Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Bab 421 - Bab 430

Semua Bab Suamiku Jadul: Bab 421 - Bab 430

528 Bab

Menguji Dengan Uang

Apa yang terjadi dengan suamiku ini, saat pulang dari ladang, dan bayiku sedang tidur, dia langsung menarikku ke kamar, tak lupa mengunci pintu. Seperti baru nikah saja tiap hari minta jatah.. "Nanti Butet pulang sekolah lo, Bang," kataku."Ini masih jam dua belas," kata Bang Parlin. Akhirnya kami berpacu dalam asmara di siang bolong itu. Setelah selesai, lanjut mandi bersama, bayiku pun seperti paham dengan orang tuanya, dia tidak bangun dari tadi. Lanjut salat Zuhur, terus makan siang. Baru Butet dan Ucok pulang dari sekolah.Ada tamu datang, seorang pria naik motor matic besar."Assalamualaikum, Bang Haji," salamnya dari depan."Alaikum salam, eh, Pak Beni, ada apa ya," kata Bang Parlin."Ini, Bang Haji, si Arman itu, dia gak ada di rumahnya, mereka bilang, kerja sama Abang Haji dia," kata pria yang bernama Beni tersebut."Gak usah panggil Bang Haji lah, Pak," jawab Bang Parlin."Lo, kenapa, memang sudah haji', kan?""Iya, Pak, tapi gak udah panggil haji,""Abang ini aneh, orang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-26
Baca selengkapnya

Bapak Rumah Tangga

Saat kami pulang dari pinggir sungai, kami singgah lagi di rumah yang ditempati Arman. akan tetapi mereka tidak ada di rumah."Kan, apa kubilang, mereka pasti sudah pergi foya-foya ini," kata Ucok."Jangan berprasangka buruk dulu, Cok," kata Bang Parlin."Aku sama sekali gak percaya mereka, Yah, mereka bisa jual punya orang, kemudian pura-pura jadi korban, apa namanya, playing victim," kata Ucok.Kami lalu bertanya para seorang pekerja lain."Bang, itu Arman, orang' baru itu pergi ke mana?" tanyaku kemudian."Oh, katanya mau bayar utang, Bu, mereka pinjam motorku tadi," jawab pria tersebut."Dengar itu, Cok, pergi bayar utang, gak nunggu waktu besok, mereka langsung bayar utang," kata Bang Parlin."Aku tetap tidak yakin, Yah," Ucok sepertinya tetap pada pendiriannya.Kami pun pulang ke rumah. Dalam perjalanan, lagi-lagi Bang Parlin ambil suara. "Menurut kalian, apakah benar Arman dan istrinya pergi bayar utang?" tanya Bang Parlin."Gak percaya, Yah, andaipun mereka pergi bayar utang,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-26
Baca selengkapnya

Sumur Bersejarah

Saat kami sampai di kebun, langsung ke rumah kayu tempat tinggal Arman, rumah itu cukup besar, dulu kami tinggal di situ, rumah kayu bertingkat dua. Di depan rumah ada sumur bor. Semenjak Butet punya sapi, rumah' itu kami berikan untuk ditempati pekerja. Karena sapi Butet tepat di belakang rumah tersebut.Akan tetapi rumah itu tampak kosong, pintunya dikunci dari luar. Seorang pria datang."Pak, itu orang baru ke mana ya?" dia yang duluan bertanya."Justru itu yang ingin kami tanyakan," kata Bang Parlin."Tapi kemarin mereka mau pergi bayar hutang katanya, motorku dibawa," kata bapak itu."Motor bapak dibawa?""Iya, Pak, ini aku perlu motor, dia gak datang-datang," jawab Bapak tersebut.Bang Parlindungan lalu buka paksa pintu tersebut, ternyata memang mereka sudah lari, tidak ada lagi barang mereka di rumah tersebut. Bang Parlin tampak geram."Waduh, Pak, motornya itu masih belum lunas kreditnya," kata bapak pekerja kami itu."Sabar, Pak,"Bagaimana, mana mereka?" tanya Pak Beni."Sud
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-26
Baca selengkapnya

Maling Dimaling?

