All Chapters of Jejaka Emas: Chapter 81 - Chapter 90

283 Chapters

Bab 12

“Tidak... mengandung atau tidak, aku akan menikahimu Ningrum” kata Jejaka lembut. Wajah cemberut Ningrum tiba-tiba saja pupus, kedua matanya yang indah langsung menatap kearah Jejaka dengan pandangan berbinar-binar.“Tapi tidak sekarang, tunggu saatnya tiba”“Iya, Ningrum akan menunggu saat itu tiba kang. Sampai kapanpun, Ningrum akan menunggu” ujar Ningrum dengan bahagia.Keduanya kini kembali saling pandang dengan tatapan bahagia. Jejaka yang tak kuat menahan dirinya menatap lama-lama bibir indah Ningrum, maka segera bibir Jejaka bergerak kearah bibir Ningrum, Ningrum seakan mengerti apa yang dilakukan oleh Jejaka, disambutnya lumatan lembut bibir Jejaka pada bibirnya, hingga kini keduanya sudah saling melumat dengan mesra. Jejaka semakin memeluk erat tubuh indah Ningrum, sedangkan Ningrum sendiri menikmati apa yang dilakukan Jejaka padanya. Tanpa sadar justru salah satu tangan Ningrum terlihat menarik leher Jejaka seakan ta
Read more

Bab 13

Begitu kata-kata itu selesai, Jejaka terjaga dengan peluh membasahi sekujur wajah. Tidak ada yang menakutkan dalam mimpi itu. Tapi entah kenapa, jantungnya berdetak keras dan napasnya memburu kencang. Barangkali mimpi itu semacam satu kekuatan gaib yang menelusup dalam rongga jiwanya.Sambil menyapu keringat di kening, Jejaka mengingat kembali pesan orang tua dalam mimpinya. ”Gunung Batu! Bukankah itu tempat kakek guru, Ki Ageng Buana. Pendekar Kilat Buana, gurunya ayah”“Wanita Penjaga Pintu... ” ulang Jejaka lagi. Sebelum Jejaka bisa berpikir, kantuk menyergapnya kembali. Segera tubuhnya direbahkan, dan sebentar saja terdengar tarikan napasnya yang halus. -o0o-SETELAH berpamitan dan berjanji pada Ningrum untuk kembali setelah urusannya selesai, maka berangkatlah Jejaka seorang diri menuju gunung batu. Letak Gunung Batu berjarak Delapan hari berjalan kaki dari kota raja. Dan tepat pada saat bulan beranjak perlah
Read more

Bab 14

Ketika membuka gerbang itu, ia melihat beberapa gadis cantik, tepatnya sepuluh orang setelah di hitung Jejaka. Sedang berkumpul pada satu bangsal besar. Mereka bercakap-cakap, membaca, bermain musik, menulis, pokoknya segala kegiatan yang terpikir olehnya.Yang membuat Jejaka semakin ternganga adalah... semua gadis cantik itu mengenakan gaun tipis tembus pandang! Semua bagian tubuh dari ujung kaki sampai ujung kepala terlihat jelas. Mereka mengenakan penutup dada untuk menutupi gumpalan padat-kencang yang tampak tersembul dan tidak mengintip malu-malu. Belum lagi dengan cawat yang cuma sekelumit seolah hanya menutupi bagian-bagian yang penting saja. Yang jelas, tubuh berbaju minim itu semuanya sekal, padat dan tampak berisi! (pokok’e mantap, ciing...!)“Apa mereka para dewi-dewi dari khayangan ? Ahh, dimana aku sebenarnya?” Batin Jejaka. Jejaka lumayan sulit membedakan antara yang satu dengan yang lain, karena semua cantik-cantik dan montok-montok. Hany
Read more

