Bab 38
"Mas capek, mas nggak ada tenaga untuk bertengkar denganmu, Mel." Aldi melewati begitu saja Melin yang berdiri dengan tangan yang terlipat di dada.Amarah sudah memenuhi dadanya, Melin menarik lengan Aldi dengan kasar dan memaksanya berbalik berhadapan dengannya."Capek? Apa mas pikir aku nggak capek nungguin mas di sini?""Siapa juga yang nyuruh kamu nunggu Mel? Biasanya juga kamu udah tidur," kilah Aldi menarik balik tangannya dan melanjutkan langkah."Mas!"Melin yang belum puas menyusul Aldi ke kamar, dan terus melontarkan pertanyaan yang membuat Aldi semakin gerah dan jengah. Aldi mencoba tidak perduli dan berbaring, nyatanya Melin terus saja menyerangnya. Sampai Aldi kehabisan kesabaran."Cukup! Melin! Cukup! Mas jadi malas pulang kalau kamu seperti ini. Menuduh mas tanpa bukti dan terus menyudutkan mas! Maaf saja, maaf saja kalau mas benar-benar akan melakukannya," tukas Aldi kesal bangkit, mengambil bantal, dan selimut lalu berjalan ke luarBab 39"Mau ke mana mas Aldi?" Gumam Melin mengikuti Aldi yang telah pulang dari kantor. Sudah satu jam lamanya, Melin menunggu Aldi di parkiran karena suaminya itu sedang ada meet up dengan beberapa relasinya. Sebagai seorang manager, ia harus bisa menjilat beberapa orang penting agar mudah untuk naik pangkat nantinya. Aldi memang mengincar sebagai manager yang kepala manager di pabrik tempatnya bekerja. Saat ini ia masih menjabat sebagai manager produksi.Setelah melihat Aldi keluar dari kantor, Melin bergegas melakukan penyamaran dan menggunakan ojek yang kebetulan mangkal di sekitar pabrik. Ia sengaja meninggalkan motornya agar Aldi tak mengenali atau pun melihat motornya mengikuti.Mobil Aldi berbelok di resto Langit milik Alin. Setelah memastikan Aldi masuk, Melin pun ikut mengendap dengan hati yang terus bertanya-tanya. Tanpa ia tau, dari lantai tiga, Alin tersenyum melihat Melin yang membuntuti Aldi masuk ke restonya."Baiklah, sepertinya kamu sudah menemukan petunjuk dariku.
Bab 40"MMM, apa aku tidak boleh pulang ke mari?" Bukannya menjawab, Alin justru balik bertanya yang membuat Noah bungkam.Noah tersenyum kecil."Tidak, tentu saja boleh. Tapi bagaimana jika Aldi mengikutimu?" "Tenang saja, dia sedang bertengkar dengan istrinya.""Apa aku melewatkan sesuatu?" "Kamu mau dengar? Kamu tidak lelah?" Lagi-lagi, Alin malah balik bertanya hingga membuat Noah terkekeh.Hening.Noah menatap Alin intens lalu melangkah maju memasuki kamar. "Ceritakan sambil tidur saja," ucapnya sembari lepas jas mahalnya.Alin menutup pintu kamarnya, lalu mengambil jas Noah yang baru pria itu lepaskan. "Baiklah,""Aku mau mandi dulu," ucap Noah membuka kancing lengannya."Oke."Seusai mandi, Noah mendengarkan cerita Alin seharian tadi, termasuk saat Aldi dan Melin datang. Tanpa ada yang ditambah atau pun di kurangi. Bahkan aksi Tasya yang masih dia anggap sebagai orang asing, tak luput dari uraian ceritanya. Tanpa tau jika Tasy
Bab 41Sore itu, Aldi membeli sebuket bunga di sebuah toko sebelum ia mendatangi Alin di resto. Senyum merekah di bibirnya, sudah ia bayangkan Alin yang senang menerima bunga darinya. Dulu, saat ia masih menjadi suami Alin, tak pernah sekali pun memberi Alin bunga. Jangankan bunga, makanan yang layak saja Aldi jarang memberi. Terlebih setelah mengenal Melin. Namun, sekarang ia kan melakukan demi meluluhkan hati Alin lagi. "Aku berharap kamu akan menyukainya, Alin."Aldi menyimpan buket bunga di kursi samping kemudi. Lalu mengendarai mobilnya ke resto Langit. Setelah sampai, ia keluar dengan membawa buket itu dan tersenyum lebar. Namun, matanya melebar sempurna melihat Melin di sana. Rasa kesal dan marah merasuki hatinya dengan cepat."Mau apa dia di sini??" gumam Aldi berjalan cepat ke arah Melin yang sedang berteriak-teriak di depan resto."Bikin malu saja!"Aldi bersungut mendekat, "jangan sampai Alin jadi marah gara-gara ini lagi! Bikin stres saja!""Suruh wanita ular itu keluar!"
