Semua Bab Srikandi Antara Dendam Dan Cinta: Bab 11 - Bab 20

107 Bab

Panglima Yang Selalu Berburuk Sangka

Bahkan menunggui saat Marta meracik teh pesanan baginda. "Ada apa, Panglima? Apa anda memesan teh juga?" Tanya Marta berniat mencairkan suasana. Namun pria itu memberikan jawab menusuk. "Aku hanya sedang memastikan, kau tak memberikan sesuatu pada minuman itu.""Ah, panglima ini. Ada-ada saja," Ucap Marta mengerling genit yang dibuat-buat. Ia bahkan hendak menyentuh lengan berotot panglima yang tercetak dari balik baju panjang. Namun, saat belum tiba tangan itu, panglima telah menyingkir sambil mendengus kesal. "Kau ini licik, juga pandai merayu laki-laki!" Desis pria itu menatap jijik. Bukannya tak nyaman dengan kalimat ketus itu, Marta justru terkekeh tak habis pikir. Dalam hatinya mengatakan, pandai juga orang ini membaca gerak-gerik orang lain. "Benarkan, coba Anda pikirkan. Kalau aku yang bertindak atas semua ini, apa tujuanku, hm? Seorang gadis Desa yang tak punya apapun dan dukungan dari manapun di tempat ini.""Lagipula, kenapa anda curiga sekali padaku? Apa anda punya bukt
Baca selengkapnya

Bagas

Setelah melayani sang Raja sejak sore tadi, kini saatnya Marta duduk seorang diri di teras belakang. Menikmati semilir angin malam, yang kadang mengharuskannya memeluk diri. "Kau sendirian saja di sini?" Seseorang bertanya, membuat Marta menoleh kaget. Apalagi saat menemukan sosok berdiri tegak di depan dengan jarak beberapa meter, seorang pria yang menolongnya pagi itu di pasar. "Kau, di sini?" Gumamnya seraya bangkit dari duduk, ia mengerjap saat pria yang katanya memiliki nama bagas itu mendekat. "Kenapa bisa di sini?" Belum mendapatkan jawaban, Marta mencecar pria itu karena rasa penasarannya. "Ceritanya panjang," Ucap bagas menyusul Marta duduk di sebelahnya. Pria berwajah tampan itu terlihat semakin rupawan saat berbicara sambil tersenyum. "Tapi yang jelas, saat ini aku juga mendapatkan pekerjaan di sini. Jadi, kita bisa bisa bertemu setiap hari." Bagas mengerling nakal, sementara Marta menyipit heran. Ia berdecak, tetapi rasa penasaran mendorongnya kembali bertanya. "Kau be
Baca selengkapnya

Pernyataan Bagas

"Aman, kan? Silahkan diminum." Marta berseru, tetapi pria tadi malah membalikkan badan dan pergi sambil menggerutu. Meninggalkan gadis pelayan yang kemudian mengedikkan bahu tak peduli, kejab kemudian Marta tersenyum geli. Baru menyadari kesalahan kecil yang ia lakukan pada Panglima tadi. Memang siapa yang tak langsung melarikan diri setelah diberikan minuman sisa? Ia mengikik sendiri, membawa gelas itu berjalan melewati pintu dapur. Langkahnya pelan, seperti sedang memberikan keseimbangan badan badan agar gelas yang ia bawa isinya tidak beriak. Saat melangkah keluar pintu, Marta dibuat kaget oleh sosok yang ternyata masih menungguinya di pinggiran pintu sebelah luar. Saking kagetnya, ia nyaris menjatuhkan gelas di tangan. Untungnya, sosok itu segera membantunya memegangi gelas. Marta tersenyum nyengir. "Panglima masih di sini?" Gumam gadis itu yang tak lantas dijawab oleh panglima, melainkan hanya dengusan kecil dengan wajah berpaling, dan tangan menjauh dari gelas Marta. Namun d
Baca selengkapnya

