Home / Urban / Suamiku Jadul / Chapter 401 - Chapter 410

All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 401 - Chapter 410

528 Chapters

Teman Butet Tidak Ada Yang Beres

Tak disangka Bang Sandy yang pelit bicara kini bicara panjang lebar."Kami sudah menolong menemukan tasmu, ya," kata Bang Umar."Kalau bukan karena gatgetku, kamu tak akan menemukannya," kata Bang Sandy."Heh, aku sudah capek-capek, mempertaruhkan nyawa, memanggil bantuan, demi gadgetmu, gak bisa kah menghargai sedikit saja," kata Bang Umar."Itu kan sudah tugas kalian, kalian digaji untuk itu, tapi Butet, itu bukan tugas dia, kalian jadikan umpan, nyawanya terancam, kalau dia sampai digorok, kalian bagaimana, mikir dong," Bang Sandy makin lancar saja bicara."Sudah, sudah!" aku coba menengahi.Ketika sampai di rumah Sandy, ibunya sudah menunggu di depan rumah, begitu Sandy turun langsung dipeluk ibunya. Tangis haru ibu Sandy mewarnai pertemuan itu. "Butet, terima kasih, Butet terima kasih Pak polisi," kata ibu Sandy. Sandy langsung masuk rumah, ibunya Sandy masih menawarkan minum, akan tetapi aku menolak secata halus, jam sudah menunjukkan angka sepuluh. Mamak pasti sudah khawatir
last updateLast Updated : 2023-03-16
Read more

Sandy Baru

Biasanya jika pulang sekolah, aku mampir sebentar ke warung ibu Sandy, akan tetapi kali ini sepertinya aku merasa malas. Begitu pulang sekolah aku langsung naik angkutan pedesaan yang sudah mangkal di depan sekolah. Akan tetapi aku terkejut melihat Sandy, dia duduk di warung mereka, tidak sembunyi lagi seperti biasa. Apakah dia sudah berubah?Saat sampai di rumah, Mamak lagi menyusui adikku. Aku langsung ganti baju dan mulai melakukan pekerjaan rumah, dimulai dari menyapu halaman."Butettt!" terdengar mamak berteriak memanggil.Aku berlari kecil masuk rumah, "ada apa, Mak?" jawabku."HP -mu bunyi itu?" Ternyata ada panggilan dari Bang Ucok, ada apa ini?"Assalamualaikum, Bang calon haji," "Hei, Butet, kau ngapain aja?" tanya Bang Ucok."Waduh, bagaimana ini calon haji, masa gak jawab salam?""Waalaikum salam,""Haa, gitu dong, sekarang ada apa?""Butet, tadi aku lagi lihat-lihat berita seputar daerah- kita, terus ada berita penggerebekan ninja sawit, terus ada fotomu, kau ikuti poli
last updateLast Updated : 2023-03-17
Read more

Butet Jadi Rebutan

Mamak melihatku dengan tatapan mata yang tajam, aku paham maksudnya, aku tidak boleh menertawakan orang yang kemalingan. Akan tetapi ini sangat lucu bagiku. Ibu ini ingin berpura-pura tidak punya barang berharga, akhirnya benaran, barang berharganya hilang. "Bagaimana ibu yakin si Mardani yang ambil?" tanya mamak."Siapa lagi, hanya dia orang di rumah itu, ayah ibunya pergi ke sawah," kata ibu itu lagi."Baik, Bu, saya akan panggil orang tuanya nanti, apa saja yang hilang, Bu?" tanya mamak lagi."Motor, gelang kaki emas, hp, terus surat motornya pun hilang?" "Kok bisa hilang?""Aku letak semua di jok, Bu," "Terus, kok bisa-bisanya dia buka?""Kuncinya juga kutitipkan sama mereka," kata ibu itu lagi."Wah, maling yang beruntung, dapat motor lengkap dengan suratnya, dapat hp dan emas," kataku seraya menahan tawa.Ibu itu lalu pulang, setelah dia pergi, tawaku pecah juga akhirnya. Entahlah, apakah aku sudah tertawa dengan penderitaan orang."Itulah, Butet, jadi pelajaran sama kita itu
last updateLast Updated : 2023-03-17
Read more

