All Chapters of Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu: Chapter 31 - Chapter 40

57 Chapters

bab 31

Bab 31Alin melempar begitu saja kartu nama pemberian dari Farhan tadi di tong sampah dekat kitchen. Sudah ada puluhan kartu nama yang berakhir di sana selama enam bulan terakhir. Sejak ia berubah menjadi semakin glowing. Siapa yang tidak tergoda pada wanita cantik, mandiri, dan pemilik toko kue serta kafe yang ramai. “Nona Bintang, apa kedepannya saya katakan saja jika anda tidak di sini. Anda pasti merasa terganggu kan?” ucap waiters yang tadi bersamanya menemui Aldi dan teman-temannya, merasa tak enak hati.Alin tersenyum pada gadis yang menjadi bawahannya itu,”Tidak apa. Lanjutkan saja pekerjaanmu.”Pukul 10 malam, kafe sebentar lagi tutup. Setelan meting sebentar dengan karyawannya, Alin bergegas pulang. Ia menyambar tas bahu dan mengambil kunci mobilnya, lalu berjalan ke luar. Ia di buat terkejut oleh suara yang sangat ia kenal. Siapa lagi kalau bukan Aldi. Pria itu menyapa dan dengan tidak tau malunya bertanya. Tetapi, memang inilah yang Alin harapkan. Aldi
Read more

bab 32

Bab 32"Jadi, ini toko kue mu, Lin?"Alin menoleh pada pria yang kini berdiri di belakang tubuhnya yang sedang menata kue di display."Apa yang kamu lakukan di sini, Aldi?" Alin bertanya dengan datar. Lalu acuh kembali pada kesibukannya membantu seorang waiter menatap kue di display."Jadi, tadi aku lewat sini, melihat namanya mengingatkanku pada mu."Alin tak menggubris walau sudut bibirnya sempat terangkat, ia tetap berpura-pura tak perduli."Sebenarnya, sudah sejak lama aku memperhatikan toko ini. Ramai sekali! Melihatmu ada di sini dan melihat namanya. Aku yakin ini milikmu. Rasa kue di sini pasti tidak di ragukan lagi." Aldi terus mengoceh meski Alin tak menanggapi."Jadi," ucap Alin menoleh dan memiringkan tubuhnya menghadap Aldi."kamu memari karena nama atau rasa?" Tanyanya dengan mata yang menatap wajah Aldi."Dua duanya. Aku tau bagaimana rasa kue yang kamu buat sangat menakjubkan. Dan aku sangat berharap bisa bertemu denganmu di sini. Dan lihat!? Harapanku terkabul.""Selama
Read more

bab 33

Bab 33Alin duduk di depan meja riasnya. Memandang wajahnya yang terpantul di cermin. Ia baru saja selesai mandi, tubuhnya bahkan masih berbalut bathrobe dan rambutnya terbungkus handuk. Alin menyentuh bibirnya yang sedikit bengkak. Terbayang di kepalanya, saat Noah menciumnya dengan sangat lama dan lembut. Walau Alin sudah menutup hatinya. Tetapi, ada rasa yang tiba-tiba menyeruak ke dalam hatinya. "Alin, sadarlah, kamu nggak boleh terbawa perasaan. Dia membutuhkan tubuhmu, dan kamu membutuhkan uangnya. Hubungan ini hanya tentang saling menguntungkan. Nantinya juga kalian akan berpisah. Jangan gunakan perasaanmu." Alin bergumam pada dirinya sendiri.Alin menarik nafas dalam dan menghembuskan. Ia menarik laci barisan kedua dari meja riasnya. Mengambil surat perjanjian pra nikahnya dengan Noah. "Sampai detik ini, sudah banyak yang dia beri. Tapi, dia juga belum mengambil apa pun. Aku takut, dia akan menuntutnya di masa depan." Alin bergumam lirih. Ia berdiri da
Read more

