Home / Urban / Suamiku Jadul / Chapter 431 - Chapter 440

All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 431 - Chapter 440

528 Chapters

Nia Calon Mertua Idaman

Subuh itu, Bang Parlin pergi ke kebun seperti biasa. Pagi-pagi sapi sudah harus makan. Kandangnya harus dibersihkan. Jadilah aku dan Butet yang masak sarapan."Mak, kurasa ayah pencipta lagu ya?" tanya Butet saat kami di dapur pagi itu."Kenapa kamu bilang begitu, Tet?" tanyaku penasaran."Ayah kok bisa nyanyi pas dengan situasi saat nyanyi itu, pencipta lagu saja butuh waktu lama menyusun syair, ayah detik itu juga, pas pula itu," kata Butet."Pas yang mana, Tet, ooo, kamu nguping ya?" kataku kemudian."Nggak, aku mau ke kamar mandi, kudengar ayah nyanyi," "Butet, nguping itu tidak baik, Tet apalagi nguping pembicaraan orang tua, gak boleh, Tet," "Jadi jika mamak sama ayah bicara', aku harus tutup kuping gitu?" tanya Butet."Bukan gitu, Tet, misalnya ayah dan mamak di kamar, gak usah dengarkan apa yang kami bicarakan," aku coba memberikan pengertian."Terbalik itu, Mak,' "Kok terbalik pula?""Seharusnya gini, jika bicara di kamar, suaranya pelan saja jangan sampai kedengaran anak-
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Minta Tanggung Jawab Pada Bang Parlin

Saat kami tiba di aula desa, orang sudah mulai ramai. Semua yang hadir adalah yang didata oleh kepala dusun. Jumlahnya mencapai enam puluh kepala keluarga. Sementara pupuk bantuan hanya empat ratus sak. Dibagikan satu sak pun kurang. "Begini Bapak-bapak ibu-ibu sekalian, desa kita dapat bantuan pupuk dari dinas pertanian. Saya sebagai kepala desa yang ditugaskan menyeleksi penerima. Pupuk itu hanya dua ton, empat puluh sak ukuran lima puluh kilo gram, jadi idealnya dapat seratus kilo satu keluarga, tapi kurang pupuknya, untuk itu terpaksa diseleksi, selanjutnya Penasehat Desa yang bicara," kataku seraya menunjuk Bang Parlin."Terima kasih, Bu Kades yang baik hati, ramah dan rajin menabung,' canda Bang Parlin. Para hadirin tertawa."Kadang ingin kuambil saja semua pupuk ini," Bang Parlin masih lanjut bercanda. "Aku juga punya kebun, ini semua pupuk cukup untuk pupuk dua tahun bagi kami, akan tetapi apakah aku pantas menerima pupuk bantuan? Tentu tidak, sawit sudah panen, dari hasil
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Ketika Bu Kades Mengamuk

"Apaaa?" Tentu saja aku terkejut, masa datang-datang minta tanggung jawab. Bagaimana pun ceritanya, aku tidak akan percaya Bang Parlin menghamili istri orang."Bang Parlin harus bertanggung jawab, Bu Kades, gara-gara dia hidupku hancur," kata Bu Juleha lagi.Aku yang sudah kelelahan, kurang istirahat ditambah lagi Bu Juleha datang cari masalah, aku jadi emosi."Hei, aku juga manusia biasa, bisa juga habis kesabaran, jadi jangan mancing-mancing dulu kau," kataku kemudian.Butet seperti paham yang terjadi denganku, dia mendekat dan mengelus-elus punggungku."Sabar, Mak," kata Butet. Aku merasa damai, Butet biasanya jika ada masalah langsung jadi kompor, kini dia menenangkan."Mana bisa sabar lagi mamak, Butet ayah kau pula dituduh menghamili," kataku."Kurasa mamak salah paham," kata Butet."Salah paham pula kau bilang?"Mobil Bang Parlin parkir di depan rumah, begitu Bang Parlin turun dari mobil, aku langsung bicara."Bang, urus dulu itu, dia tuduh Abang hamili dia, jangan sampai kucin
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Ceramah Bang Parlin