Bab 42Tenggorokan Melin tercekat, menatap Aldi tak percaya. Akhirnya kalimat cerai itu keluar juga dari mulut suaminya. "Apa mas?""Mas sudah lelah menjalani rumah tangga denganmu. Kamu terlalu curiga dan banyak menuntut. Selama ini mas sudah mencoba sabar, tapi kamu... Kamu sedikit pun tak mengerti, tak berubah, dan terus bersikap egois. Masalah Melki, biar dia ikut dengan mu. Dia butuh asi dan kasih sayang mamanya. Mas janji akan tetap memberikan nafkah untuknya meski kita bercerai," ucap Aldi enteng tanpa menoleh dan tetap melihat ke depan.”Tapi, jika kamu nanti meras berat, aku bisa mengurusnya sendiri.”Melin masih terus menatap Aldi tak percaya. Lalu ia tertawa, hingga membuat Aldi menoleh padanya."Mas bilang aku egois dan banyak menuntut? Dan mas mau bercerai?" Melin mengulang, terlihat begitu menahan emosinya."Hei! Siapa yang egois di sini, Hem? Kau yang berselingkuh dan kau pula yang meminta bercerai. Jelas aku tau mas, mas ingin bercerai karena wanita murahan itu, kan? Ka
Bab 43Alin terdiam sejenak, tak mungkin ia membuka pintu sedangkan ia masih dengan penampilan seperti ini. Ia hanya menunggu sampai suara bel berhenti sendiri. Selang beberapa menit, suara bel sudah tak terdengar lagi, Alin mulai bernafas lega.“Siapa yang datang? Apa mungkin itu Aldi?” batin Alin bertanya-tanya. Karena jika Noah, sudah pasti tidak akan menekan bel. Melainkan langsung membuka dengan aksesnya.Alin memasang telinga. Merasa mendengar sesuatu yang asing di luar kamarnya. “Apa itu Noah? Tapi, kenapa tadi dia menekan bel? Apa dia sengaja membuat ku takut?” gumam Alin meletakkan di atas meja Cube skincare yang tadi dia pegang.Pikiran Alin ke sana sini, rasa was-was dan cemas mulai menaunginya. “Apa itu Aldi? Tapi, bagaimana dia bisa masuk?”Alin berdiri, dan melangkah sampai ke depan pintu kamarnya. Ia menempelkan telinga pada daun pintu yang menutup di depannya. Terdengar suara asing di balik pintu, meski samar. Alin menjauhkan tubuhnya dari daun pintu, memegangi dadany
Bab 44Sudah dua hari lamanya Aldi tak pulang ke rumah, sejak pertengkaran dengan Melin malam itu. Ia hanya menginap di hotel dan kadang malah bermalam di kantor. Rasanya enggan untuk pulang, karena hanya makian yang jadi sambutan. Aldi juga sudah malas melihat ataupun mendengar suara Melin. Meski mereka satu kantor, tetapi, Aldi dan Melin beda departemen. Aldi menjabat sebagai manager, sedangkan Melin sebagai staf pengembangan produk di bagian lain.Aldi baru saja keluar dari salah satu ruang HRD, ia melihat dan harus berpapasan dengan sang istri di ujung lorong. Ia memutar matanya malas. Sudah pasti Melin akan memancing untuk bertengkar karena ia tak pulang beberapa hari ini. Dari pada membuat keributan di kantor, lebih baik Aldi menghindar dengan belok ke salah satu ruang meting yang sedang berlangsung meski ia tak masuk sebagai bagian di sana.Aldi mengangguk canggung saat masuk ke dalam ruangan itu dan menjadi pusat perhatian di sana. Beruntung itu hanya meting karyawan biasa,”S
Bab 45"Kenapa kamu sangat memaksa, Aldi?"Alin mendorong dengan kuat tubuh Aldi yang berusaha memeluknya. "Pulanglah, Aldi! Kamu mabuk, aku tak ingin berurusan dengan orang mabuk yang kehilangan akal," usir Alin."Mas mencintaimu, Lin. Tak bisakah kamu melihat kesungguhan hati mas ini?" ucap Aldi mengiba."Pulanglah Aldi! “"Aku akan mencerikan Melin, asalkan kita bisa kembali bersama," ucap Aldi tanpa beban berjalan mendekat dan menyentuh lengan Alin yang cepat menepis. "Aku mencintaimu, Lin. Sangat! Aku menyesal sudah menyia-nyiakanmu selama ini. Aku menyesal sudah membuatmu menderita. Tolong maafkan aku dan mari kita membuka lembaran baru bersama."Alin tersenyum tipis,"Begitu mudahnya kamu untuk menceraikan dan membuang istri dan anakmu. Dulu kami, sekarang Melin, jika nanti kita menikah, kau pasti juga akan membuangku lagi."Aldi menggeleng cepat,"Tidak, tidak Alin! Tidak akan!"Alin tersenyum sinis,
Bab 46Sengat-sengatan terasa menjalar dari sana, hingga tubuh Alin membeku dan meremang. Ia memejamkan matanya, sudah sangat lama ia tak merasakan hal seperti ini. Sebagai seorang janda yang pernah meneguk nikmatnya, Alin terpengaruh. "Baiklah," ucap Alin menyetujui dengan seutas senyuman. "Tapi, kamu bau alkohol. Mandilah dulu," sambung Alin meminta. Saat dalam perjalanan Noah sempat meminum alkohol. Meski Alin sudah berusaha mencegahnya, ia tak bisa apa-apa karena mata Noah malah menatapnya tajam dan mengintimidasi. Juga membagi cairan di dalam mulutnya pada Alin hingga wanita itu ikut merasakan pengarnya alkohol.Noah mengurai pelukannya, tanpa kata ia melangkah ke kamar mandi. Kesemptan itu Alin gunakan untuk menghubungi seseorang yang dia percaya untuk membeli sesuatu dan mengantarnya esok pagi. Tidak sampai lima belas menit, Noah sudah ke luar. Hanya membalut tubuh bawahnya dengan handuk, aroma sabun yang khas menguar dari tubuh kekarnya.Alin mengulas senyuman dengan segera me