Bab 15

”Benar. Pohon tumbang itulah salah satu jalan masuk ke tempat kami,” kata dara Gaib bergaun keemasan.Sekali lagi Jejaka kaget, karena gadis didekatnya itu bisa mengetahui isi hati dan pikirannya. Kaget sekali itu lumrah, tapi kalau berkali-kali malah bisa bikin jantungan!”Kau ini seperti cacing di perutku saja,” seloroh Jejaka sambil menoleh ke dara bergaun keemasan. Diantara semua yang ada disitu, cuma gadis itu yang duduk manis sambil memetik harpa.”Selama kau berada di wilayah kami, semua isi kepalamu bisa terbaca oleh kami bersepuluh,” tutur gadis bergaun biru, lembut.”Walaaahh... ” seru Jejaka, kaget.”Beruntung kau memilih pohon yang kanan untuk kau tidur, jika tertidur dipohon yang kiri, kemungkinan besar nyawamu sulit terselamatkan,” kata dara Gaib bergaun hitam.”Memangnya kenapa kalau aku memilih pohon yang kiri?” tanya Jejaka dengan nada menyelidik.
Read more

Bab 16

"Aahhhh... !"Terdengar erangan keras dari mulut Dara Emas."Jejaka... kau sungguh-sungguh luar biasa... ” dari mulut Dara Emas terdengar suara desahan."Kau juga luar biasa... ” jawab Jejaka alias Jejaka Emas, sementara tangan kiri mengelus-elus bongkahan pantat Dara Emas yang lembut.Dara Emas kemudian turun dari atas tubuh si pemuda dan terlentang di sampingnya dengan mata terpejam. Beberapa saat kemudian, sepi kembali meraja.Setelah mengatur napas beberapa saat, Dara Emas yang masih bugil tentunya bangkit dan bertepuk tangan tiga kali.Plok! Plok! Plok!Serentak ke sepuluh dara lainnya bangun dan berdiri di belakang Dara Emas. Mendadak Dara Emas duduk berlutut dengan kepala tertunduk."Salam hormat kepada Tuan Majikan!" kata ke sepuluh dara itu serempak.Jejaka kaget!Sontak ia berdiri dan matanya memandang berkeliling, namun tidak ada satu pun di tempat itu kecuali mereka berdelapan."Kalian
Read more

Bab 17

Dara Emas yang menjawab,”Menurut ramalan... ”"Tunggu, tunggu dulu!" potong si pemuda, cepat."Menurut ramalan? Jadi kalian menganggapku sebagai majikan juga menurut ramalan?""Benar.""Terus... kalian percaya ramalan itu begitu saja?""Tidak salah.""Kalian... percaya dengan ramalan itu? Benar-benar percaya?""Betul."Jejaka memejamkan mata untuk menahan gejolak dalam dadanya. Makinya dalam hati,”Sialan! Mereka percaya dengan takhayul, sudah gitu... rombongan lagi. Wuuh... untung mereka cantik-cantik, kalau seperti nenek-nenek bau susur... hiiii... ”"Jelaskan tentang ramalan itu," kata Jejaka kemudian. ”Tapi sebelumnya... kalian berpakaian dulu. Tidak nyaman kalau kita berbicara dengan situasi dan kondisi seperti ini.""Baik."Setelah berpakaian rapi wah, sulit mengatakan rapi, lha wong serba tembus pandang sih. Masih untung penutup bukit kembar dan rimba belantara cukup teba
Read more

Bab 18

Happ!Tanpa basa-basi, meluncur masuk ke dalam mulut. Dua kali kunyahan lalu mata sedikit melotot dengan leher memanjang dan urat leher sesaat mengejang...Glekk!Sukses dech masuk ke dalam perut!"Uahhh... enaakkk... ” kata Jejaka."Hahahah, dasar tidak sopan!" seru Dara Hijau tanpa sadar."Ihhh... cara makan yang jorok!" sahut Dara Merah yang sedari tadi diam."Sebenarnya, kau mau mendengarkan nggak sih?" ucap Dara Emas dengan melotot indah."Iya... iya... cerewet amat, sih." tukas Jejaka sambil memotes pisang lagi. ”Ngomong saja, aku denger, kok.""Menurut ramalan, orang yang bisa mengalahkan kami bersepuluh, dialah yang akan menjadi tuan kami, majikan kami... ” Panjang lebar Dara Emas menjelaskan tentang isi ramalan yang menurutnya sudah aja sejak ribuan tahun yang lalu. Dara emas terus bercerita hingga sampai Jejaka yang mendengarnya sampai puyeng sendiri karena begitu panjang dan kompleknya penjel
Read more

