Semua Bab Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu: Bab 21 - Bab 30

57 Bab

bab 21

Bu Romlah, mendapati rumahnya berantakan saat ia baru saja pulang arisan. Hatinya geram dan diliputi kemarahan. Bagaimana tidak, semenjak Aldi dan keluarga nya tinggal dirumahnya, kediamannya itu selalu berantakan. "Aldi!""Aldi!"Bu Romlah terus berteriak memanggil anaknya. Melin yang sedang tiduran dikamar mendengar suara calon mertua-nya itu berteriak-teriak mengambil bantal dan menutup telinganya. Namun, teriakan Bu Romlah memang tiada duanya. Suaranya bahkan sampai tembus walau Melin sudah menyumpal dengan bantal. Dengan jengkel, Melin melempar bantalnya di kasur. Ia dengan terpaksa bangkit dan keluar kamar. Tak lupa dengan mulut yang cemberut."Aldi!""Aldi!""Apalah Mak lampir ini, siang-siang mau istirahat juga, malah ngganggu." gerutu Melin melihat Bu Romlah yang berdiri dengan tak tenang di ruang depan. Melin merubah mimik mukanya, di buat seramah mungkin. Padahal aslinya ogah juga."Ada apa sih Ma?" tanya Melin lembut dengan langkah
Baca selengkapnya

bab 22

Noah berjalan keluar dari ruangannya denga terburu-buru. Di kejauhan, Robin yang melihat Noah kelaur dari ruang nya dengan terburu, langsung menahan bosnya itu."kau mau kemana?""Langit....""kau masih ada meeting,Noah.""Tapi...""Kau tak bisa meninggalkan begitu saja. Ingatlah, ini klien kita yang paling penting. apa kau mau kehilangan bermiliar-miliar demi Bocah itu?"Noah menatap Robin dengan memohon. Ia tak bisa membiarkan Langit yang sudah penuh luka itu menunggunya lebih lama. Tapi, jika kesepakatan dengan klien ini sampai gagal, mungkin Noah akan mengalami kerugian yang sangat besar. Ia sangat dilema."Aku harus menjemput Langit.""Katakan itu pada ibunya. Dia bukan tanggung jawabmu."kedua pria itu saling menatap dengan mata yang sama tegas dan tajam."Kau benar-benar akan melepaskan kesempatan ini? Apa kau siap dengan konsekuensi nya?"Tanpa menjawab Noah hanya menatap tajam Robin. Bisa Robin lihat seberapa tekat didalam di
Baca selengkapnya

bab 23

"Apa?"Alin tercengang mendengar penuturan Noah. Mulutnya terbuka dan netranya melebar. Tangan Alin perlahan bergerak menutup mulutnya. Ia sangat tak percaya Mertuanya bisa begitu tega memukul cucunya sendiri. Ia tau jika Bu Romlah tak menyukainya, tapi, sampai memukul Langit?Dengan reflek, Alin melangkah. Namun dengan cepat Noah menahan lengannya."Kau mau kemana?""Menemui wanita itu.""Lalu? Apa yang akan kau lakukan? Melabraknya? Atau membalas memukulnya? Heemm??""Lalu? Apa aku harus diam saja? Mereka membuat langit seperti itu? Kau mau aku diam saja?" tangis Alin dengan penekanan dan emosi yang meluap."Tidak. Kami sudah melakukan visum. Tinggal membuat laporan. Kau yang membuat laporan, kau ibunya."Alin tertawa pahit, "Apa kau pikir mereka akan mendapatkan hukuman yang setimpal? Bagaimana jika mereka justru menggunakan uang jaminan?""Itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan membiarkannya.""Kita buat laporan, dan tuntut mereka seb
Baca selengkapnya

