Home / Urban / Suamiku Jadul / Chapter 391 - Chapter 400

All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 391 - Chapter 400

528 Chapters

Kapolsek Cari Gara-gara

Sampai di gerbang desa, aku terharu dengan sambutan warga. Tikar pandan ditulis dan dibentangkan di gerbang desa."Selamat datang kades tercinta, selamat datang warga desa terbaru" begitu tulisannya. Bahagia rasanya sebagai kades bisa membuat warga jadi kompak.Ketika sampai di rumah, aku makin terkejut, rumah kami dihiasi dengan berbagai bunga. Warnanya serba merah muda. Lalu sudah ada ranjang bayi."Kalian beli ini?" tanyaku seraya meletakkan bayiku di ranjang tersebut."Iya, Mak," "Terima kasih anak-anakku,""Siapa nama adikku, Mak?" tanya Butet lagi."Belum dikasih nama," "Untuk sementara Butet Menek," sambung Bang Parlin."Kok Butet lagi, Yah, kan sudah ada Butet ini," kata Butet seraya menunjuk dirinya."Kau butet besar, dia Butet kecil," jawab Bang Parlin."Ish Ayah, mentang-mentang aku besar, udah aku kasih nama saja dia cantik," kata Butet."Siapa, Tet," "Nama adiklah,""Ya, siapa namanya, Tet,""Cantik, Yah,""Iya, nama yang cantik itu siapa?"Aku segera menengahinya, se
last updateLast Updated : 2023-03-09
Read more

Pembalasan Butet

PoV ButetDi sekolah, Agnes masih saja cari gara-gara. Entah kenapa dengan anak Kapolsek ini, dia seperti menganggapku musuh besarnya. Aku sudah sering coba tahan diri, teringat mamak yang baru lahiran. Ayah dan Bang Ucok yang lagi manasik haji. Aku tidak ingin mengganggu mereka dengan masalahku. Seperti hari itu ..."Orang tuanya ditangkap polisi karena dicurigai bawa narkoba, eh, bawa orang sekampung," kata Agnes pada temannya, saat itu aku lagi di kantin sekolah, tiba-tiba saja mereka sudah duduk di meja sebelah.Aku coba tetap cuek, teringat perkataan Bang Ucok saat hendak pergi ke Medan mengikuti manasik haji."Tet, jika ada masalah, menghindar dulu, mamak itu sepertinya ada gejala baby blues," fokuskan urus mamak. Begitu kata Bang Ucok saat mereka hendak pergi. Ada kemajuan, biasanya dia bilang "jangan cari masalah dulu," kini disuruh menghindar jika ada masalah, berarti Bang Ucok sudah sadar, jika aku bukan pencari masalah.Aku tahu, mamak memang sepertinya hampir stress, karen
last updateLast Updated : 2023-03-10
Read more

Gara-gara Anak, Jabatan Lewong

Kapolsek dicopot dari jabatannya, kini dia non job di Polres, tak ada jabatan sama sekali. Malam itu ketika kami hendak pulang. Kapolsek itu menelepon. Dia minta bertemu dengan kami. "Jangan mau, Yah," kataku pada Ayah. "Udah, gak apa-apa, gak usah takut," jawab ayah. "Nanti kita diapa-apain?" Kataku lagi."Gak usah takut, Tet, ayo kita pulang', bertemu Kapolsek nanti di jalan katanya Rumah Makan Sopo Tinjak," kata Ayah.Akhirnya kami pulang, sesuai rencana bertemunya di salah satu rumah makan di pinggir jalan. Saat kami tiba, sudah ada Kapolsek, Bang Umar juga ikut.Kami menyalami mereka semua, ada empat orang polisi."Bang Parlin punya anak perempuan, pasti tahu bagaimana perasaanku," kata kapolsekta."Benar, Pak, karena itu saya mau bertemu," kata Ayah."Begini, Bang Parlin, semua itu tidak sepengatahuan saya," kata Kapolsek itu."Maaf, Pak, surat geledah itu ada tanda tangan Bapak, kami bukan orang bodoh," kataku kemudian."Betul, tapi ini semuanya perbuatan Agnes, tak kusangka
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