Bab 19

“Kalau nyawa … enggaklah. Aku tidak sekejam itu," seloroh Jejaka dengan mulut monyong-monyong, yang membuat para gadis tersenyum geli.Melihat tawa geli Sepuluh Dara Gaib, membuat Jejaka makin rikuh saja.“Yach … baiklah-baiklah. Kuterima diriku menjadi majikan kalian! Gitu aja kok repot."“Kalau begitu kita langsung ke inti pokok permasalahannya saja. Aku kemari karena didatangi oleh seorang kakek melalui mimpi. Apa kalian tau tentang hal itu?”Ke-10 dara Gaib itu terlihat saling pandang."Kakek yang datang ke mimpimu itu adalah Ki Ageng Buana” cetus dara putih.“Jadi benar dugaanku, ternyata kakek itu adalah Ki Ageng Buana, gurunya ayah” kata Jejaka pelan.“Ki Ageng Buana sudah tiada, Jejaka” cetus darah merah. Kontan saja wajah Jejaka langsung berubah mendengarnya.“M-maksudmu tewas?!” tanya Jejaka dengan wajah tak percaya. Hampir bersamaan ke-10
Read more

Bab 20

Dengan Gerak Kilat Dewata-nya, tak butuh waktu lama bagi Jejaka untuk tiba didepan pintu gerbang Perguruan Mekar Bumi, tapi seketika saja wajah Jejaka langsung berubah saat melihat api yang membumbung ke angkasa menyebarkan asap hitam pekat menyemarakkan langit dari dalam Perguruan Mekar Bumi. Si jago merah yang tak kenal kata ampun itu kelihatan menggila, melalap apa saja yang di dekatnya. Perguruan Mekar Bumi yang rata-rata muridnya adalah wanita itu perlahan-lahan mulai musnah. Padahal, perguruan itu tak pernah membuat persoalan dengan urusan dunia luar. Bahkan perguruan itu tempat orang yang lari dari kebrutalan rimba persilatan. Di sana-sini bangkai manusia tercampak mengenaskan. Sebuah pembantaian besar-besaran telah terjadi. Seluruh murid-murid Perguruan Mekar Bumi tak tersisa. Mereka dihabisi seperti binatang dengan luka terkuak lebar di tubuh. Beberapa wanita yang beruntung masih memilik nyawa pun keadaannya sungguh menyedihkan. Dengan luka tak ringan, mereka merangkak kelu
Read more

Bab 21

Dan yang seorang lagi…. Jejaka mengerjap-ngerjap mata, tak mempercayai apa yang dilihatnya. Tampak Rintih Manja dengan gerakan luar biasa menandingi serangan-serangan wanita itu. Padahal, Rintih Manja hanya menggunakan sebatang ranting pohon. Namun begitu, terlihat kekuatan tenaga dalamnya, ranting sebesar kelingking itu mampu dibuatnya menjadi senjata ampuh menandingi pedang milik lawannya.Jejaka yang masih di atas dahan pohon menggeleng-gelengkan kepala. Hatinya kagum kepada Rintih Manja karena memiliki ilmu kedigdayaan yang tidak main-main. ”Berhenti!” teriak Jejaka dengan pengerahan tenaga dalam yang keluar begitu saja.Dua wanita yang sedang menjajal jurus masing-masing terhentak. Dan seketika mereka menghentikan gerakan, dan sama-sama menoleh ke arah Jejaka.Pada kesempatan itulah, Jejaka yang tak berada jauh dari mereka bergerak mengagumkan. Luncuran tubuhnya demikian cepat, dan sulit di ikuti mata biasa ke arah mereka. Dan sebelum ada
Read more
PREV
1
...
7891011
...
29
DMCA.com Protection Status