bab 24

Pagi ini, Langit muntah lagi. Alin yang merasa cemas anak lelakinya berulang kali muntah sejak kejadian penganiyayaan oleh neneknya itu. Cemas, dan membawa Langit ke rumah sakit. Tentu saja Noah menyertai, sejak Noah membawa Langit, ia sudah mengatur agar Alin dan Langit tinggal di rumahnya saja. Walau awalnya Alin menolak. Namun begitu Noah memberi tahu rencana dan segala kemungkinan, mereka akan mendapat perlakuan buruk dari Aldi dan keluarganya. Akhirnya, Alin pun menyetujui nya.Noah juga menyarankan agar Langit pindah sekolah. Alin yang sudah buntu itu, menurut saja apa yang Noah lakukan dan sarankan. Ia hanya memikirkan Langit yang kini berada dirumah sakit.Selama hampir dua hari lamanya Alin menunggui Langit yang keadaannya makin memburuk. Akibat pukulan benda tumpul yang bertubi-tubi ditubuhnya, organ dalam Langit tidak bekerja sebagai mana mestinya. Meski dirawat, namun kecil kemungkinan untuk Langit sembuh. Alin hanya meratap dan menangisi anaknya.###
Baca selengkapnya

bab 25

"Apa yang terjadi?" tanya Noah yang sudah sampai di lorong rumah sakit. Di hadapannya Robin sedang menunggu. ia menatap Alin yang sudah berderai."Bersabarlah. Dokter sedang menangani nya." ucap Robin mencoba menenangkan, walau ia sendiri tak yakin akan keselamatan bocah kecil itu."Langit anakku, apa yang terjadi?" gumam Alin tersedu.Noah memandang Robin, ia tau sesuatu terjadi dan mungkin pria itu enggan untuk mengungkapkan nya pada Alin yang terlihat sangat sedih itu."apa yang sebenarnya terjadi?" bisik Noah membawa Robin sedikit menjauh dari Alin."sebenarnya," bisik Robin ragu. ia melirik Alin tang masih terlihat gelisah di depan ruang khusus."Langit drop, dokter bilang, kemungkinan jika malam ini lewat, Langit selamat, tapi, jika tidak.....""Apa itu artinya?""Kita berdoa saja. Semoga Langit bisa melalui mal ini."Noah melemas, ia menatap Alin yang terus gelisah itu. Entah bagaimana reaksi nya jika mendengar ini semua."Kita sudah lakukan yang harus di lakukan Noah,jangan me
Baca selengkapnya

Bab 26

"Kau tidak berhak sedikitpun untuk berada di sini. Kau memang ayahnya, tapi kau lalai dalam menjaganya." sergah Alin dengan mata yang membulat dan merah."Aku bekerja, Lin! Aku juga harus memberinya nafkah. Aku tidak bisa terus menjaga Langit sepanjang waktu." sanggah Aldi dengan wajah memelas. "Ini semua diluar kendaliku.""Hahaha, sepertinya, kamu juga lupa jika pernah kehilangan Langit saat sedang berpiknik dengan istri barumu." Alin mengingatkan dengan pandangan meremehkan sambil melipat tangannya di dada."Saat itu kamu tidak sedang bekerja, kan? Apa kamu sedang mengelak, heem?"Aldi diam, apa yang Alin katakan benar. Dan ia tak bisa mengelak dari itu."Pergilah, aku tak ingin bertengkar di depan jenazah Langit?" pinta Alin, karena ia sudah sangat lelah. Dan kehadiran Aldi semakin membuatnya lelah."Alin pliss..." Aldi memohon. Bu Reni yang merasa kasihan juga pada Aldi mengusap lengan Alin. "Biarkan saja dia ikut di sini Lin." Alin langsung menatap Bu Reni."Demi Langit. biar dia
Baca selengkapnya

bab 27

Acara pemakaman Langit berjalan dengan lancar, tanpa kehadiran Aldi tentunya. Pria itu tak punya cukup nyali karena harus berhadapan dengan orang-orang berbadan kekar suruhan Robin. Ia memilih pulang karena tak ada gunanya juga dia di sana. Apalagi, sang istri terus merengek pulang, semakin membuat Aldi pusing saja.Brak! Pintu rumah di buka dengan kasar. Aldi yang sudah terlanjur kesal itu hanya bisa meluapkannya dengan menendang pintu."Apaan sih, Mas? pake tendang-tendang pintu segala?!" protes Melin yang mengikuti dari belakang."Aarrgggg!!" Aldi berteriak frustasi. Dengan sangat kesal ia menoleh dan menatap tajam pada Melinda."Lain kali jangan menyusul Mas lagi. Bikin malu saja! Gara-gara kamu, mas jadi nggak bisa ikut memakamkan putra mas sendiri!" "Oohh, jadi mas marah sama Melin? Aku ini wanita hamil, mas! Aku khawatir jika sampai suamiku digoda lagi oleh mantan istrinya!" sungut Melin menyalang."Apa mas nggak mikirin perasaanku sama sekali?""Melin! Mas nggak mungkin balik
Baca selengkapnya

