Home / Pendekar / Srikandi Antara Dendam Dan Cinta / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Srikandi Antara Dendam Dan Cinta: Chapter 51 - Chapter 60

107 Chapters

Semakin Aneh

"Dimana?" Bibi pun bertanya, matanya telah layu, seperti mendapat kekuatan magic yang tak dapat dihindari. "Di kamar Bibi.""A, apa? Di kamarku?" "Hm, apa Bibi keberatan?" Kalimat pertanyaan bara terdengar makin rendah, mendayu-ndayu. Dan membuat Bibi tak bisa menolaknya sama sekali. Wanita yang tak pernah mendapatkan kehangatan seorang suami itupun mengangguk pasrah. Apalagi mata bara memang disengaja menatap lawan bicara dengan sangat intens. "Baiklah. Kalau begitu, bibi boleh pergi, dan tunggu aku nanti malam, ya."Sekali lagi Bibi mengangguk, kemudian pergi seperti yang dikatakan Bara. Belum lama wanita itu melangkah, di sebelah Bara, Marta tiba-tiba telah berdiri di sana, entah sejak kapan. "Kau ingin bertemu dengan Bibi Ratih nanti malam? Apa yang akan kau lakukan?" Gumam Marta, Bara terbanyak kaget. Namun pria itu segera memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Jika kau penasaran, boleh menemuiku setelah dari kamar Bibi Ratih." Bara tersenyum miring, membuat Marta membulatkan
Read more

Harus Tutup Mulut

Karena kaget, ia sampai menghentikan langkah, menatap ke arah dua orang yang dicurigai. "Marta, sedang apa, kau?" Pertanyaan bagas membuatnya tersentak. Marta kaget dan bingung bagaimana akan bersikap selanjutnya. "E, aku? Tidak," Jawabnya sambil menata hati yang terus menggerutu. Ia melirik bagas, pria itu ikut memandang ke arah yang dilihat Marta tadi. Ia mengernyit entah memikirkan apa, Marta kira, bagas akan berkomentar. Rupanya tidak. "Sudah, ayo jalan lagi." Ajaknya sambil berlalu. Marta mengikuti dari belakang, hatinya makin bimbang. Ingin sekali mengatakan siapa mereka sebenarnya, tapi, jika ia katakan itu, bukan tak mungkin bara pun akan membongkar rahasianya. Ah, sial! Benar-benar serba sulit. Marta merutuk dalam hatinya. "Marta, kau tadi ingin keluar dari kamar. Hendak kemana?" Tanya Bagas membuat Marta terhenyak karena tiba-tiba telah berhenti tepat di hadapan. "Hanya ingin keluar saja," Jawabnya memang tak pernah jujur. "Kau sendiri, untuk apa kemari?" Marta ikut b
Read more

Surat Menegangkan

"Ah, Bibi. Itu .... ""Aku tidak mau tau. Tugasmu adalah membongkar siapa mereka sebenarnya, pada Baginda dan pangeran." Bibi memerintahkan pada Marta, tak peduli meski setelahnya gadis itu terhenyak."Dan harus segera." Suara Bibi lagi, sementara Marta masih belum menanggapiarena kalau tidak, bisa-bisa istana ini akan hancur. Cepat atau lambat." Usai mengatakannya, wanita itu berakting layaknya anak kecil sedang menangis."Hu hu ... Aku tidak bisa membayangkan jika terjadi sesuatu yang buruk pada tempat Indah ini," Ucapnya dengan kedua tangan bergantian mengusap mata yang tak keluar apapun."Aku yang seorang janda ini, di mana lagi akan mendapatkan pekerjaan enak dengan gaji besar seperti di sini. Oh, tidak .... "Marta membulatkan mulut, selanjutnya memutar bola mata jengah. Bosan dengan alasan Bibi yang baginya sangat klasik. Tak ada menariknya sama sekali bagi seorang pendekar seperti dia."Pokoknya, besok pagi kau harus bicarakan mereka pada Baginda. Agar mereka segera diberhenti
Read more