Aku duduk di tangga menunggu Bang Parlin selesai berdzikir, Bapak pemilik motor itu duduk sekitar sepuluhan meter dariku. Kuperhatikan bapak tersebut, beliau tampak sudah berumur. Bapak ini sudah lama kerja dengan kami, sebelum aku ke sini beliau sudah ada. Pekerja Bang Parlindungan rata-rata sukses setelah berhenti. Karena ada tabungan dalam bentuk sapi untuk masing-masing mereka. Sudahlah tempat tinggal gratis, gaji sesuai UMR, ada lagi sampingan beternak sapi atau bertani sayur mayur.Firman contohnya, atau paling sukses adalah Torkis. Kemudian mataku tertuju ker Sumut bor tersebut. "Pak, ini sumur kok di depan ya, gak di belakang?" tanyaku pada bapak itu."Oh, dulu belum ada mesinnya, Bu, jadi pakai pompa, kalau di belakang kan capek angkat air," kata bapak tersebut."Iyalah, Pak, kenapa dekat tangga, bukan di samping atau halaman?" tanyaku lagi."Kurang tahu, Bu, Pak Parlindungan bilang di sini, kata Bang Parlindungan dulu, biar mudah ambil wudhu," jawab Bapak itu.Sumut bor ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-27
Baca selengkapnya

Kerbau Masuk Lubang

Desa itu masih satu wilayah, akan tetapi beda kecamatan, perjalanan dua jam dari desa kami. Ucok dan Butet di belakang, aku dan bayi di depan."Kayaknya kita butuh mobil baru ini, Bang," kataku pada Bang Parlin, saat kami dalam perjalanan."Mobil kita empat lo, Dek," jawab Bang Parlin."Iya, Bang, gak ada yang beres, lihat itu dua anakmu di belakang," "Iyalah, Dek, Abang cari mobil seken dulu," "Mobil yang kayak dulu ya, Bang, Mitsubishi Strada yang doble kabin," "Itu mobil kesukaan Abang," Arah desa tujuan kami searah dengan tempat rekreasi milik Firman. Sampai di desa itu, Bang Parlin langsung bertanya di mana rumahnya Arman. Ternyata yang ada rumah orang tua istri Arman. Kami pun menuju ke sana. Sampai di sana, kami dipersilahkan masuk oleh seorang ibu tua. Arman dan istrinya terbaring lemah di ruang tamu rumah tersebut. Begitu kami sampai. Arman terlibat berusaha duduk sambil memegang perutnya."Maafkan, kami, Pak," kata Arman dengan suara lemah."Aku sudah memperingatkan, ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-27
Baca selengkapnya

Bang Pain Sayang

Sampai di rumah, tetangga pada heran, perginya tadi numpang mobil orang, pulangnya sudah naik mobil Hilux. "Bu Kades memang hebat," begitu kata tetangga seraya menunjukkan jempolnya.Sampai di rumah, Bang Parlin harus langsung ke kebun, ada sapi Butet yang harus diurus, pulangnya sudah malam menjelang isya. Langsung makan malam bersama."Ayah, kemarin-kemarin aku kesal ayah gak kerja, sekarang aku kasihan Ayah harus urus sapi lagi," kata Butet."Iya, Tet, jangan kasih daster sama Ayah lagi, ya," kata Bang Parlin."Nggak, Yah, kalau tidak ada juga yang urus, sapinya kita jual saja, Yah?" kata Butet lagi."Sayang, Tet, Bentar lagi juga ada," kata Bang Parlin.Aku berinisiatif buat iklan di media sosial, isinya adalah ;"Dibutuhkan segera pengurus sapi, sistim bagi hasil. Disediakan tempat tinggal dan pekerjaan lain, diutamakan yang sudah berumah tangga," Tak sampai sepuluh menit sudah ada yang menghubungi. Akan tetapi setelah banyak yang kubalas, tidak ada juga yang cocok. Besok pagi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-28
Baca selengkapnya

Sepuluh Persen Dari Bang Parlin

Bang Parlindungan malah tampak bingung, begitu memang suamiku ini dari dulu, dalam bidang teknologi dia akan mudah bingung."Coba Abang pikirkan, kenapa ada nama Bang Pain Sayang? Rara kan sudah meninggal?" kataku lagi."Aduh, Dek, tanya dia lah, dia yang bikin itu," kata Bang Parlin seraya menunjuk Sandy."Bukan, Om, bukan saya," jawab Sandy."Jadi siapa lagi, di Hp-mu kok," kata Bang Parlin."Begini, Om, ada orang yang menamai Om di HP-nya, bukan saya," kata Sandy.Ucok dan Butet datang, begitu datang, Butet langsung ambil makanan, anakku ini sepertinya gagal diet, tempo hari dia sudah diet dengan cara tak makan siang. "Ada apa, kok tengang sekali?" tanya Butet kemudian."Ini, Tet, Om tadi minta nomornya dimasukkan ke get contacts , jadi ada munculnya ini, Bang Pain sayang Dan ayang Parlin," Sandy malah menjelaskan."Gitu saja diributin?" kata Butet."Iyalah, Tet, kenapa ada Ayang Parlin, kenapa ada Bang Pain Sayang?" kataku kemudian."Gini Mak, ini kemungkinannya ya, Ada yang tuli
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-28
Baca selengkapnya

Ada Apa Dengan Sepuluh Persen?

