembali setelah dinas di rumah sakit berbeda dan tidak sempat menghangatkan ranjang Firdaus.
“I miss you,so much.” bisik Lady, mengalungkan tangannya pada leher Firdaus begitu dia berbalik. Tangannya memainkan dasi dan kakinya mengelus bagian sensitif Firdaus.
Menurunkan kaki Lady, Firdaus menarik pinggang wanitanya itu mendekat. Mencium lehernya dengan rakus. Dia selalu saja salah fokus jika sudah berhadapan dengan Lady. Firdaus baru saja melupakan pertanyaan yang menghantui pikirannya.
Ciuman itu berlangsung lama dan dalam, keduanya larut dalam kegiatan masing-masing dan tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang terkejut melihat hal itu.
“Fir…wait, tidak hari ini okey?” Ujar Lady, menahan Firdaus yang hendak membuatnya telanjang dada. “Bagaimana jika nanti malam?”
Nafas Firdaus naik turun, memilih untuk duduk di sofa dan menatap ke arah pintu yang sedikit terbuka.
“Ada apa, kenapa rasanya ada sesuatu yang terjadi?”
Lady duduk di sofa usai merapikan bajunya. Dia menyadari bahwa nafsu Firdaus sedang bercampur dengan rasa marah dan bingung. Tidak seperti lelaki yang dia kenal, sudah pasti terjadi sesuatu yang mengganggu lelakinya itu. Tangan Lady mengelus rahang kokoh itu, membubuhkan ciuman singkat.
“Tadi, Dita memintaku untuk menikah lagi.” Seru Firdaus usai melepas ciuman mereka, “dan dia menyebutkan namamu. Apa mungkin dia sengaja melakukannya? Bisa jadi dia sudah mengetahui hubungan kita dan ingin merusak nama baikku.”
Bibir Lady membentuk seringai. Tenang dan tidak merasa bersalah.
“Kenapa sampai berpikiran demikian? Istrimu mungkin sudah memikirkan hal itu berulang kali, dia mandul dan ibumu pasti menekannya. Bukankah kau tahu hal itu?”
Firdaus menghela nafas, memilih untuk duduk dan melonggarkan dasinya. Dia tahu perlakuan buruk ibunya. Namun Firdaus memilih untuk diam, dia terlalu malas untuk ikut campur. Setiap hari mereka pasti akan bertengkar, walau ujung-ujungnya Dita yang menjadi korban.
“Jadi kamu setuju?”
“Why, not? Ini juga akan mempermudah jalan kita, setidaknya itu atas permintaan si bodoh itu, babe. Dan jika menikah, kau bisa menduduki meja Presdir.”
“Presdir?”
Lady kembali tersenyum. “Tentu saja, aku sudah bicara dengan ayah dan dia setuju untuk melakukannya. Dalam waktu dekat, setelah kau bisa mengalahkan salah satu dokter sombong yang selalu membuatku naik pitam itu, maka jabatan itu akan segera menjadi milikmu.”
“Apa maksudmu si sombong Charlie?”
“Tentu saja. Aku yakin kau bisa mengalahkannya, jadi sekarang kau harus fokus pada dirimu sendiri. Masalah istri bodohmu itu, biar aku yang atasi.”
Kali ini Firdaus tidak perlu ragu, dia menarik Lady ke dalam pelukannya dan mencium wanitanya itu lagi.
Tubuh Dita mematung. Dia berjalan mundur, kakinya bergetar. Benar-benar tidak menyangka bahwa suami yang dia percaya dan wanita yang dia pikir adalah orang baik-baik tega melakukan hal itu padanya? Jadi selama ini mereka berdua berselingkuh di belakangnya?