Harus Giat Berlatih

Gadis itu mendekat, tak lupa membungkukkan badan atas keterlambatannya. Sang Raja langsung menyodorkan kertas tadi ke depan Marta. Ia kaget bukan main, saat melihat isi surat yang membuat semua orang terdiam.Sebagai seorang pelayan, tak seharusnya ia membaca isi surat itu. Namun, baris teratas tetap saja terbaca meski sekilas. Akan ada penyerangan dalam waktu dekat. Apa? Tanya Marta dalam hati.Beberapa saat lamanya, suasana pertemuan ini hening. Tak ada satupun yang angkat bicara, entah kapan surat misterius itu datang, hingga membuat Baginda dan yang lain berkumpul di tempat ini, sebelum perut mereka terisi makanan."Maaf, Baginda." Seseorang berkata, sosok yang paling dituakan di tempat ini. Baginda menyilahkan sang penasehat istana untuk melanjutkan kalimatnya."Bermusyawarah dalam keadaan perut kosong seperti ini tak akan menemui solusinya, Baginda. Jadi, alangkah baiknya jika kita tunda dulu rapat kali ini. Kita makan pagi dulu, setelah itu bisa kita lanjutkan lagi.""Kau ini b
Read more

Dihasut

Bagas masih diam, saat melihat wajah lelah mereka semakin terlihat layu setelah mendengar pengumuman mendadak itu. Ia juga tak menyadari, ada dua orang tersenyum licik menatap ke arahnya. Bara dan Dirga yang berada di pojok halaman. Sedang mencabuti rumput liar, tetapi sejatinya mereka memperhatikan percakapan antara kedua pangeran tadi. Salah satu dari mereka mengacungkan jempol, pertanda semuanya akan berjalan sesuai rencana. Kemudian dibalas dengan pria yang satunya, juga mengacungkan jempol disertai senyuman lebar mengembang. Namun, di saat yang sama ternyata Bagas menyadari. Ia mengernyit melihat tukang kebun yang bersikap tak sewajarnya itu. Langkahnya kemudian terangkat tegas, mendekat, mengamati dua pria pegawai baru yang ia belum tau namanya. "Selamat siang, Pangeran," Ucap salah satu sambil tersenyum sungkan. "Apa kalian sedang membicarakan kami?" Tak ingin berbasa-basi, Bagas langsung bertanya pada inti permasalahannya. Dua orang berjongkok itu tak langsung menjawab, me
Read more

Rencana Bara

"Bukankah harusnya memang seperti itu?" Baginda menimpali."Mereka harus berlatih siang dan malam dengan sangat ketat." Pangeran melanjutkan, hal itu membuat Baginda dan Marta mengerjap tak mengerti."Siang dan malam?" Gumam Baginda. Marta yang berdiri di belakang sang Raja pun merasa cukup terwakili dengan pertanyaan itu. Ia ikut menatap serius ke arah Pangeran Mahesa, penasaran."Benar, Ayah. Karena kalau tidak, ketangkasan mereka tidak akan terasah," Jawaban Mahesa membuat Baginda makin memicing tak mengerti."Saat apa mereka bisa beristirahat?" Tanya Baginda lagi."Mereka hanya akan beristirahat di saat waktu makan saja, Ayah.""Saran dari mana itu? Apa kita tidak terlalu kejam dengan pasukan?""Justru tidak, Ayah. Bukannya semakin sering mereka berlatih, mereka akan semakin kuat?" Mahesa tetap mendesak, percaya bahwa usulan Bara yang paling benar."Bagaimana kalau mereka merasa tertekan dan kelelahan?""Tidak, Ayah. Mereka kan sudah ada waktu istirahatnya tersendiri. Jadi tidak m
Read more

Mulai Tunbang

Hening. Tak ada jawaban, hingga beberapa saat. Hingga suara deheman tegas membuat keduanya mendongak ke arah yang sama. Baik Marta maupun Bara, keduanya sama-sama menegakkan badan serentak. Bara serta merta menyatukan kedua tangannya menaruh hormat. "Pangeran."Bagas tak menanggapi, ia malah menatap dua orang di depan dengan pandangan menyelidik. Marta yang merasa dicurigai, hanya mendesah lirih. "Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Bagas. Marta memberikan isyarat dengan tangan, agar bagas bisa sedikit lebih tenang. "Kau, siapa namamu?" Ujung telunjuk Bagas mengarah pada Bara. "Saya, Bara, Pangeran.""Bara? Kenapa kau ada di sini dengan gadis ini? Kau tau, kan, Marta adalah kekasihku?" Bagas menyindir. Marta berhembus lega. Setidaknya, pangeran itu kesini bukan karena mendengarkan ucapan bara tadi, tapi hanya sebatas kecemburuan. Ia menggeleng tak habis pikir. "Saya tau, Pangeran. Saya kemari hanya mengajak nona Marta untuk berbincang. Tidak ada yang lain.""Apa itu benar?"
Read more

