...
"Udah lama gak nongkrong, eh nongkrong lagi." Fara mendengus. Ia bernasihat selayaknya seorang ibu. "Gak usah, lah. Nanti lo minum-minum!"
"Lah, kan nongkrong doang, Ibu Negara. Gak ngapa-ngapain kok gue." Daver memberi jurus pembelaan.
Memang pada nyatanya, bahaya nongkrong di zona tongkrongan Daver adalah rokok dan bir. Biasalah, zona anak-anak cowok yang hits dan pakainya barang branded. Untungnya, sejauh ini Daver bisa menahan diri.
"Tapi gak bener gila temen-temen lo yang itu," lanjut Fara lagi.
"Gak apa-apa, yang penting seru."
"Nakal, ya, Daver." Evan mengompori. "Emang gue doang yang paling bener."
"So, how do we start it all?"-Daver Negarald***Hembusan napas puas dikeluarkan oleh Gema. Ia merasa menang. "Tuh! Sahabat lo sendiri yang ngaku! Masih gak percaya juga?"Sayangnya, jawaban itu tidak akan membuat Daver langsung percaya. Bukannya terkejut, ia malah tertawa. "Ra, lo dijanjiin apa sama Gema buat ngangguk?"Anara menggeleng. Wajah yang ia pasang menunjukan bahwa ia santai dan tenang. "Gak dibayar, gak dijanjiin, emang Gema cowok gue."Jujur, karena Anara tampak serius, Daver jadi kembali bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Kemudian, Anara meng
...Anarangedumel.Ia mengulang kata-kata Daver persis dengan gaya cowok itu."Karena gue sayang sama lo, Ra. Gue kan sahabat lo. Hilih, bacot sia. Bosen gue denger omongan lo."Bodo amat Anaragaspol."Lah, sayangnya gue udah lebih dari sahabat, dah," ucap Daver lirih, sudah bete."Apa lo bilang?" Anara mengarahkan tangannya ke belakang telinga sembari sedikit tertawa. "Ngelawak lo, Dav."Anara tangkap Daver cuma bergurau karena cowok itu ngomong tanpa ekspresi dan sangat santai seperti tidak ada beban.Daver mengacungkan dua jarinya membentuk tanda V. "Sumpah, gue beneran sayang sama lo. Makanya gue mau liat reaksi lo
"I want to see what happens if i don't give up."-Anara Emiley***Anara tidak tahu ke mana Daver membawanya pergi sampai cowok itu mendaratkan ninjanya ke suatu tempat yang tidak pernah ia kunjungi.Tempat ini hanya mendapat penerangan dari satu lentera besar. Sepi, namun dekat dari jalan raya sehingga terdengar suara kendaraan yang melewati Jakarta."Ayo, Ra."Sedikit orang di sini. Dapat dideskripsikan tempat ini adalah sebuah taman karena ada rumput cantik, bunga-bunga, serta bangku panjang. Tidak lupa ada deretan abang-abang yang menjual jajanan.
...Anara menunduk. Dari situ dapat terlihat bulu matanya yang basah. "Gak usah bangga-banggain gue kayak gitu. Gue hancur tanpa sepengetahuan lo. Gue gak sekuat itu."Daver menggeleng. "Enggak, Ra. Kalau lo hancur, lo udah hilang dari dunia ini. Tapi lo enggak. Yang gue liat,you're not broken, you grow."Anara ikut menggeleng. Ia menatap Daver begitu sendu sampai Daver melihat itu seperti memelas. "Enggak.." Anara menghela napas. "Gue gak sekuat lo."Anara mengerti betul banyaknya kesakitan lalu-lalu yang menimpa hidup Daver selama ini. Jadi, Anara mengerti betul banyaknya kekuatan yang Daver punya untuk bertahan.Anara kembali menunduk hingga D
"The love you give is the love you deserve."-Daver Negarald***Logikanya, dua insan yang menjalin hubungan persahabatan bertahun-tahun akan merasa canggung apabila mengubah status mereka menjadi pacaran. Itu pula yang terjadi pada Anara, tetapi tidak pada Daver.Mungkin ini juga faktor dari Anara yang hampir tidak pernah pacaran yang serius. Bahkan sepertinya Anara tidak pernah pacaran.Sejak kemarin Anara menjawab permintaannya dengan anggukan kepala, Daver tidak bisa berhenti memikiran gadis itu. Ada banyak hal tentang Anara dalam benaknya.Ting!
***"Yuk!" Fara, Anara, dan Elena turun dari mobil. Ketiganya memasuki Starbucks dan memesan menu favorit mereka masing-masing.Mereka tidak sedikit mendapat perhatian dari orang-orang di sana. Pasti penyebabnya ialah ketiganya yang benar-benar cantik denganoutfitmereka hari ini.Begitu mendapat minuman dansnackmasing-masing, mereka menempati tempat duduk paling ujung."Guys," ancang-ancang Elena memulai topik. "Gue lagi deket sama seseorang loh.""Hah? Siapa, Na? Kok gak pernah kasih tau dichat?" Fara heboh.Elena menggaruk kepalanya. Ia me
***"Halo? Kenapa?""Lo mau ikut gue sama Evan ke bengkel gak, Dav?""Ngapain gue ikut, bego." Daver terkekeh. "Gak penting amat.""Bangke lo, ye. Siapa tau lo mauservicejuga. Makanya gue ajak.""Motor gue gak kenapa-napa. Makanya jangan balapan mulu kayak orang stres. Rusak mulu kan motor lo.""Motor gue gak rusak karena balapan,anjir.Gak bisa sehari gak ngatain gue ya ini anak. Ya udah lah kalo gak mau."Daver cekikikan mendengar Ander mengocehinya. "Rino ke mana, Der? Kok gak ikut
"A thousand of trouble in mind, but still, her body is full of strength."-Daver Negarald***"Kalo pemilikhandphoneini dateng, kasih aja, ya," pesan Rezo pada barista Starbucks, seraya meletakkan ponsel Anara di meja kasir.Baru saja barista itu mau bertanya mengenai ciri-ciri pemilik ponsel, Rezo langsung bergegas pergi.Laki-laki itu menyeringai. Senang sekali dapat mengetahui kembali kelemahan Daver. Ia menyebut satu nama,"Anara Emiley."Rezo kembali mengeluarkan senyum kejinya.