Setelah selesai bertelepon, Bang Parlin melihat ke arahku, pandangannya seperti minta pendapat, aku angkat bahu tanda tak tahu."Kasihan Fikar, Dek?" kata Bang Parlin."Iya, Bang, tapi mau bagaimana lagi, Abang itu bukan malaikat yang bisa urus masalah semua orang," kataku."Kok malaikat, Mak?" tiba-tiba Butet sudah muncul lagi."Ayahmu itu," kataku kemudian."Iya, Mak, kok ayah seperti malaikat, malaikat itu kan pesuruh Tuhan," kata Butet lagi."Iya, Tet," *Teruskan kok kasihan sama Om Fikar, kan dia yang gak pulang-pulang?* kata Butet lagi.Butet pasti sudah nguping lagi, sangat sulit bagiku untuk menjelaskan ini pada Butet, padahal dua sudah lima belas tahun, pintar lagi, dia biasa hapal semua presiden Amerika, tapi tidak paham soal beginian."Tanya ayahmu, Tet," aku melempar pada Bang Parlin, seraya aku masuk kamar.Dari kamar, aku tetap mencoba curi dengar pembicaraan Butet dengan Ayahnya. "Tet, berhentilah yang curi dengar itu aja, ada beberapa hal yang tidak baik untuk dideng
Last Updated : 2023-04-01 Read more