"The love you give is the love you deserve."
-Daver Negarald***
Logikanya, dua insan yang menjalin hubungan persahabatan bertahun-tahun akan merasa canggung apabila mengubah status mereka menjadi pacaran. Itu pula yang terjadi pada Anara, tetapi tidak pada Daver.
Mungkin ini juga faktor dari Anara yang hampir tidak pernah pacaran yang serius. Bahkan sepertinya Anara tidak pernah pacaran.
Sejak kemarin Anara menjawab permintaannya dengan anggukan kepala, Daver tidak bisa berhenti memikiran gadis itu. Ada banyak hal tentang Anara dalam benaknya.
Ting!
***"Yuk!" Fara, Anara, dan Elena turun dari mobil. Ketiganya memasuki Starbucks dan memesan menu favorit mereka masing-masing.Mereka tidak sedikit mendapat perhatian dari orang-orang di sana. Pasti penyebabnya ialah ketiganya yang benar-benar cantik denganoutfitmereka hari ini.Begitu mendapat minuman dansnackmasing-masing, mereka menempati tempat duduk paling ujung."Guys," ancang-ancang Elena memulai topik. "Gue lagi deket sama seseorang loh.""Hah? Siapa, Na? Kok gak pernah kasih tau dichat?" Fara heboh.Elena menggaruk kepalanya. Ia me
***"Halo? Kenapa?""Lo mau ikut gue sama Evan ke bengkel gak, Dav?""Ngapain gue ikut, bego." Daver terkekeh. "Gak penting amat.""Bangke lo, ye. Siapa tau lo mauservicejuga. Makanya gue ajak.""Motor gue gak kenapa-napa. Makanya jangan balapan mulu kayak orang stres. Rusak mulu kan motor lo.""Motor gue gak rusak karena balapan,anjir.Gak bisa sehari gak ngatain gue ya ini anak. Ya udah lah kalo gak mau."Daver cekikikan mendengar Ander mengocehinya. "Rino ke mana, Der? Kok gak ikut
"A thousand of trouble in mind, but still, her body is full of strength."-Daver Negarald***"Kalo pemilikhandphoneini dateng, kasih aja, ya," pesan Rezo pada barista Starbucks, seraya meletakkan ponsel Anara di meja kasir.Baru saja barista itu mau bertanya mengenai ciri-ciri pemilik ponsel, Rezo langsung bergegas pergi.Laki-laki itu menyeringai. Senang sekali dapat mengetahui kembali kelemahan Daver. Ia menyebut satu nama,"Anara Emiley."Rezo kembali mengeluarkan senyum kejinya.
***"Anara!"Anara menghentikan langkahnya yang baru saja mau masuk ke kamar. Ia membalikkan tubuh, melihat perawakan laki-laki paruh baya yang barusan memanggil namanya.Anara hanya melihat Jeff dengan arahan mata yang datar. Namun, Jeff tak kunjung mengucapkan apa-apa."Kenapa?""Lusa kami bakal cerai." Jeff mengucapkan dalam satu tarikan napas dengan lantang."Ooh." Anara mengangguk sekejap. "Oke, bagus."Jeff terkekeh sinis. "Emang gak ada sopannya lo. Orang tua cerai cuma gitu aja reaksinya?"Anara menyeringai tak kalah sinisnya. Ia mendesis dan menggeleng-gelengkan kep
"I really own the dangerous blue eyes."-Anara Emiley***Gema mendengus sebal. Ia kesal sekali saat melihat semua toilet pria di lantai satu penuh. Lebih kesalnya lagi, penuhnya itu karena anak sekolah lain yang memakai."Sialan banget. Gue kebelet kampret!"Gema mau tidak mau naik ke lantai dua. Daripada pipis ditahan-tahan malah tidak bagus, kan?Langkah Gema terhenti saat menaiki anak tangga ke-12. Ia terganggu dengan seorang pria berjaket hitam dan topi merah tua yang bersembunyi di balik dinding tangga.Tampakn
***14.47 WIB"Daver Negarald namanya?""Setelah gue cari-cari tau sih kayaknya iya. Gue tadi liat dari mading sekolah ini. Nama dia ada di daftar pemain futsal SMA Ravalis tahun 2017 sampai sekarang. Pas gue cocokin ingatan gue sama fotonya sih bener dia orangnya.""Sama-sama ganteng ya di foto sama aslinya?""Ahahaha, iya! Tapi seriusan dah emang secakep itu!"Ada-ada saja. Baru saja habis berkutat di ruang guru, Anara langsung terganggu dengan perbincangan dua perempuan yang dilewatinya. Ditambah lagi mereka memiliki paras yang cantik dan kelihatan dari pakaiannya juga mereka adalah anggotacheers.
***"Sorry, Bos. Saya cuma dapat info kalau orang tua Anara mau cerai."Rezo berdiri dari persinggahannya. Ia mendekati laki-laki yang diutusnya tadi untuk mengulik informasi apa pun mengenai Anara."Goblok! Terus kalo orang tuanya cerai pentingnya buat gue apa, bego?!" maki Rezo. "Emang gak ada gunanya lo!""Saya gak tau informasi apa lagi yang harus saya dapetin, Bos.""Ya lo mikir lah! Lo cari tau tempat tinggalnya, orang tuanya, atau apa aja yang bisa berguna buat gue!""Sa-saya tau satu lagi..""Apa?!""Anara emang bener pacarnya Daver, Bos."
***Rezo dan senyuman kejamnya yang tidak pernah hilang. Kedua hal itu tidak dapat dipisahkan. Kedua hal itu juga yang selalu membangkitkan emosi Daver. Ditambah lagi cowok itu dengan berani telah menyebut nama lengkapnya.Rezo berjalan selangkah demi selangkah mendekati Daver. Ia masih dengan tatapan aneh yang sulit dideskripsikan.Daver sendiri mengepalkan kedua tangannya, berusaha sebisa mungkin menahan amarah yang sesungguhnya sudah meluap."Gak usah basa-basi, apa mau lo?" tanya Daver.Rezo berhenti saat tubuhnya berjarak tiga meter dari Daver. "Masih tanya mau gue apa?" Ia berkacak pinggang. "Gue mau hidup lo hancur, bego!"Daver melangkah lebih dekat lagi ke titik