Trio Detektif

Aku jadi bingung, di satu sisi, aku suka memecahkan kasus, tapi perkataan Bang Sandy ada benarnya, Bang Umar hanya memanfaatkan aku. Lagi pula jika Bang Ucok tahu, aku akan diomeli lagi. "Ayolah, Tet, ini kasus di desamu, lo," Bang Umar mengulangi ajakannya."Aku mau jika Bang Sandy ikut?" kataku akhirnya. Ini hampir mustahil, Bang Sandy pasti tidak akan mau."Bang Umar melihat Bang Sandy, aku menunggu bagaimana tanggapan Bang Sandy."Sebenarnya kami butuh ahli IT," kata Bang Umar."Buat apa?" tanya Bang Sandy."Untuk melacak HP itu," "Apakah kepolisian negara republik Indonesia kekurangan sumber daya manusia?" tanya Bang Sandy."Kamu itu selalu sinis begitu, kenapa? Aku kerja bukan di polres atau polda, ini hanya polsek kecil di daerah pedalaman, tidak ada kejahatan cyber di sini, jadi belum dibutuhkan," kata Bang Umar."Tadi katanya butuh, ini sudah gak dibutuhkan," kata Bang Sandy.Aku menyimak dua orang ini bicara, Bang Sandy ada betulnya, Bang Umar juga, akan tetapi Bang Sandy
last updateLast Updated : 2023-03-18
Read more

Trio Detektif 2

Kami bertiga berangkat naik mobil, Ibunya Mardani datang mendekatiku yang hendak naik ke mobil."Tet, kamu kenal Mardani, kan, kamu pasti tahu dia bukan orang jahat, tolong bilang pak polisi Mardani jangan dipukuli ya, Tet," kata Ibu tersebut."Iya, Bu," jawabku.Aku memang kenal Mardani, dia baru saja tamat SMA, dia memang pemuda yang baik, tak kusangka dia mau melarikan motor orang begini.Lokasi yang disebut Bang Sandy adalah ibukota kecamatan, kira-kira lima belas kilo meter dari desa kami, heran juga, kenapa sedekat itu pelarian Mardani?Saat kami tiba di lokasi, Bang Sandy menunjuk satu rumah agak besar. "Lokasinya di situ?" kata Bang Sandy.Aku memilih tidak ikut masuk, warung pinggir jalan jadi pilihanku menunggu, dua pria itu lalu masuk rumah. Makin aneh rasanya, Mardani kok pelariannya ke rumah orang?Saat menunggu, aku usir rasa bosan dengan buka HP, scroll beranda lihat-lihat status orang. Tak ada yang menarik, aku lanjut ke aplikasi wa, aku penasaran dengan status wa Ban
last updateLast Updated : 2023-03-18
Read more

Menyadarkan Atheis

Saat kami hendak pergi, orang tua Mardani datang mendekati kami lagi."Bagaimana anak kami, Pak?" tanya ibunya Mardani."Sudah lari, Bu, mungkin pergi merantau, karena kasusnya sudah diadukan ke polsek, dia akan jadi buronan selamanya," kata Bang Umar."Ya, Allah, anakku, jadi artinya dia gak bisa pulang?"kata ibu itu lagi."Kira-kira begitulah, Bu, tapi ada cara lain, ibu dan ibu Juleha melakukan perdamaian, kerugian ibu Juleha ibu ganti, pengaduan dicabut," kata Bang Umar."Oh, gitu ya, Pak, aku akan coba cari pinjaman untuk mengganti kerugian Bu Juleha," kata ibunya Mardani."Tapi, Bu, menurut saya, Mardani itu kan sudah delapan belas tahun, biar saja dia mempertangungjawabkan perbuatannya sendiri," kata Bang Umat lagi."Ibu mana yang tega anaknya dikejar-kejar polisi, Pak," "Iya, juga ya, Bu,"Kami pun permisi, aku diantar Bang Umar sampai ke rumah. Sampai di rumah mamak sudah menunggu."Singgah dulu, Pak Polisi, minum kopi dulu," kata mamak."Oh, terima kasih, Bu," jawab Bang U
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

Butet Mukbang?

Bu Juleha tetap tidak mau terima jika tak dapat. Heran juga ibu yang satu ini, dia sudah kehilangan motor karena masalah ingin tampak miskin, masih ngotot' juga harus dapat."Begini saja, Bu, berapakah orang yang ikut daftar tapi gak dapat?" kata ibu Juleha."Hanya tiga orang," jawab Mamak."Demi keadilan sosial bagi seluruh warga desa, yang dapat itu potong lima puluh ribu per orang, kali enam puluh, jadi tiga juta, itulah untuk kami, yang tidak dapat," kata Bu Juleha."Tidak bisa seperti itu, Bu, tidak ada potongan apapun," kata mamak."Gak adil nih kepala desa, percuma kami pilih ibu dulu," kata Bu Juleha lagi."Apakah ibu tidak malu, banyak yang lebih susah dari ibu, tapi tidak ngotot begini," suara mamak sepertinya sudah mulai berubah. "Orang bodoh itu orang yang tidak bisa menuntut haknya," kata Bu Juleha lagi."Orang zalim itu yang ambil hak orang lain, suaminya kan supir truk, gajinya lumayan, lihat ibu ini, beliau orang tua tunggal, tapi tidak ngotot datang mendaftar, saya y
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