Baginda Merasa Terancam

"Tidak apa. Apa kau punya masalah dengan orang itu?" Tanya Bagas, Marta hanya menggeleng. "Sepertinya, dia juga menyukaimu.""Hah?" Pria yang mengaku sebagai Bagaskara itu terkekeh melihat respon Marta. Sementara gadis itu memang merasakan hal aneh dari Panglima yang sejak awal sering membuntuti. "Kenapa kaget?" Tanya bagas memicing, menemukan sepasang mata indah yang saat ini diarahkan ke lantai. Gadis itu hanya menggeleng dengan senyuman tipis. "Maaf, tuan Bagas. Saya harus segera menemui Baginda," Marta berpamitan, dan ia berlalu cepat, bahkan sebelum Bagas menjawabnya. Marta tergesa-gesa menemui Baginda di kamar, karena biasanya ia yang akan menyiapkan keperluan Raja itu sebelum makan pagi. Namun, karena lagi ini ia begitu lama di belakang, sang raja telah tak ada di kamarnya. "Baginda telah pergi? Ini pasti karena dua orang pria yang dengan sengaja memperlambat pekerjaanku," Rutuknya tak habis pikir. Biar saja jika mereka mengatakan suka padanya. Toh ke tempat ini, ia tak be
Baca selengkapnya

Jatuh Tempo

"Kalau kau, asalmu sebenarnya dari mana?" Tanya Baginda kemudian. "Saya sebenarnya dari wilayah dekat sungai itu, Baginda.""Apa?" Mendengar jawaban Marta barusan, entah kenapa Baginda terhenyak. Dan entah kenapa Marta harus mengatakan yang sebenarnya sekarang. "Jadi, kau tau tentang kelompok pemberontak itu?" Baginda menatap serius ke arah Marta, gadis itu sempat kaget menerima tatapan tak biasa. Bukan hanya tau, Baginda. Tapi saya termasuk salah satu korban pembantaian untuk para pemberontak itu. Tegas Marta, sayangnya hanya bisa ia katakan dalam hati saja untuk saat ini. "Saya memang pernah mendengar, Baginda. Karena masih kecil, jadi saya waktu itu belum paham tentang pemberontak. Bahkan, hingga kini pun kakek saya tidak pernah menceritakan tentang pemberontak itu," Jawab Marta, tatapannya pun serius ke arah Baginda, agar pria tua itu percaya. Suasana kembali hening meliputi, Baginda menyesap teh dengan tatapan menerawang ke atas sana. Pada bintang yang seakan kedinginan, ber
Baca selengkapnya

Pangeran Mahendra

"Aku memang belum mendapatkan jawaban." Marta kembali bersuara. "Kau harus menjawab sekarang juga!""Pangeran." Sebuah suara mengejutkan keduanya. Mereka menoleh, menemukan sosok panglima berdiri di sana, menatap tak suka.Dalam hal ini, Marta yang paling kaget? Sebutan pangeran yang diucapkan panglima tadi, tertuju pada siapa? Batinnya bertanya, diiringi tatapan mengarah ke depan dan belakangnya. "Pangeran?" Gumam gadis itu, menatap panglima dan bagas secara bergantian. Sementara bagas hanya menghela nafas saja, berjalan melewati Marta, mendekati Panglima."Ada apa?" Suara tegas keluar dari pria tampan yang disebut Pangeran itu. Di sini, Marta masih memicing tak mengerti. "Maaf, telah mengganggu waktu Pangeran. Tapi, Baginda memanggil Anda," Ucap Panglima itu dengan punggung membungkuk menaruh hormat. Bagas masih belum menjawab, ia hanya menoleh Marta sekilas, lalu mengangguk ke arah pria di depannya. "Baiklah." Bagas pergi tanpa ada penjelasan apapun lagi pada Marta. Di tempat
Baca selengkapnya

Berdebat Dengan Bagas

Pagi ini, setelah mengurusi keperluan Baginda, dan orang nomor satu itu telah duduk di singgasananya, Marta bisa duduk bersantai di halaman belakang. Di dekat kolam ikan koi yang kiri kanannya terdapat tanaman hias indah sekali. Hanyut dalam keindahan suasana itu, ia mencelupkan jemari tangannya. Merasakan geli ketika puluhan ikan itu kesana-kemari melewati sela-sela jarinya. Marta mengikik seorang diri di tempat sunyi ini. Hingga romantismenya bersama ikan-ikan kecil terpecah oleh suara seseorang baru datang. Sosok itu tanpa menunggu jawaban Marta, langsung menjatuhkan badan di sebelah tak jauh. Sementara Marta, tak hanya merasakan gangguan, ia lebih merasa canggung dengan sosok yang ternyata seorang pangeran. "Sendirian saja. Kau sedang apa?" Tanya pria yang mengaku dirinya sebagai bagas, namun Panglima menyebutnya dengan pangeran. Tak langsung menjawab, Marta hanya melirik pria itu sekilas, lalu kembali menunduk ke arah kolam. "Saya sedang bersantai, pangeran."Bagas tersenyum
Baca selengkapnya