Setelah selesai bertelepon, Bang Parlin melihat ke arahku, pandangannya seperti minta pendapat, aku angkat bahu tanda tak tahu."Kasihan Fikar, Dek?" kata Bang Parlin."Iya, Bang, tapi mau bagaimana lagi, Abang itu bukan malaikat yang bisa urus masalah semua orang," kataku."Kok malaikat, Mak?" tiba-tiba Butet sudah muncul lagi."Ayahmu itu," kataku kemudian."Iya, Mak, kok ayah seperti malaikat, malaikat itu kan pesuruh Tuhan," kata Butet lagi."Iya, Tet," *Teruskan kok kasihan sama Om Fikar, kan dia yang gak pulang-pulang?* kata Butet lagi.Butet pasti sudah nguping lagi, sangat sulit bagiku untuk menjelaskan ini pada Butet, padahal dua sudah lima belas tahun, pintar lagi, dia biasa hapal semua presiden Amerika, tapi tidak paham soal beginian."Tanya ayahmu, Tet," aku melempar pada Bang Parlin, seraya aku masuk kamar.Dari kamar, aku tetap mencoba curi dengar pembicaraan Butet dengan Ayahnya. "Tet, berhentilah yang curi dengar itu aja, ada beberapa hal yang tidak baik untuk dideng
last updateLast Updated : 2023-04-01
Read more

Makan Ala Orang Desa

Imron akhirnya diberikan kepercayaan menangani acara makan-makan. Total dana tiga juta diberikan pada lelaki kemayu tersebut. Bang Parlin berinisiatif membantu kekurangan dana, hasil penjualan pupuk hanya dua juta seratus sekian, Bang Parlin menggenapkan jadi tiga juta. Saat hari H tiba, Imron dibantu dua temannya sudah sibuk. Ternyata dia mau buat makan ala prasmanan, yang ambil sendiri. Itu sesuatu yang baru di desa ini, jika ada pesta pun, makanan biasanya dibungkus dan dibawa pulang. Imron sepertinya buat gebrakan dia buat hal baru.Tenda sudah didirikan di depan kantor desa. Prasmanan ada disediakan. Kata Imron lauknya ayam goreng dan sayur campuran, serta sambal cobek. Pulang salat Jumat, orang sudah mulai berkumpul, aku pun mulai berpidato."Bapak-bapak ibu-ibu, ini adalah acara syukuran, karena desa kita terpilih mendapatkan bantuan pupuk gratis. Saya juga sedang memperjuangkan supaya kita dapat bantuan bibit dan obat-obatan. Semoga bisa terwujud, sebagai bentuk rasa syukur
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Sandy Cari Sandi

Kulihat Bang Parlin memegang dahinya. Mungkin suamiku itu lagi berpikir betapa rumitnya kasus Fikar ini. Dia minta didampingi."Memang sebaiknya tidak usah pulang dulu, Fikar, emosi itu biasa membuat gelap mata," kata Bang Parlin."Itulah, Bang," "Jadi kapan kamu sampai?""Baru saja, begitu sampai aku langsung ke mari, Bang, aku minta didampingi karena gak ngerti hukum, Bu Kades sama Bang Parlindungan kan sudah sering berkasus, punya saudara polisi," kata Fikar."Kenapa gak ceraikan saja, selesai?" tanyaku kemudian."Sakit di sini, Bu Kades, sakit sekali," kata Fikar seraya menampar dadanya.Aku coba hubungi Umar, polisi yang bertugas di Polsek itu bilang, dia akan datang ke kantor desa. "Itulah yang aku salut sama kalian, Bu Kades, polisi pun bisa kalian panggil-panggil," kata Fikar, aku hanyalah tersenyum mendengar pujian Fikar. Dulu Fikar bekerja sebagai kuli angkut sawit, lalu Bang Parlin mengajarinya bawa truk, sekarang dia bekerja di perusahaan terkenal sebagai supir. Perusah
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Butet Memang Rada Aneh

"Bang!" Aku berteriak memanggil Bang Parlin. "Ada apa, Mak," malah Ucok yang datang."Mana ayahmu?""Belum pulang dari masjid,""Aduh, gawat ini, pergi panggil dulu," perintahku kemudian. Ucok langsung pergi ke masjid yang jaraknya hanya beberapa puluh meter."Ada apa, Mak?" Butet ikut bertanya."Ayahmu, Tet, dia sudah membuat orang salah paham, kali ini fatal akibatnya," kataku kemudian."Kok bisa gitu, Mak?" Butet tampak bingung."Sandy mau ditangkap polisi gara-gara ayahmu," kataku."Kok bisa?""Aduh, tunggu ayahmu datang saja," kataku kemudian.Bang Parlin sudah beberapa kali membuat orang sakit perutnl, akan tetapi kali ini lain, bukan karena ada pencuri, tapi karena Bang Parlindungan geram Umar tidak percaya agama. Aku jadi merasa bersalah, karena aku yang memancing mereka untuk berdebat.Akibatnya pun lain, Sandy jadi tertuduh."Ada apa, Dek?" Bang Parlin datang juga akhirnya."Sandy ditangkap polisi," "Lo, kenapa""Gara-gara Abang berdzikir," jawabku."Kok bisa gitu, Mak, ja
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more