Kecurigaan Bagas

"Pangeran, ada tiga orang lagi yang sakit," Teriak salah satu masuk tergesa ke kamar yang ditunggu Bagas."Ada yang sakit lagi?" Tanya Bagas."Iya, Pangeran. Mereka jatuh pingsan di tempat latihan." Baru saja prajurit yang melapor itu menyelesaikan kalimatnya, Bagas telah berlalu dari kamar itu. Berlari menuju tempat latihan yang telah riuh berkerumun menjadi satu.Ada Bara dan Dirga di sana, Bagas menyibak puluhan orang merapat satu sama lain. "Ada apa ini?" Tanya Bagas dengan nada cukup keras, sebab jika tidak, mereka tak mungkin bisa mendengarnya."Tidak tau, tuan Bagas. Mereka tiba-tiba saja pingsan," Jawab salah satu. Bagas tak langsung menanggapi, ia hanya mengamati satu demi satu prajurit yang ada di sana. Baik Panglima, Bara maupun Dirga pun tak luput dari tatapan menyelidik."Apa kalian tau, penyebab mereka pingsan? Bahkan di kamar sudah ada beberapa yang berbaring lemah," Kalimat tanya Bagas, diiringi dengan sorot mata tajam. Menyapu semua wajah yang ada di sini. Mereka meng
Read more

Bara Dan Dirga Menghilang

"Benar, Pangeran." Salah satu bicara diantara nafas terengah. "Gerakan pemberontak telah bermalam diperbatasan, tuan. Tak lama lagi pasti akan datang kemari," Jawaban mereka membuat Bagas tak mampu bereaksi apapun.Ia hanya mengerjap, antara tak percaya, dan beberapa perasaan kaget yang lain. Mungkin akan biasa saja, jika musuh dalam peperangan ini adalah negara lain. Namun ini, mereka harus melawan bangsa sendiri.Yang dampaknya bisa menghilangkan citra diri, di mata bangsa lain. Bisa saja mereka bersorak kegirangan atas peperangan dengan sesama sendiri seperti ini."Tuan Bagas," Sapa salah satu, karena Bagas telah beberapa detik tak menjawab apapun. "Bagaimana ini?""Ah, iya." Mendadak Bagas menjawab kikuk, arah tatapannya tak menentu. Pada tempat berlatih tanpa pelatih, juga ke arah tempat pertemuan. Yang di sana, Baginda telah turun dari singgasana. Berjalan kemari, mungkin melihat dirinya yang berbicara serius dengan penjaga perbatasan."Baginda harus tau secepatnya. Ayo, ikut ak
Read more

Marta Bimbang

"Melarikan diri?" Gumam Panglima dan Baginda serentak, keduanya menatap serius ke arah Bagas."Melarikan diri bagaimana maksudmu, Bagas?" Baginda mengulang pertanyaan, karena Bagas tak segera memberikan jawaban. Malah menatapnya, juga Panglima dengan sorot mata penuh kekecewaan. Baginda sebenarnya paham sang putra sedang kecewa, hanya saja tidak mengerti apa yang membuatnya kecewa."Dugaanku pasti tidak salah. Mereka pasti melarikan diri, setelah membuat kekacauan pada pasukan istana," Bagas berucap dengan mata menerawang."Maksudmu, mereka adalah ...""Benar." Bagas kembali menatap sang Ayah yang bertanya bingung. "Mereka pasti mata-mata dari musuh. Datang kemari dan berpura-pura untuk mencari pekerjaan. Padahal tujuan utama mereka di sini pasti untuk mengacaukan pasukan. Agar mereka bisa mengalahkan kita.""Apa? Lalu, bagaimana ini?" Baginda panik, diikuti Panglima yang mungkin tak percaya bahwa dirinya selama ini telah dikelabuhi dua orang pegawai itu."Semua sudah terjadi. Musuh p
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status