Bang Parlin: Tersesat Oleh Rasa

PoV NiaMakin hari aku makin merasa terkurung, langkahku terasa terhambat. Sungguh aku merasa ibu yang gagal saat Butet ada masalah aku tak bisa mendampinginya. Butet anak yang kurang bergaul, temannya tidak seberapa. Akulah tempat curhatnya selama ini. Jika dia bermasalah akulah yang paling depan mengatasi. Akan tetapi kali ini Butet harus pergi bersama ayahnya, tanpa bisa kuikuti."Cok, Ayahmu kok belum pulang ya, dah mau Magrib itu," kataku pada Ucok. Anak lajangku ini terus setia menemaniku."Mungkin bentar lagi, Mak," kata Ucok."Telepon dulu, Cok," Ucok pun mengambil hp, lalu menelepon ayahnya. "Kok belum pulang, yah?" terdengar Ucok bertanya."Oh, iya, yah," kata Ucok lagi."Mereka berangkat habis magrib, Mak, berarti sampainya kira-kira jam sepuluh," kata Ucok."Kenapa nya ayahmu itu, kok pulang malam pula, kalau sudah selesai pulang napa?" kataku kemudian."Udah, Mak, tenang saja," kata Ucok."Mamak gak bisa tenang, Cok, si Butet mulutnya gak bisa dia rem, selama ini sela
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Butet Jadi Obat

Para hadirin pun bertepuk tangan, penceramah kembali mengambil alih mikrofon. "Tadinya saya ingin mendengar sedikit motivasi dari Bang Parlin, tapi beliau justru bicara tentang rasa dan keluarga. Baru kali ini saya mendengar istilah tersesat oleh rasa, jadi saya ingin membahasnya tersesat dan keluarga,' kata Ustadz tersebut."Maksud tersesat oleh rasa ini adalah, saat kita merasa sudah baik, sudah alim, tapi ternyata kita dalam kesesatan, itulah yang mungkin maksud Bang Parlin. Ini memang banyak terjadi di antara kita, kadang kita lagi salat, tak bisa khusuk karena ada rasa ingin buang angin, kita tahan, kita merasa sudah mampu menahan, ternyata lepas sedikit, kita merasa Salat kita sudah sah, ternyata tidak. Satu contoh lagi tersesat oleh rasa, kita merasa diri paling baik, itulah bibit sombong, sungguh luar biasa Bang Parlin ini, saya jadi ikutan tersindir, saya salah' satu yang tersesat oleh rasa ini," kata ustadz tersebut.Tak sadar, refleks aku tertawa, karena aku tahu apa maksu
last updateLast Updated : 2023-03-13
Read more

Butet Jadi Detektif

PoV ButetAbang dan Ucok pergi nail haji, aku tinggal berdua dengan mamak. Aku juga punya teman baru yang satu frekuensi, yang tidak suka keramaian. Dia Sandy, orang yang bantu aku dalam kasus Kapolsek. Saat acara syukuran keberangkatan ayah dan Bang Ucok, aku mengundangnya, akan tetapi dia tidak mau datang dengan alasan tak suka keramaian."Maaf, jangankan pesta, bertemu orang saja aku takut dan malas," begitu pesannya."Ayolah, kamu gak akan dimakan orang," kataku lagi."Iya, sih, tapi, ya, begitulah, apa aku harus datang dan diam saja, kan malu,""Aku butuh bantuamu," aku coba cara lain."Bantuan apa?""Acara itu mau didokumentasikan, kamu kan ahlinya," pesanku lagi."Ada tempat tersembunyi, kah, yang gak ada orang?""Ada," "Baik, aku datang,"Akhirnya saat acara berlangsung, dia datang juga bersama ibunya. Aku terkejut melihat' dia berpakaian rapi. Tampan juga, mirip oppa korea, tapi kulit tampak pucat, mungkin karena tidak pernah terkena sinar matahari langsung.Aku langsung me
last updateLast Updated : 2023-03-14
Read more

Cinta Segi Tiga Ala Butet

Polisi muda itu masih saja muntah, kali ini muntahannya tinggal cairan, semua yang dia makan sudah keluar semua. Ibu pemilik sarung memberikan air hangat, Bang Umar meminumnya. "Sakit perutku kumat, aku pulang dulu ya," kata Bang Umar, dia berdiri sambil memegang perutnya. Kemudian berjalan ke mobilnya. "Bisa nyetir, Bang?" kataku khawatir."Bisa, bisa," katanya seraya menghidupkan mesin mobil, terus pergi.Setelah Bang Umar pergi, Sandy keluar dari sarangnya."Menambah kerjaan saja itu, masa muntah di meja," kata Sandy seraya membersihkan meja tersebut.Kupandangi wajah Sandy, dia tampak cemberut sambil membersihkan sisa-sisa muntahan Polisi itu."Itulah, polisi pemabuk itu, pasti baru pulang minum-minum dia," kata Sandy lagi.Ada orang datang, cepat sekali Sandy kembali masuk sarang. Salam sekejap dia sudah ke dapur lagi. Aku tetap menunggu karena sudah janji, akan tetapi Bang Sandy tidak keluar sampai orang yang makan itu pergi lagi. "Ayo," Bang Sandy sudah siap, dia memakai ka
last updateLast Updated : 2023-03-14
Read more