Cinta Mengubah Karakter

"Bagaimana, Bang?" tanyaku pada Bang Parlin.Aku merasa sasarannya kali ini salah, Umar bukan pencuri, dia mungkin hanya tersesat."Bagaimana lagi ya, Dek, kita berusaha bantu, tapi kalau dia tidak mau dibantu bagaimana?" kata Bang Parlin."Ini tanggungjawab Abang, Abang yang buat dia begitu," kataku lagi."Jadi bagaimana?""Ayo kita ke rumah sakit," ajakku."Tapi kan sudah malam ini, kasihan Cantik Jelita," kata Bang Parlin."Kasihan juga si Umar, dia tidak tahu apa yang sedang menimpanya," kataku kemudian."Bukan tidak tahu, Mak, kan kita sudah kasih tahu, dia hanya gak percaya, mau bagaimana lagi, ayo kita pulanglah," kata Ucok.Kami semuanya akhirnya pulang ke rumah. Akan tetapi aku tetap merasa tidak tenang, terbayang terus Umar yang meringis kesakitan. Dokter tidak akan bisa mengobatinya. Sampai di rumah, aku suruh Butet video call lagi dengan Umar."Sudah bagaimana, Umar?" tanyaku setelah panggilan video tersambung."Belum ada perubahan, tadi sudah diperiksa dokter semua, belum
last updateLast Updated : 2023-04-05
Read more

Maling Bodoh

Umar lalu memberikan HP tersebut padaku, " Ayahku ingin bicara' dengan kalian" kata Umar.Terus kulihat di layar HP ada permintaan untuk video call, segera kusetujui."Ibu Nia," kata Pria di seberang telepon. Wajahnya seperti tak asing, Akan tetapi aku sungguh lupa siapa."Heh, kamu itu Ali Akhir," kata Bang Parlin."Ya, Allah, Bang Parlin, dunia- ini memang sempit, aku tak menyangka lo, Bang, doaku terkabul," kata Ali Akhir. Ternyata dia Kapolsek yang mengidolakan Bang Parlin. Kami sudah pernah ke rumahnya dulu, sudah lama sekali, Ucok saat itu masih dua tahun atau tiga tahun."Si Umar ini anakmu?" tanya Bang Parlin."Betul, aku tiru Bang Parlin, Alhamdulillah sudah punya lima anak angkat, si Umar ini salah satunya, tau gak Bang Parlin, aku selalu berdoa supaya dia bertemu Bang Parlin, sampai dia tugas di sana pun aku yang mengusulkan ke atasan. Dia tersesat, Bang Parlin, sudah kubawa ke pondok pesantren pun gagal, akhirnya bertemu Bang Parlin, duh, aku sangat terharu," kata Ali Akhi
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

Hukuman Untuk Peselingkuh

"Jadi maksudnya, Pak?" aku bertanya sambil melihat Bu Juleha."Saudara Mardani tidak mengaku mencuri, tapi dikasih, karena kunci dan suratnya juga dikasih," kata Kapolsek tersebut."Benar, Mardani,?" tanyaku."Iya, Bu Kades," kata Mardani.Bang Parlin berdiri, lalu berpindah duduk di dekat kapolsek yang baru."Maaf, Pak, kalau mau bicara, bicara saja, saya tidak terima bisik-bisik," kata Kapolsek ini."Bukan mau bisik-bisik, Pak, cuma mau minta tolong, urusan ini biar kami yang selesaikan secara kekeluargaan, ini masalah rumit, menyangkut banyak pihak," kata Bang Parlin."Baik, baik, saya justru senang, urusan begini memang sebaiknya diselesaikan dengan kekeluargaan saja," kata Kapolsek tersebut.Mudah sekali berurusan Kapolsek yang baru ini, dia langsung setuju saja. Akhirnya beberapa berkas kami tanda tangani, dan keluar dari Polsek tersebut.Umar mengantar kami sampai ke mobil."Kapolsek yang ini baik ya?" tanyaku pada Umar."Dia hanya gak mau berurusan dengan Ibu, karena dia sudah
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more
PREV
1
...
4243444546
...
53
DMCA.com Protection Status