Penasaran juga apa itu yang sepuluh persen. Aku coba bertanya ke Mbah Google, semua pertanyaan biasanya dia punya jawaban. Aku ketik sepuluh persen dari lelaki, yang muncul malah rumus matematika. Apa itu sepuluh persen? aku makin penasaran.Butet dan Ucok lagi belajar di kamar masing-masing, mungkin mereka tahu, aku segera memanggil Butet."Iya, Mak," Butet muncul dengan rambut kusut."Itu rambut disisir dulu napa?" kataku."Mamak manggilnya tiba-tiba, mana sempat sisir rambut," jawab Butet."Itu lengan bajumu kok dilipat gitu, hampir nampak tu ketiak?" kataku lagi."Aduh, Mak, mamak manggil aku untuk apa?" Butet malah bertanya.Kemudian aku berpikir, Butet tidak mungkin tahu, otaknya buntu jika masalah laki-laki dan perempuan. Dia taunya jika ditanyakan masalah hukum. Aku justru jadi greget dengan penampilan Butet yang acak-acakan, Butet duduk di sofa."Macam jantan aja kau, Tet, caramu duduk itu gak benar, gini, Tet, kaki itu dirapatkan, bukan ngangkang gitu," kataku lagi."Macam g
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-29
Baca selengkapnya

Bang Parlin Sepuluh Persen Melambai?

Imron berlalu dengan gaya melambainya. Dulu, aku suka padanya, dia pandai masak, Pandai merias, tingkahnya juga selalu bikin lucu. Pernah suatu hari buah rambutan yang di samping kantor desa lagi berbuah, ada beberapa yang masak. Aku suruh dia untuk memanjat."Aduh, Bu Kades, aku gak bisa, lagi datang bulan," katanya seraya memegang selangkangannya. Saat itu aku tertawa ngakak. Selain pandai masak dan merias, dia juga pandai menyanyi. Dulu aku suka, sekarang setelah kutahu dia menaruh hati pada Bang Parlin, aku jadi benci sekali."Kenapa kamu hari ini, Dek, pe em es kah?" tanya Bang Parlin."Abang ini suami macam apa, masa gak hapal jadwal bulan istri," kataku."Waduh, aku salah ngomong lagi," kata Bang Parlin seraya memegang mulutnya.Imron datang lagi mengantarkan pesananku, mie instan goreng dan es jeruk dia letakkan di atas meja. "Berapa semua?" tanya Bang Parlin."Kopi lima ribu, es jeruk lima ribu, Indomie goreng sepuluh ribu, jadi dua puluh ribu, untuk Abang Parlin, diskon se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-29
Baca selengkapnya

Bang Parlin Pecahkan Rekor?

Bantuan pupuk ini sangat menyita tenaga, yang menentukan dapat tidaknya seseorang itu adalah kepala desa. Karena bukan bantuan dari dinas sosial, melainkan bantuan dari dinas pertanian. Seharusnya yang mengurus bantuan ini adalah kelompok tani. Akan tetapi di desa kami tidak ada kelompok tani, akhirnya kepala dusun yang mendata, kepala desa yang menentukan. Ini sangat sulit bagiku, karena hampir semua penduduk desa adalah petani. Sementara pupuk yang dijatah untuk desa terbatas. Hanya dua ton. Jika masing-masing petani dapat 100 kilo gram, berarti hanya dua puluh petani yang dapat. Harga pupuk non subsidi memang makin mahal, satu sak isi lima puluh kilo gram harganya tujuh ratusan ribu.Malam itu, kami semua lagi di rumah, Bu Juleha datang. Aku sudah bisa menduga maksud kedatangannya."Bu Kades, masukkan namaku ya, kemarin aku sudah gak dapat," kata Bu Juleha."Pupuk gak bisa dimakan, lo, Bu," Bang Parlindungan yang jawab."Idih, Bang Parlin, ya, tentu saja gak bisa dimakan," jawab B
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4142434445
...
53
DMCA.com Protection Status