bab 34

"Mas Aldi ngapain sih? Nerima telpon kok lama banget," gerutu Melin celingukan. Ia memesan makanan terlebih dahulu untuk dirinya sendiri.Setengah jam berlalu, Melin gelisah karena Aldi tak kunjung menghampirinya. Pesan yang ia kirim beberapa menit yang lalu juga belum di baca. Ia pun mencoba menghubungi melalui telpon. "Sibuk lagi, masa dari tadi nggak kelar-kelar sih!? Apa sih yang di obroli?" Timbul rasa curiga di hati Melin. Secara logika, tak mungkin bos menghubungi by phone sampai selama ini dan di jam malam. Membayangkan dirinya diselingkuhi dan dikhianati, darah Melin mendidih. Tangan wanita itu mengepal kuat."Awas saja, Mas, kalau kamu sampai selingkuh dariku." Melin bergumam pelan dengan mata merah dan tangan yang mengepal.Sementara itu, Aldi masih menyetir sambil melihat ke kiri dan ke kanan. Mencari mobil coklat yang dulu pernah ia lihat di bawa Alin. "Di mana sih?" Gumamnya melihat ke sekitar. "Aku udah bolak balik di sekitar jalan ini, tapi
Read more

bab 35

Bab 35Mata Melin membulat dan hampir keluar dari tempatnya. Bibir mengerucut dan wajah yang memerah oleh amarah yang sejak tadi tertahan."Dari mana saja kamu, Mas?" todong Melin bercekak pinggang."Mas kan udah bilang tadi, mas terima telpon dari bos." Aldi mencoba memberi alasan.Melin tertawa sumbang,"bos?""Berikan hp mu, Mas!" Melin menengadahkan tangan.Aldi yang sudah lelah hanya melewati Melin begitu saja masuk ke dalam rumah."Mas! Berikan hape mu!" Suara Melin meninggi sambil berbalik mengikuti Aldi.Aldi merasa lelah karena sedari tadi mencari Alin. Rasa dongkol yang tadi hilang, kini muncul tiba-tiba bersama dengan rasa lapar yang mendera. Di tambah, Melin yang tak henti memberondong dengan kalimat menuduhnya, semakin membuat Aldi meradang.Brak! Prang!Aldi mengambil vas di samping bufet dan melemparkannya ke arah deretan foto keluarga yang terpajang di dinding. Hingga menimbulkan bunyi yang nyaring dan berdentang, membuat Melin
Read more

bab 36

Bab 36"Dari mana kamu dapatkan foto itu?""Siapa dia, Mas?"Aldi menghela nafas panjang,"bukan siapa-siapa, Mel. Sekarang katakan dari mana kamu mendapatkan foto itu?" tanya Aldi mencoba sabar. Ia harus tau siapa yang mencoba menyiram bara api cemburu di hati Melin yang sempat tenang."Bukan siapa-siapa? Yakin bukan siapa-siapa?" tuntut Melin dengan tatapan yang masih tajam."Kami hanya bertabrakan dan mas cuma menyampaikan maaf padanya," elak Aldi berbohong.Melin tertawa hambar, "maaf? Tapi Mas terlihat begitu senang.""Lalu Mas harus berekspresi seperti apa? Marah begitu? Di sini Mas yang sudah menabraknya, dan Mas hanya mencoba bersikap ramah," ujar Aldi terus berkelit."kalau kamu masih saja curiga dan bersikap seperti ini, terpaksa mas lakukan apa yang kamu tuduhkan itu!" lanjutnya mengancam.Mulut Melin membulat tak percaya,"Ooohh, jadi mas ngancem sekarang?" "Jangan curigai Mas kalau nggak ingin mas lakukan yang kamu tuduhkan itu!" Tegas
Read more

bab 37

Bab 37"Terima kasih ya, karena udah menjemputku. Mobilku sedang di pinjam teman dan dia belum kembali," ucap Alin sembari melirik ke sepion. Walau tak terlalu terlihat olehnya. Tetapi ia sangat yakin Melin melihat mobil Aldi membawanya. "Enggak masalah, mas seneng bisa membantu kamu, Lin," sahut Aldi tersenyum sambil sedikit menoleh ke arah Alin sebentar, lalu kembali melihat ke depan."Ooh iya, kita mau kemana, nih?""Pulang aja, Al.""Ke apartemen seruni?"Alin tercekat, menatap Aldi dalam diam. Walau Noah pernah mengatakan kemungkinan Aldi akan tau sendiri di mana dirinya tinggal. "Uumm, aku, pernah melihatmu masuk ke komplek apartemen itu. Kupikir di sana kamu tinggal sekarang." Aldi menjadi salah tingkah karena Alin yang diam menatapnya. Hanya itu yang bisa coba ia kelit saat ini. Tak mungkin ia jujur dengan berkata sudah mengikutinya selama beberapa hari hanya untuk tau di mana sang mantan istri tinggal."Ooohh, begitu," ujar Alin tersenyum kecut.
Read more