Bab 28

Mata Alin melebar tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Noah. 'Menikah? Dia ingin menikah denganku? Apa itu tidak salah? Siapa aku? Bukan wanita cantik, juga tak punya uang. Mau apa dia menikah denganku?' batin Alin.Noah tersenyum melihat wajah Alin yang berubah bingung dan heran. "Aku tidak butuh imbalan. Aku juga sangat marah pada mereka. Langit bukan hanya bocah biasa. Bagiku, Langit adalah bocah luar biasa yang sudah mencuri perhatian dan juga hatiku. Aku sangat sakit saat tau dia dilukai." Noah menatap manik mata Alin yang bergerak mencari kejujuran dan kesungguhan darinya."Karena itu, baik aku, ataupun Robin, kami langsung bergerak cepat dan membuat Bu Romlah di tahan. Dalam waktu dekat dia akan menjalani sidang. Dan akan kupastikan dia akan mendekam selamanya di jeruji besi."Alin masih membisu, menatap Noah. Tangan Noah menyentuh kedua tangan Alin dan menggenggamnya."Dan, mengenai manta
Baca selengkapnya

bab 29

"Aku sudah menunggu selama setahun untuk ini. Nggak mungkin aku nggak siap," jawab Alin mengulas senyum. "Oke, kita lakukan sesuai rencana." Noah berjalan lebih dulu, Alin mengikuti dari belakang sampai mereka keluar dari kamar. "Hari ini, Aldi dan teman-temannya akan merayakan kenaikan jabatan di kafe Langit," jelas Noah menuruni tangga di halaman rumah besarnya. Ucapan Noah membuat langkah Alin terhenti sejenak, Noah yang merasa Alin tertinggal menoleh."Ada apa?""Dari mana kamu tau?" Bukannya menjawab, Alin justru bertanya balik. Noah tersenyum tipis, lalu berjalan mendekat dan meraih tangan Alin agar kembali berjalan bersama-sama. "Pabrik tempat Aldi bekerja, kamu tau apa nama PT nya?""Seingatku, namanya PT Bisho," jawab Alin mengingat-ingat."Tepat sekali." Noah berhenti di sisi mobil sport yang sudah terparkir di halaman rumah, lalu membuka pintunya untuk Alin."Dua tahun yang lalu kami mengakuisisi PT Bisho. Mereka berada di bawah perusahaan SNSV. Bukan hal sulit untuk tau a
Baca selengkapnya

Bab 30

Bab 30Mata Aldi melebar melihat wanita cantik yang berjalan mendekat. Tubuh yang langsing nan putih semampai. Gaun berwarna merah muda yang melebar di bagian bawahnya dan menjuntai hingga di atas betisnya, tampak sopan dan elegan.“Sempurna,”gumam Aldi tanpa ia sadar memuji. Rekan sesama manager tersenyum puas mendengar Aldi yang memuji dengan refleknya. Aldi masih terus menatap keindahan wanita yang semakin memangkas jarak. Ia merasa mengenal wanita itu. Tetapi, hatinya sendiri tidak yakin. ‘Apa benar itu Alin? Wanita dekil yang pernah menjadi istriku? Satu tahun tak bertemu, bagaimana bisa Alin berubah sedrastis ini?’ batin Aldi dengan mulut yang menganga cukup lebar. Matanya masih terus menatap dan mengagumi wanita yang sangat mirip dengan mantan istrinya, tanpa ia tau dia adalah Alin wanita yang sudah ia campakkan karena dekil."Selamat malam," sapa Alin tersenyum sangat ramah sat langkah kakinya behenti tepat di depan meja Aldi.'Bahkan suaranya mirip dengan Alin,' batin Aldi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status