“Apa…apa yang kau…”“Dita…! Hey….sadarlah.”Suara itu, perlahan mata Dita terbuka dengan cepat. Melihat Charlie yang masih lengkap dengan pakain dan kening mengerutnya. Dita berubah panik dan melihat isi pakaiannya yang masih lengkap. “Apa yang terjadi, kau berteriak memanggil namaku tadi. Aku kira terjadi sesuatu makanya aku menerobos masuk!”Wajah Dita memerah, dia benar-benar tidak mengerti mimpi sialan apa yang masuk di kepalanya. “Tidak ada, maaf, sepertinya aku hanya kelelahan saja. Kau bisa keluar, Charlie.”“Lain kali tutup pintumu dengan baik, Dita. Kau tidak tau apa yang akan aku lakukan kan?”“Memangnya apa yang akan kau lakukan hah?” Teriak Dita panik. Buru-buru Charlie keluar sambil terkekeh. Membuat Dita malu bukan main dan kembali merebahkan tubuhnya. Dia benar-benar merasa ada sesuatu yang dia lewatkan, persis seperti apa yang Charlie katakan. Namun, tidak bagian itu juga kan? Benar-benar membuatnya merasa malu. ******“Kemana kau membawaku?”“Ahhh…kau sudah bangun
Dita menghela nafas panjang, hari ini dia pulang lebih awal dan kembali istirahat di rumah Charlie. Setelah meminjamkannya ruang tidur, lelaki itu pergi entah kemana. Mata Dita mulai lelap, terasa seperti lelah sekali hari ini. Dia ingin tidur yang benar-benar lelap. ***Hari-hari berlalu dengan cepat. Aku sedang berada di dalam kereta api, menikmati pemandangan gedung-gedung indah dari balik kaca. Langit sore dan lintasan laut ditambah dengan matahari yang kembali ke peraduannya membuatku ingin berhenti sejenak.Aku ingin melihat kampungku dulu, tempat dimana aku dibesarkan di panti asuhan. Tidak punya ibu membuatku tidak tahu bagaimana harus mengadu. Tidak punya ayah membuatku tidak tahu bahwa dunia itu sangat kejam.Charlie awalnya ingin ikut. Namun ada urusan mendadak sehingga aku berangkat sendiri walau dia tetap memaksa agar aku ditemani. Namun kali ini aku benar-benar ingin sendiri.Lembaran baru sudah dimulai, tapi aku ingin melihat dengan seksama. Siapakah Dita yang sekarang
Dengan marah dan tergesa-gasa Firdaus memasuki sebuah ruangan gelap dengan tangan kanannya menarik Dita. Sungguh! Dia begitu marah dan tidak bisa menahan diri terhadap apa yang sudah dilakukan istrinya. “Menurutmu, apa yang sudah kau perbuat hah? Apa maumu, katakan Dita!” “Mauku? Tidak ada, emangnya apa yang membuatmu sampai semarah ini?”Mata Firdaus memerah, dipenuhi dengan kemarahan. Dadanya naik turun sambil menghela nafas yang panjang. “Aku tau sekarang kau sedang balas dendam kepadaku, tapi apa kau pikir bisa menang melawanku? Tidak Dita! Tidak sama-sekali. Pikirmu dengan mengungkap semuanya bisa membuatmu hidup dengan bahagia dan membuatku menyesal? Tentu tidak! Seharusnya aku mendengar kata ibuku dulu untuk tidak menikahi wanita licik sepertimu. Tidak ada bedanya dengan manusia sampah!”“Benarkah? Itu membuatku sangat takut. Tapi…”Firdaus mengerutkan kening dan bulu kuduknya berdiri saat mendengar perkataan yang seolah ejekan itu. Dia…dia tidak pernah melihat bagaimana Dit
Nafas Dita terengah-engah begitu cengkraman di lehernya lepas. Tepat sebelum tamparan Firdaus mendarat di pipinya, pintu terbuka dengan lebar. Mata Dita menangkap sosok yang baru saja menyelamatkan hidupnya. “Charlie?” bisik Dita, dia tidak tau kenapa laki-laki yang baru saja mengantarkannya pulang itu, kini berada di hadapannya. Namun ponselnya yang ada bersama dengan lelaki itu cukup menjawab semuanya. “Ponselmu tertinggal di mobilku tadi, ceroboh sekali.” Perlahan melangkah mendekatinya, Dita terdiam cukup lama sampai tubuhnya di bawah jauh dari Firdaus. Dia merasa perselisihan di antara keduanya. “Siapa kau berhak masuk ke rumahku hah?” Bentak Firdaus. “Bukankah ini apartemenmu, Dita?” Dita mengangguk, itu memang apartemennya, dan semua gaji bulanannya yang tidak seberapa dia dedikasikan semua untuk apartemen dan semua perabotannya. Termasuk untuk biaya sekolah Firdaus juga. Dia memang bodoh, bahkan untuk dirinya sendiri, dia tidak memikirkannya. Selama ini Dita hidup dengan
“Kau melihat itu? Wah, aku sungguh tidak percaya dengannya, hanya selang sehari tidak masuk namun sudah bertindak sejauh ini. Atau karena kepalanya kena benturan sehingga dia kehilangan rasa hormatnya?”Firdaus masih mendengar ucapan buruk itu sejak tadi, biasanya dia akan menghiraukan mereka, namun untuk kali ini telinganya sedikit memanas mendengar nama dokter Charlie ikut disebutkan. Bahkan terang-terangan dikatakan jika dokter itu menyukai Dita. “Ah, kamu disini juga, Dokter Firdaus?”Firdaus hanya mengangguk, lalu kembali memeriksa rekam medis pasien yang baru saja selesai dia operasi. Pikirannya cukup terganggu dengan sikap Dita hari ini dan dia ingin menanyakannya sepulang ke rumah. Pintunya ditutup, tatapan Firdaus jatuh pada Lady yang berjalan ke arahnya dengan sensual. Dia tahu wanita itu tidak akan pernah menyerah. Mereka pernah melakukannya beberapa kali, namun untuk kali ini Firdaus tidak ingin. Satu hal yang ingin dia lakukan adalah pulang secepatnya. “Kau sudah berj
