Home / Fiksi Remaja / 8 Tahun Mencintainya / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of 8 Tahun Mencintainya: Chapter 61 - Chapter 70

148 Chapters

Ada-Ada Aja

"I hate it when i have to remember my first aim."-Barbara Letta***Senin, 09.30 WIB."Hai! Ini temen-temennya Elena, kan? Gue boleh join?" ucap perempuan yang bernama panjang Barbara Letta itu.Dari nada bicaranya, Anara dan Fara dapat menangkap bahwa Letta adalah orang yang dapat dengan mudah menciptakan keakraban. Perempuan itu juga terlihat ramah sekali."Boleh," jawab Fara datar ketika para sahabatnya justru diam memperhatikan Letta.Anara memberi perhatiannya pada cowok-
Read more

Baru (1)

***"Dav, temenin gue ke ruang guru, nape? Gue gak jadi mulu ajuin persetujuan lomba basket. Udah dua minggu-an gue undur mulu. Lomba-nya tinggal tiga minggu lagi tau!" oceh Rino bertubi-tubi, pas dengan dering bel pulang yang sedang berbunyi.Hanya tersisa Daver, sahabatnya, yang bisa diminta tolong. Soalnya, Evan dan Ander sedang dipanggil ke ruang guru karena ketahuan menyontek saat ulangan matematika tadi."Dari kemarin lo ke mana aja sampe baru sekarang lo ajuin?""Ya, gue lupa! Udah, ayo!" Rino menyeret tangan Daver supaya cowok itu berdiri. Ia beruntung karena Daver tidak susah disuruh.Baru keluar dari kelas, Rino terperanjat karena ia ber
Read more

Baru (2)

..."Hai, incess!" sapa Rino menaik-turunkan alisnya, memandang Anara dengan riang.Anara hanya tersenyum sebagai balasan. Ketika pulang sekolah, hal yang pasti terjadi adalah mood-nya yang menjadi anjlok seketika."Please, gue takut. Tatapannya dia itu bener-bener tajem. Genit banget lagi lirikan antek-anteknya." Letta menyatukan kedua telapak tangannya, memohon."Ada apaan, sih?" Gema berkacak pinggang.Daver mendengus. "Lo bilang ke dia kalo lo kenal gue?""Eh, ada apaan?" Gema mengulang pertanyaannya, namun kali ini ia berbisik.Karena Daver dan Letta tidak menjawab, Rino yang merespon
Read more

Secuek Itu

"Yes, it's a falling in love. But it's more like afraid of losing you."-Daver Negarald***"Hari ini selesai." Anara meletakkan kembali beberapa buku dan alat tulis ke dalam tasnya tanpa melihat mata Gema.Gema mengembuskan napas panjang tanpa suara. Ia dongkol melihat Anara yang terus menerus bertindak cuek padanya."Capek?" Gema mencoba bertanya pelan.Anara mengangguk, lalu memandang Gema.Yang Gema tidak sangka, Anara tersenyum padanya. Meskipun senyum itu terlihat memaksa.Ya, memang Anara memaksa diri untuk tersenyum di saat ia sangat letih."Kenapa senyum?""Lo sabar banget gue judes-in.""Baru sadar kalo lo judes banget?" ujar Gema menyelipkan nada bercanda.Anara tertawa kecil. Ketika semua tugasnya selesai—termasuk tugas mengajar Gema—, mood-nya kembali seperti semula."Ra." Gema membuat posisi duduk
Read more

Mulai

***Tin tin!Saat Anara dalam perjalanan dengan Ander, ada motor yang terus membunyikan klaksonnya sampai Anara merasa pusing karena motor tersebut tidak berhenti tin tan tin.Anara menoleh pada motor di sisi kanannya yang ia yakini adalah pelaku tukang klakson itu."Siapa, sih?" tanya Ander.Anara melotot kaget. Itu motor Daver."Daver, weh. Kok tiba-tiba dia ada?""Hah, Daver?" Ander menolehkan kepalanya sebentar. Ternyata benar. Itu adalah motor Daver.Ander menepikan motornya. Ander melepas helm-nya, begitu juga dengan Anara.Di belakang, Daver ikut menepikan motornya di belakang motor Ander. Setelah mematikan mesin dan melepas helm, Daver turun dari motornya. Ia menghampiri Ander dan Anara.Dengan jahil, Daver menendang ban motor Ander yang besar. "Eh, mau ke mana lo berdua?"Anara turun, selanjutnya Ander juga."Lo, kok, jadi kayak setan, ya, 
Read more

