Dengan Gerak Kilat Dewata-nya, tak butuh waktu lama bagi Jejaka untuk tiba didepan pintu gerbang Perguruan Mekar Bumi, tapi seketika saja wajah Jejaka langsung berubah saat melihat api yang membumbung ke angkasa menyebarkan asap hitam pekat menyemarakkan langit dari dalam Perguruan Mekar Bumi. Si jago merah yang tak kenal kata ampun itu kelihatan menggila, melalap apa saja yang di dekatnya. Perguruan Mekar Bumi yang rata-rata muridnya adalah wanita itu perlahan-lahan mulai musnah. Padahal, perguruan itu tak pernah membuat persoalan dengan urusan dunia luar. Bahkan perguruan itu tempat orang yang lari dari kebrutalan rimba persilatan. Di sana-sini bangkai manusia tercampak mengenaskan. Sebuah pembantaian besar-besaran telah terjadi. Seluruh murid-murid Perguruan Mekar Bumi tak tersisa. Mereka dihabisi seperti binatang dengan luka terkuak lebar di tubuh. Beberapa wanita yang beruntung masih memilik nyawa pun keadaannya sungguh menyedihkan. Dengan luka tak ringan, mereka merangkak kelu
Dan yang seorang lagi…. Jejaka mengerjap-ngerjap mata, tak mempercayai apa yang dilihatnya. Tampak Rintih Manja dengan gerakan luar biasa menandingi serangan-serangan wanita itu. Padahal, Rintih Manja hanya menggunakan sebatang ranting pohon. Namun begitu, terlihat kekuatan tenaga dalamnya, ranting sebesar kelingking itu mampu dibuatnya menjadi senjata ampuh menandingi pedang milik lawannya.Jejaka yang masih di atas dahan pohon menggeleng-gelengkan kepala. Hatinya kagum kepada Rintih Manja karena memiliki ilmu kedigdayaan yang tidak main-main. ”Berhenti!” teriak Jejaka dengan pengerahan tenaga dalam yang keluar begitu saja.Dua wanita yang sedang menjajal jurus masing-masing terhentak. Dan seketika mereka menghentikan gerakan, dan sama-sama menoleh ke arah Jejaka.Pada kesempatan itulah, Jejaka yang tak berada jauh dari mereka bergerak mengagumkan. Luncuran tubuhnya demikian cepat, dan sulit di ikuti mata biasa ke arah mereka. Dan sebelum ada
“Kau pikir, kau siapa, hah?!”“Kupikir aku bukan siapa-siapa. Tapi yang jelas, aku sekarang sedang memegang pedangmu.” Di perhatikannya pedang besar berkepala naga pada gagangnya. ”Nampaknya, ini sangat berarti bagimu. Bukan begitu.’ Kalau tak cerita, tak kau dapat benda kunomu ini…”“Kenapa tak kau tanya kekasihmu?”“Ya, kenapa? Karena aku menanyakanmu”, jawab Jejaka benar-benar menyebalkan.“Anak keparat! Kau tidak mengenal aku adalah Naga Wanita, orang kepercayaan prabu!” maki wanita itu penuh amarah.“Ampunkan hamba jika tidak tahu siapa dirimu,” seloroh Jejaka lagi amat meremehkan Wanita cantik berambut kepang dua itu memperlihatkan sinar keheranan di wajah halusnya. Hampir semua tokoh rimba persilatan mengenalnya. Dan sebagian malah yang ada langsung ciut nyalinya mendengar julukannya. Tapi anak ingusan yang baru besar itu?“Jejaka. B
“Lalu, siapa kalian sebenarnya? Dan, apa tujuan kalian ke tempat ini?” selidik Naga Wanita. Saat bertanya, wajahnya penuh sinar kecurigaan.Jejaka segera menjura, mencoba memperbaiki kesalahan yang tadi dibuatnya pada Naga Wanita. ”Maafkan sikapku tadi, Nyai,” ucap Jejaka.Wanita cantik itu menyambutnya dengan senyum meledek. ”Sebenarnya, aku memang mempunyai tujuan khusus datang ke tempat ini…,” urai Jejaka.“Lantas apa tujuanmu?” ulang Naga Wanita. Jejaka segera menghampiri perempuan cantik itu.“Bisakah aku mengatakan tujuanku itu agak jauh dari tempat ini?”Naga Wanita beberapa saat hanya menatap Jejaka. Kecurigaan masih tampak di wajah itu. Namun, akhirnya dituruti juga permintaan Jejaka. Mereka berjalan be berapa puluh langkah dari tempat itu, meninggalkan Rintih Manja yang memandang dengan hati bertanya-tanya.”Apakah Nini kenal dengan orang yang bernama Bajing I
Agak jauh memasuki kota kabupaten, mereka berhenti di sebuah kedai untuk beristirahat. Kedai itu tak begitu luas dan agak kotor. Namun, mereka tetap turun dari kuda masing-masing, dan menambatkannya di depan kedai. Dengan agak terpaksa, mereka masuk juga karena memang hanya kedai itu satu-satunya yang ada di kota Kabupaten Banyugerabak.Lima orang berwajah tak ramah tampak duduk terpencar di beberapa meja kayu bundar. Hampir semuanya memegang gelas bambu berisi tuak. Rupanya hari yang kelewat panas membuat mereka hanya berselera untuk minum.Jejaka, Rintih Manja, dan Srikandi lalu menuju sebuah meja kosong yang terletak di sudut. Sebentar kemudian mereka sudah duduk melingkari meja itu.“Pelayan, berikan kami makanan!” seru Jejaka tanpa membuka caping yang dikenakan.Tak lama menunggu, makanan dengan lauk sederhana disediakan seorang pelayan tua dengan sikap sopan.“Terima kasih, Ki…,” ucap Jejaka ramah.Dan be