Makan Uang Subsidi

Di depan rumah sudah ramai orang, dua truk parkir. "Masuk dulu, ibu-ibu, ada apakah ini?" kata mamak. "Gak muat kami semu masuk, Bu Kades, di sini saja," jawab seorang ibu. "Oh, ada apa ya, Bu-ibu?" "Begini, Bu, kami sudah pergi tadi pagi ke kantor pos, dan Alhamdulillaah sudah cair tiga bulan, masing-masing sembilan ratus ribu." kata ibu tersebut. "Alhamdulillah," aku lega, ternyata rombongan penerima PKH, pantas saja mamak dari tadi tenang saja. Aku tadi sempat berpikir, warga ini gagal dapat PKH, sehingga mau untuk rasa ke kepala desa. "Jadi begini, Bu, ibu sudah mendatangi rumah kami satu persatu, menjemput data, sambil bawa anak bayi lagi, kami sangat berterima kasih sekali, jadi sebagai bentuk terima kasih kami, tolong terima ini, Bu Kades, kami sadar, secara materi Bu Kades sudah berlebihan, tapi kami memberikan sebagai bentuk terimakasih kasih kami," kata seorang ibu seraya memberikan amplop cokelat. "Apa ini?" tanya mamak. "Uang, Bu, kami kumpulkan dua puluh ribu per
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

Diet Ala Butet

Benar saja, Bu Juleha langsung buat foto dan video acara kami, narasinya sungguh membuat kesal."PKH hanya untuk kepala desa dan kroni-kroninya, setelah cair mereka pesta pora. Lokasinya desa Sawit Nauli," begitu narasi yang dibuat oleh Bu Juleha.Video itu gak sempat menyebar luas sudah hilang, apakah Bu Juleha sudah hapus. Lalu muncul video itu lagi, isunya sudah positif, narasi yang pun sangat enak untuk dibaca, begini narasinya."Sawit Nauli nama desa itu, dipimpin oleh seorang kepala desa perempuan. Kepala desa itu mendatangi warga yang pantas dapat BLT, jemput bola langsung ke rumah. Setelah cair, warga berinisiatif memberikan uang lelah untuk Bu Kades, banyaknya memang hanya dua puluh ribu, akan tetapi ditotal semua jadi satu juta dua ratus. Kepala desa itu tidak mau menerima, luar biasa, andaikan camat begitu, andaikan bupati seperti Bu Kades ini, atau bahkan andaikan presiden' seperti Bu Kades, negara ini mungkin akan makmur. Uang itu justru diberikan ke warga kembali dalam b
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

Butet Diajak Ghibah

Ada temanmu yang bisa balikkan akun yang kena bajak, Butet?" tanya Bu Juleha."Ada sih, Bu, tapi kurasa bayar itu," kataku kemudian, otak jahatku tiba-tiba muncul. Memang sangat sulit berbuat baik pada orang yang sudah berbuat jahat pada kita."Bayar pun aku mau, Butet, aku sangat khawatir isi akunku itu, nanti ada yang inbok bagaimana?" kata Bu Juleha."Kok takut sekali, Bu?" tanya mamak."Banyak kali berteman dengan orang prindavan, Bu Kades,""Apa itu Prindavan?""Itu lo, orang India,""Ohh,""Itulah, Bu kades, nanti ada yang inbok macam-macam, terus kalau akun kita dibajak, apakah inbok kita yang lama kelihatan," kata Bu Juleha lagi."Kelihatan, Bu, semua," jawabku. Entah kenapa aku senang melihat Bu Juleha jadi ketar-ketir begini."Aduh, tolong dulu, Butet, kenalkan dulu aku sama temanmu itu," katanya lagi."Nanti kubilang, Bu," jawabku kemudian.Bu Juleha pun pergi, mamak mulai mengomel lagi."Butet, satu sifat ayahmu yang sangat mamak salut, yaitu mau berbuat baik pada orang ya
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more
PREV
1
...
3940414243
...
53
DMCA.com Protection Status