bab 38

Bab 38"Mas capek, mas nggak ada tenaga untuk bertengkar denganmu, Mel." Aldi melewati begitu saja Melin yang berdiri dengan tangan yang terlipat di dada.Amarah sudah memenuhi dadanya, Melin menarik lengan Aldi dengan kasar dan memaksanya berbalik berhadapan dengannya."Capek? Apa mas pikir aku nggak capek nungguin mas di sini?""Siapa juga yang nyuruh kamu nunggu Mel? Biasanya juga kamu udah tidur," kilah Aldi menarik balik tangannya dan melanjutkan langkah."Mas!"Melin yang belum puas menyusul Aldi ke kamar, dan terus melontarkan pertanyaan yang membuat Aldi semakin gerah dan jengah. Aldi mencoba tidak perduli dan berbaring, nyatanya Melin terus saja menyerangnya. Sampai Aldi kehabisan kesabaran."Cukup! Melin! Cukup! Mas jadi malas pulang kalau kamu seperti ini. Menuduh mas tanpa bukti dan terus menyudutkan mas! Maaf saja, maaf saja kalau mas benar-benar akan melakukannya," tukas Aldi kesal bangkit, mengambil bantal, dan selimut lalu berjalan ke luar
Read more

bab 39

Bab 39"Mau ke mana mas Aldi?" Gumam Melin mengikuti Aldi yang telah pulang dari kantor. Sudah satu jam lamanya, Melin menunggu Aldi di parkiran karena suaminya itu sedang ada meet up dengan beberapa relasinya. Sebagai seorang manager, ia harus bisa menjilat beberapa orang penting agar mudah untuk naik pangkat nantinya. Aldi memang mengincar sebagai manager yang kepala manager di pabrik tempatnya bekerja. Saat ini ia masih menjabat sebagai manager produksi.Setelah melihat Aldi keluar dari kantor, Melin bergegas melakukan penyamaran dan menggunakan ojek yang kebetulan mangkal di sekitar pabrik. Ia sengaja meninggalkan motornya agar Aldi tak mengenali atau pun melihat motornya mengikuti.Mobil Aldi berbelok di resto Langit milik Alin. Setelah memastikan Aldi masuk, Melin pun ikut mengendap dengan hati yang terus bertanya-tanya. Tanpa ia tau, dari lantai tiga, Alin tersenyum melihat Melin yang membuntuti Aldi masuk ke restonya."Baiklah, sepertinya kamu sudah menemukan petunjuk dariku.
Read more

bab 40

Bab 40"MMM, apa aku tidak boleh pulang ke mari?" Bukannya menjawab, Alin justru balik bertanya yang membuat Noah bungkam.Noah tersenyum kecil."Tidak, tentu saja boleh. Tapi bagaimana jika Aldi mengikutimu?" "Tenang saja, dia sedang bertengkar dengan istrinya.""Apa aku melewatkan sesuatu?" "Kamu mau dengar? Kamu tidak lelah?" Lagi-lagi, Alin malah balik bertanya hingga membuat Noah terkekeh.Hening.Noah menatap Alin intens lalu melangkah maju memasuki kamar. "Ceritakan sambil tidur saja," ucapnya sembari lepas jas mahalnya.Alin menutup pintu kamarnya, lalu mengambil jas Noah yang baru pria itu lepaskan. "Baiklah,""Aku mau mandi dulu," ucap Noah membuka kancing lengannya."Oke."Seusai mandi, Noah mendengarkan cerita Alin seharian tadi, termasuk saat Aldi dan Melin datang. Tanpa ada yang ditambah atau pun di kurangi. Bahkan aksi Tasya yang masih dia anggap sebagai orang asing, tak luput dari uraian ceritanya. Tanpa tau jika Tasy
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status