Mata Dita melebar, tidak menatap lelaki dengan tinggi 10 centi meter lebih tinggi darinya. Mereka berdiam di balik pintu, sambil mendengar percakapan Firdaus dan Lady yang penuh dengan hasrat. Begitu tangan lelaki itu dilepas dari mulutnya, Dita mundur beberapa langkah dan menendangnya. “Kau gila?”“Hey, aku justru membantumu. Kenapa menguping pembicaraan orang lain? Tindakanmu jelas kriminal, kau juga tau siapa Lady kan? Dia itu putri pak wadir, bisa jadi kau akan dikeluarkan jika ketahuan.”“Kenapa? Aku juga berhak tau apa yang mereka lakukan.”“Berhak? Ayolah suster Dita?” Lelaki itu berhenti sejenak untuk menatap name tag Dita, dan mengelus kakinya yang terasa sakit, “wahh, tendanganmu lumayan juga.”“Aku istri dokter Firdaus, dan apa kau dokter baru?”Anggukan itu membuat Dita diam, kepalanya sedikit pusing. Dia diam melihat punggung lelaki berjas putih itu. Rasanya familiar, aromanya menenangkan, namun dia tidak tahu kapan mereka pernah bertemu. “Setahuku dokter Firdaus masih
Mobil berjalan dengan keheningan yang menyelimuti didalam. Baik Charlie dan Dita, tidak satupun yang mengeluarkan suara. Persis dibelakang dan didepan, mobil mereka dikawal bak rombongan. Charlie melirik sekilas, mengamati wajah Dita, menggenggam tangan wanita itu dan mengelusnya dengan jari jempolnya. Mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja setelah kejadian yang mereka lewati. Tapi beberapa saat Charlie yang sedang fokus mengemudi menarik nafas dalam. Dia selalu khawatir akan nasib mereka. Kehidupan yang dia ingin bina, bisa saja hancur dalam sekejab. Terlebih, dia bukan orang sembarangan. Banyak musuh yang ingin nyawanya. Mungkin Charlie bisa mengatakan bahwa Dita akan selalu aman dalam pengawasannya, dan itu adalah ucapan terbodoh yang pernah dia lakukan. Ucapan untuk menenangkan jiwanya yang sangat ketakutan. “Terlihat murung, ada yang ingin dibicarakan?” tanya Charlie dikeheningan mobil. Tatapannya tertuju pada Dita yang masih diam dengan raut alis yang bertaut, namun peg
Charlie berlari sekencang mungkin menuju ruangan dimana kesadarannya dibuat hampir melayang. Pintu terbuka lebar, langkahnya berhenti di ambang pintu. Bahkan kumisnya masih tersisa setengah karena mendengar kabar bahwa Dita sudah sadar. Air mata Charlie jatuh, dia berjalan perlahan. Jantungnya berdetak kencang, menatap Dita yang kini tengah duduk di ranjang namun tidak memberikan reaksi apa-apa. Malah menatapnya dengan tatapan bingung dan kosong. Mengabaikan semua orang diruangan itu, Charlie memeluk tubuh rapuh itu. “Dita…sayang, akhirnya kamu sadar.”Dita mengerutkan keningnya, menatap Charlie bingung, bahkan tidak bereaksi apapun saat lelaki itu tiba-tiba memeluknya dengan genangan air mata. Namun rasanya nyaman, tapi Dita tidak mengingat apapun. Para dokter yang berjejer di ruangan itu menundukkan kepala, mereka belum memberitahu bahwa Dita mengalami lumpuh otak sementara yang mengakibatkan ingatannya sedikit menghilang. Sedangkan Charlie? Dia masih memeluk Dita dengan erat, m
Dita POV“Sekalipun ini mimpi, aku tetap akan bersyukur telah memilikimu. Kini, besok, seribu tahun yang akan datang, aku akan tetap berada disampingmu. Aku akan menjagamu.”“Kamu berjanji?”“Tentu saja.”“Aku akan selalu ada disampingmu! Jadi, pulanglah. Aku mohon kembalilah, sudah lama kami menunggumu.”Suara itu. Aku sudah berkali-kali mencari siapa yang berbicara. Namun tidak ada orang sama-sekali. Setiap hari aku menjalani kehidupan yang tidak ada habisnya, bertemu dengan orang-orang yang tidak aku kenali. Tubuhku seolah tidak ingin pergi dari kenangan itu. “Aku mohon kembalilah, sudah lama kami menunggumu.”Lagi. Suara serak dan penuh dengan harapan itu membuatku berlari asal, suara itu terus menghantuiku. Nafasku kian sedikit, setiap hari berlari tiada henti. “Tolong, siapapun apakah ada yang mendengarku?”Sama seperti hari-hari sebelumnya, tidak ada yang mendengar. Aku menarik nafas dalam, memilih untuk duduk. Namun tidak lama cahaya putih menyilaukan mata membuatku menutup
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments