...
Rino terbahak-bahak. "HAHAHAHA dengerin, tuh, Dav! Pake dasi! Dimarahin Erna mulu gak cape, lo?"
Anara melihat sekitar, lalu mengembuskan napas tenang. Pasalnya, Rino menyebut nama guru dengan tidak sopan. Kalau ada guru yang lagi ke kantin dan mendengarnya, kan, bisa bahaya.
"Erna, Erna. Lo kira nama kucing? Yang sopan dikit! Kena kasus lagi mampus, lo!" Fara menggelengkan kepala heran, sedangkan yang ditegur malah cengengesan.
Letta menarik kecil ujung lengan seragam Rino ketika cowok itu tiba di sampingnya. "Cepetan, Rino. Udah ditungguin dari tadi."
"Iya, bawel!" jawab Rino pada Letta. Setelah itu, ia dengan jahil menarik ujung rambut Fara yang duduk di
***Anara celingak-celinguk setelah lima menit lalu bel pulang berdering. Ia mencari Fara yang tadi izin padanya untuk ke toilet. Namun, tidak ada gadis itu saat Anara mencarinya di toilet."Ke mana, sih, itu orang?" gerutu Anara sambil mengentakkan kaki kanannya ke lantai."Kak Anara!"Anara menoleh. Dua perempuan berlari kecil menghampirinya."Kak, aku Viona, masih inget, kan?"Anara mengangguk. Ia masih ingat beberapa adik kelas yang pernah ditutori olehnya. "Kenapa, dek?"Seorang perempuan di sebelah Viona menjawab dengan ceria. "Lomba futsal putr
"I just see everything in her."-Daver Negarald***Setelah menggunakan serangkaianskin care, Anara naik ke kasurnya, menarik selimut, dan menyalakan lagu galau.Anara membenci perasaan di mana ia terus menyaksikan Daver mengagumi cewek lain, tetapi ia tidak berhak melakukan apa-apa.Sudah beberapa kali Daver pindah ke lain hati di saat Anara justru bertahan di satu laki-laki.Anara menangis lagi untuk alasan yang sama selama delapan tahun ini. Memang Anara sadar, semua ini adalah salahnya sendiri karena masih mengharapkan Daver.
***Dengan langkah yang lemas, Anara membuka pintu rumahnya. Objek yang pertama ia lihat adalah seragam kucel yang dikenakan Gema."Lo gak ke rumah buat ganti baju dulu?" tanya Anara seraya memberi ruang bagi Gema untuk masuk.Gema menggeleng. Kemudian, ia memandang Anara, terutama terfokus pada mata gadis itu. "Lo habis nangis? Mata lo berair."Anara mengangguk lemas. Ia lagi malas berbohong, pura-pura bahagia, dan sejenisnya. Selagi jujur pada orang yang kemungkinan besar tidak sukajulid, Anarasantuy."Gue kasih soal, lo kerjain. Kemarin, kan, gue udah kasih materi," ucap Anara membahas hal lain.
***Hari Rabu, hari di mana SMA Ravalis setiap paginya mengadakan upacara pramuka. Biasanya, Fara mengajak Anara untuk bolos ke UKS dengan alasan sakit. Namun, karena pernahterciduk, Anara kapok. Ia tidak mau lagi melakukan hal itu.Untungnya, satu setengah jam yang membuat seluruh murid SMA Ravalis itu telah selesai. Kini, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing.Anara dan Fara berjalan ke kelas setelah bercermin untuk waktu yang lumayan lama di toilet. Jalan Anara lemas seperti orang yang tidak makan dari kemarin malam. Nyatanya, ia hanya sedang tidakmood.Anara memang se-moodswingitu."Sebenernya Daver pacaran sama siapa, sih, Far?" tanya Anara dengan suara ya
"Jika kita takkan mungkin bersama, buat apa dirimu muncul terus di hidupku?"-Anara Emiley***"Ra, tadi lo liat gak Letta sama Daver berduaan di ruang olahraga?"Begitu mendengar cara bicara Fara yang agaknya akan menggosip, Anara spontan menoleh. Tentu ada arahan mata terkejut yang tidak sengaja dilakukannya.Detik selanjutnya, Anara mengingat kembali fakta di mana Daver dan Letta berpacaran. Perlahan kejutnya digantikan oleh rasa wajar."Emang iya? Gue gak liat." Anara menjawab apa adanya. Tidak dihebohkan, tidak juga dipercuek.Timbul rasa penasaran dari Fara saat
..."Udah lama gak nongkrong, eh nongkrong lagi." Fara mendengus. Ia bernasihat selayaknya seorang ibu. "Gak usah, lah. Nanti lo minum-minum!""Lah, kan nongkrong doang, Ibu Negara. Gak ngapa-ngapain kok gue." Daver memberi jurus pembelaan.Memang pada nyatanya, bahaya nongkrong di zona tongkrongan Daver adalah rokok dan bir. Biasalah, zona anak-anak cowok yang hits dan pakainya barangbranded.Untungnya, sejauh ini Daver bisa menahan diri."Tapi gak bener gila temen-temen lo yang itu," lanjut Fara lagi."Gak apa-apa, yang penting seru.""Nakal, ya, Daver." Evanmengompori. "Emang gue doang yang paling bener."
"So, how do we start it all?"-Daver Negarald***Hembusan napas puas dikeluarkan oleh Gema. Ia merasa menang. "Tuh! Sahabat lo sendiri yang ngaku! Masih gak percaya juga?"Sayangnya, jawaban itu tidak akan membuat Daver langsung percaya. Bukannya terkejut, ia malah tertawa. "Ra, lo dijanjiin apa sama Gema buat ngangguk?"Anara menggeleng. Wajah yang ia pasang menunjukan bahwa ia santai dan tenang. "Gak dibayar, gak dijanjiin, emang Gema cowok gue."Jujur, karena Anara tampak serius, Daver jadi kembali bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Kemudian, Anara meng
...Anarangedumel.Ia mengulang kata-kata Daver persis dengan gaya cowok itu."Karena gue sayang sama lo, Ra. Gue kan sahabat lo. Hilih, bacot sia. Bosen gue denger omongan lo."Bodo amat Anaragaspol."Lah, sayangnya gue udah lebih dari sahabat, dah," ucap Daver lirih, sudah bete."Apa lo bilang?" Anara mengarahkan tangannya ke belakang telinga sembari sedikit tertawa. "Ngelawak lo, Dav."Anara tangkap Daver cuma bergurau karena cowok itu ngomong tanpa ekspresi dan sangat santai seperti tidak ada beban.Daver mengacungkan dua jarinya membentuk tanda V. "Sumpah, gue beneran sayang sama lo. Makanya gue mau liat reaksi lo