Chitchat

"It's okay if we aren't together. At least we are under the same sky. But sorry if i'm jealous too much. I just can't control it."-Anara Emiley***Daver terkejut saat ia baru keluar dari toilet. Bagaimana tidak?Letta berdiri di belakang tembok dan tiba-tiba keluar, berjalan cepat hingga sampai di hadapannya. Dengan senyum paginya yang ceria, ia menghalang jalan Daver."Masih pagi," ucap Daver tidak pakai niat.Alis tebal Letta berkerut, lalu ia mengangguk membenarkan. "Iya, tau. Makanya itu, gue mau ucapin sesuatu. Good morning Daver!"D
Read more

Him Being Unusual (1)

...Rino terbahak-bahak. "HAHAHAHA dengerin, tuh, Dav! Pake dasi! Dimarahin Erna mulu gak cape, lo?"Anara melihat sekitar, lalu mengembuskan napas tenang. Pasalnya, Rino menyebut nama guru dengan tidak sopan. Kalau ada guru yang lagi ke kantin dan mendengarnya, kan, bisa bahaya."Erna, Erna. Lo kira nama kucing? Yang sopan dikit! Kena kasus lagi mampus, lo!" Fara menggelengkan kepala heran, sedangkan yang ditegur malah cengengesan.Letta menarik kecil ujung lengan seragam Rino ketika cowok itu tiba di sampingnya. "Cepetan, Rino. Udah ditungguin dari tadi.""Iya, bawel!" jawab Rino pada Letta. Setelah itu, ia dengan jahil menarik ujung rambut Fara yang duduk di
Read more

Him Being Unusual

***Anara celingak-celinguk setelah lima menit lalu bel pulang berdering. Ia mencari Fara yang tadi izin padanya untuk ke toilet. Namun, tidak ada gadis itu saat Anara mencarinya di toilet."Ke mana, sih, itu orang?" gerutu Anara sambil mengentakkan kaki kanannya ke lantai."Kak Anara!"Anara menoleh. Dua perempuan berlari kecil menghampirinya."Kak, aku Viona, masih inget, kan?"Anara mengangguk. Ia masih ingat beberapa adik kelas yang pernah ditutori olehnya. "Kenapa, dek?"Seorang perempuan di sebelah Viona menjawab dengan ceria. "Lomba futsal putr
Read more

Deg-Degan

"I just see everything in her."-Daver Negarald***Setelah menggunakan serangkaian skin care, Anara naik ke kasurnya, menarik selimut, dan menyalakan lagu galau.Anara membenci perasaan di mana ia terus menyaksikan Daver mengagumi cewek lain, tetapi ia tidak berhak melakukan apa-apa.Sudah beberapa kali Daver pindah ke lain hati di saat Anara justru bertahan di satu laki-laki.Anara menangis lagi untuk alasan yang sama selama delapan tahun ini. Memang Anara sadar, semua ini adalah salahnya sendiri karena masih mengharapkan Daver.
Read more

Banyak Arah

***Dengan langkah yang lemas, Anara membuka pintu rumahnya. Objek yang pertama ia lihat adalah seragam kucel yang dikenakan Gema."Lo gak ke rumah buat ganti baju dulu?" tanya Anara seraya memberi ruang bagi Gema untuk masuk.Gema menggeleng. Kemudian, ia memandang Anara, terutama terfokus pada mata gadis itu. "Lo habis nangis? Mata lo berair."Anara mengangguk lemas. Ia lagi malas berbohong, pura-pura bahagia, dan sejenisnya. Selagi jujur pada orang yang kemungkinan besar tidak suka julid, Anara santuy."Gue kasih soal, lo kerjain. Kemarin, kan, gue udah kasih materi," ucap Anara membahas hal lain.
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status