Srikandi yang duduk menghadap pintu jadi terperangah. Amat dikenalinya ketiga orang itu. Bajing Ireng, pemberontak besar yang sedang diselidikinya, bersama dua orang kaki tangannya, Sepasang Kembar dari Tiongkok. Maka cepat-cepat Srikandi memalingkan wajah, menyembunyikannya dari tatapan Bajing Ireng.“Keparat itu ada di sini…,” bisik Srikandi amat hati-hati. Jejaka dan Rintih Manja yang membelakangi pintu serentak menatap mata Srikandi.”Siapa?” tanya Jejaka dengan suara wajar."Ssst..., Bajing Ireng dan dua orang Tiongkok jahanam itu," Bisik Srikandi lagi.Jejaka dan Rintih Manja kontan terperangah. Tanpa terasa, ingatannya dibawa kembali .kepada peristiwa beberapa waktu lalu. Tentang api yang berkobar ganas, tentang tubuh murid-murid Perguruan Mekar Bumi yang tewas dalam keadaan tercabik di sana-sini. Juga, tentang tubuh tua Nyai Lirih Dewi yang menyedihkan. Semuanya amat menyesakkan dadanya.Napas Jejaka jad
"Ma..., maaf Tuan. Kami kehabisan persediaan tuak," Ucap pelayan itu tergagap."Kalau begitu, kau bisa ambil kendi tuak di meja dua perempuan itu," Ujar Bajing Ireng."Tapi, Tuan.... Tapi, mereka sudah memesannya lebih dahulu.""Kau mau ambilkan atau tidak?!" Ancam Bajing Ireng. Matanya menatap dingin pada pelayan itu, menusukkan sinar kengerian."Keterlaluan! Apa kau pikir dunia ini milikmu!" Geram Jejaka. Kemarahannya kini benar-benar sampai pada batas yang tidak bisa lagi ditahan."Hiaaat...!"Tiba-tiba teriakan mengguntur keluar dari mulut Jejaka. Kekuatan tenaga dalam di tubuhnya, tanpa disadari terikut dalam teriakan. Akibatnya, kendi-kendi tuak kosong itu pecah berkeping. Bahkan pelayan tua yang nampaknya tak memiliki kepandaian apa-apa menutup telinganya dengan wajah kesakitan.Sedang Rintih Manja dan Srikandi pun sempat merasakan tusukan nyeri pada telinga, tapi mampu diatasi dengan menyalurkan hawa murni pada telinga masing-
Dengan langkah tenang teratur, Bajing Ireng melangkah keluar, diikuti dua orang botak kaki tangannya."Hiaaat!"Jejaka langsung menyerang kembali. Kedua tangannya yang membentuk cakar menyabet ke arah leher Bajing Ireng. Namun dengan kecepatan mengagumkan, Bajing Ireng melenting dan berputaran beberapa kali ke belakang. Lalu dengan amat ringan kakinya menjejak tanah kembali.Sikapnya masih tetap menganggap enteng Jejaka, dengan kedua tangan terlipat di dada. Jejaka bagai tak mau memberi kesempatan. Diserbunya kembali Bajing Ireng.Jurus-jurus 'Naga Pamungkas'nya menyabet ke sana kemari tanpa aturan. Memang, pengalamannya yang terlalu hijau dalam dunia persilatan, membuat Jejaka tidak tahu kalau kekalapan pada saat bertempur bisa berarti kelemahan.Begitu Jejaka menyabetkan cakarnya ke dada, Bajing Ireng cepat menangkis dengan punggung tangan.Plakkk!Dua kekuatan tenaga dalam luar biasa beradu pada satu titik, menghasilkan benturan ya
Namun tak lama kemudian, pemuda tanggung itu sudah bangkit kembali. Serangan berikut dari Jejaka kembali datang ke Bajing Ireng dengan lebih menggila. Jurus-jurus 'Naga Pamungkas' tergabung menjadi satu, membuat tubuh Jejaka terlihat hanya kelebatan yang meluncur ngawur.Kali ini, Bajing Ireng tidak ingin lagi menganggapnya enteng. Dia tahu, serangan kalap itu akan banyak memberi keuntungan adanya.Namun, kecepatan dan kekuatan tenaga dalam Jejaka bukan berarti tidak membahayakan!"Hiaaat!"Beberapa saat, serangan membabi buta Jejaka cukup merepotkan Bajing Ireng. Namun dibanding Jejaka, jelas Bajing Ireng jauh berpengalaman. Malang melintang di dunia persilatan membuatnya benar-benar matang sebagai tokoh kelas atas golongan hitam. Ditambah, kekalapan Jejaka yang banyak memberi keuntungan baginya.Tak heran ketika suatu saat, Jejaka harus menelan pil pahit! Saat itu Jejaka melesat cepat sambil menyabetkan 'Naga Pamungkas'-nya. Namun dengan hanya me