Hilang

Bagaimana pria berkacamata itu bisa pulang? Alangkah sulit hidup yang dijalani Bang Sandy, naik angkutan umum pun dia gak berani. Aku jadi merasa bersalah."Ma, Bang Sandy pulang jalan kaki," kataku pada mamak."Gak mungkin, sekali lima belas menit lewat angkutan desa," jawab Mamak."Bang Sandy gak berani' naik angkutan, Mak," kataku lagi."Mustahil, itu, namanya manusia pasti punya pikiran, gak mungkin dia jalan kaki," jawab Mamak."Aku merasa gak enak, Mak," kataku kemudian, lalu kuceritakan semua telah terjadi, mulai Bang Umar yang datang dan muntah, sampai perkataan Bang Sandy yang tidak mau ada orang lain di antara kami."Waduh, gak beres itu anak, bisa-bisa dia terobsesi padamu, Tet," jawab mamak."Ah, mama mungkin, Mak, gemuk begini mana cowok terobsesi," kataku lagi."Obsesi itu bukan hanya karena cantik, tapi bisa karena hal lain," kata mamak."Yeah, berarti mamak akui aku gak cantik,""Ish, Butet, kamu cantik kok," Aku kemudian membantu mamak beres-beres rumah, untuk apa me
last updateLast Updated : 2023-03-15
Read more

Mencari Sandy

Aku terus coba hubungi Bang Sandy, akan tetapi tetap juga tak bisa dihubungi. Kukirim pesan pun tak dibaca. Ke mana dia? Aku juga tak bisa bergerak, biarpun sudah bisa bawa motor, mamak tidak akan mengizinkan aku naik motor sendiri. Kadang peraturan mamak terlalu ketat, anak orang masih SD sudah bawa motor, aku sudah lima belas tahun gak boleh bawa motor."Mak, aku cari Bang Sandy ya?" tanyaku pada mamak,""Pake apa kau cari, Tet?'"Pake motor lah, Mak,""Gak boleh,""Ini darurat lo, Mak,""Tetap gak boleh," kata mamak.Aku tak mungkin mengajak mamak, ada adekku yang baru dua bulan usianya, gak mungkin ditinggalkan, gak mungkin juga dibawa. Saat aku bingung, ada mobil parkir di depan rumah. Mobil Avanza hitam. "Bang Umar!" aku berteriak gembira, ini seperti pucuk di cinta ulam tiba. Butuh kendaraan untuk cari Bang Sandy, datang lengkap dengan sopirnya."Hei, Butet, bagaimana, siap pecahkan kasus?" kata Bang Umar."Kasus apa?" tanya mamak?""Ninja sawit, Bu, di desa sebelah marak nin
last updateLast Updated : 2023-03-15
Read more

Sekali Lempar Jatuh Dua

"Butet, kau bisa jaga diri kan? begitu mamak bertanya."Tentu saja, Mak, aku harus bantu Bang Sandy, biar kamu impas, tidak ada hutang budi lagi," kataku kemudian."Ya, udah, hati-hati, gak usah sok pahlawan," kata Mamak."Iya, Mak, siap," tiga orang teman Bang Umat datang, mereka mengendarai tiga motor. Lalu mereka berempat pun berkumpul, aku ikuti jadi pendengar ."Ini peta lokasinya, kemungkinan besar ada sekitar lima atau enam orang, saya sudah selidiki, tempat ini adalah rumah di tengah kebun sawit yang baru ditanam," kata Bang Umar."Jadi kita akan melakukan penyamaran, pura-pura pencari katak," kata Bang Umar lagi."Pencari Katak?" Aku tak bisa menahan mulut.Di daerah kami memang sering orang datang mencari katak, jenisnya yang besar, katak itu banyak ditemukan di rawa-rawa sekitar perkebunan sawit. Konon katak itu bernilai ekonomi tinggi. Kemudian para polisi ini mempersiapkan semua. Senter kepala, alat penangkap katak sudah mereka pakai masing-masing. Entah dari mana Bang
last updateLast Updated : 2023-03-16
Read more
PREV
1
...
3839404142
...
53
DMCA.com Protection Status