Jawaban Untuk Bagas

Namun, di tempat lain terdengar suara pria sedang memaki seseorang. Dan ia kenal suara itu, Baginda. Saat menoleh, memang benar. Di sana ada Baginda sedang berbicara dengan bagas. Marta yang penasaran menajamkan pendengaran. "Jangan berharap lebih, Mahendra. Semua yang ada di sini adalah milik pangeran Mahesa!" Marta mengernyit mendengar pernyataan tegas dari Baginda. Ia yang tak mengerti, mendorong rasa penasarannya lebih tinggi. "Atau kau memang berniat ingin merebut tahta itu dari putra mahkota?" Terlihat jelas, bagaimana Baginda menatap tajam putra bungsunya. Sementara Bagas, yang katanya seorang pangeran itu hanya diam tanpa kata. "Aku peringatkan padamu sekali lagi, Mahendra!" Telunjuk Baginda teracung tegas ke arah bagas, persis di depan mata elang pria muda itu. "Jangan pernah lagi mengungkit tentang anakku!" Setelah itu, sang Raja meninggalkan jejak di dada Mahendra. Memukulkan telunjuk itu di sana, kemudian beranjak pergi. Membiarkan sang pangeran bergelut dengan pikira
Baca selengkapnya

Penawaran Menarik

Pria nomor satu itu, biasanya akan membutuhkan sesuatu sebelum makan siang tiba. Benar saja, ia diminta menyiapkan pakaian ganti dan aksesoris seorang raja. "Marta, apa kau tidak ingin segera menikah?" Pertanyaan Baginda membuat Marta mengerjap tak mengerti. "Menikah?" Gumamnya. "Iya. Seperti sudah cukup umur, apa kau tidak ingin segera menikah? Atau, memang belum ada calon?" Entah kenapa Baginda menanyakan demikian, tetapi yang jelas Marta terhenyak mendengar pertanyaan itu. Beberapa pertanyaan melintas bebas dalam benak. Teringat Baginda yang pernah memiliki anak dengan seorang pelayan, ia khawatir pria itu masih memiliki niat. "Saya, saya belum siap untuk menikah, Baginda," Jawab Marta apa adanya. "Kenapa?""Saya ingin mencari pengalaman dulu, Baginda.""Pengalaman bisa dicari sembari berjalan, Marta. Kau ini memiliki wajah yang sangat cantik, aku yakin, kau pasti akan menjadi incaran beberapa pria."Termasuk dirinya? Mungkin saja. Karena pria itu selain berambisi untuk menjad
Baca selengkapnya

Harus Keras Kepala

"Tunggu, Marta!" Gadis yang akan memegang gagang pintu itu berhenti, menoleh ke belakang. "Apa lagi?" Tanyanya tanpa embel-embel Baginda lagi. "Jika Baginda. Tetap memaksa, saya akan keluar dari pekerjaan ini." Marta menegaskan, kemudian membuka pintu tanpa peduli dengan tatapan tajam dari Baginda lagi. Tak ada rasa takut meski dirinya berhadapan dengan orang nomor satu di negeri ini. Gadis itu menggerakkan langkah panjang, cepat dan tergesa-gesa. Seperti khawatir jika pria tua tadi tiba-tiba berada di belakangnya. Langkahnya kini tertuju ke halaman belakang, menepati ajakan bagas tadi. Bahkan, ia terlambat beberapa saat. Pria muda bernama bagas telah menunggu di sana, di pinggir kolam bersama ikan-ikan kecil warna-warni. Menyadari Marta datang, pria itu bangkit, menyambut gadis itu dengan menggenggam kedua tangannya. "Kenapa lama sekali, apa baginda berbuat sesuatu padamu?" Cecar Bagas, nampak sekali kekhawatiran dalam wajahnya. Bagaimana tidak, saat ini ia harus bersaing ketat d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status