“Lalu, siapa kalian sebenarnya? Dan, apa tujuan kalian ke tempat ini?” selidik Naga Wanita. Saat bertanya, wajahnya penuh sinar kecurigaan.
Jejaka segera menjura, mencoba memperbaiki kesalahan yang tadi dibuatnya pada Naga Wanita. ”Maafkan sikapku tadi, Nyai,” ucap Jejaka.
Wanita cantik itu menyambutnya dengan senyum meledek. ”Sebenarnya, aku memang mempunyai tujuan khusus datang ke tempat ini…,” urai Jejaka.
“Lantas apa tujuanmu?” ulang Naga Wanita. Jejaka segera menghampiri perempuan cantik itu.
“Bisakah aku mengatakan tujuanku itu agak jauh dari tempat ini?”
Naga Wanita beberapa saat hanya menatap Jejaka. Kecurigaan masih tampak di wajah itu. Namun, akhirnya dituruti juga permintaan Jejaka. Mereka berjalan be berapa puluh langkah dari tempat itu, meninggalkan Rintih Manja yang memandang dengan hati bertanya-tanya.
”Apakah Nini kenal dengan orang yang bernama Bajing I
Agak jauh memasuki kota kabupaten, mereka berhenti di sebuah kedai untuk beristirahat. Kedai itu tak begitu luas dan agak kotor. Namun, mereka tetap turun dari kuda masing-masing, dan menambatkannya di depan kedai. Dengan agak terpaksa, mereka masuk juga karena memang hanya kedai itu satu-satunya yang ada di kota Kabupaten Banyugerabak.Lima orang berwajah tak ramah tampak duduk terpencar di beberapa meja kayu bundar. Hampir semuanya memegang gelas bambu berisi tuak. Rupanya hari yang kelewat panas membuat mereka hanya berselera untuk minum.Jejaka, Rintih Manja, dan Srikandi lalu menuju sebuah meja kosong yang terletak di sudut. Sebentar kemudian mereka sudah duduk melingkari meja itu.“Pelayan, berikan kami makanan!” seru Jejaka tanpa membuka caping yang dikenakan.Tak lama menunggu, makanan dengan lauk sederhana disediakan seorang pelayan tua dengan sikap sopan.“Terima kasih, Ki…,” ucap Jejaka ramah.Dan be
Srikandi yang duduk menghadap pintu jadi terperangah. Amat dikenalinya ketiga orang itu. Bajing Ireng, pemberontak besar yang sedang diselidikinya, bersama dua orang kaki tangannya, Sepasang Kembar dari Tiongkok. Maka cepat-cepat Srikandi memalingkan wajah, menyembunyikannya dari tatapan Bajing Ireng.“Keparat itu ada di sini…,” bisik Srikandi amat hati-hati. Jejaka dan Rintih Manja yang membelakangi pintu serentak menatap mata Srikandi.”Siapa?” tanya Jejaka dengan suara wajar."Ssst..., Bajing Ireng dan dua orang Tiongkok jahanam itu," Bisik Srikandi lagi.Jejaka dan Rintih Manja kontan terperangah. Tanpa terasa, ingatannya dibawa kembali .kepada peristiwa beberapa waktu lalu. Tentang api yang berkobar ganas, tentang tubuh murid-murid Perguruan Mekar Bumi yang tewas dalam keadaan tercabik di sana-sini. Juga, tentang tubuh tua Nyai Lirih Dewi yang menyedihkan. Semuanya amat menyesakkan dadanya.Napas Jejaka jad
"Ma..., maaf Tuan. Kami kehabisan persediaan tuak," Ucap pelayan itu tergagap."Kalau begitu, kau bisa ambil kendi tuak di meja dua perempuan itu," Ujar Bajing Ireng."Tapi, Tuan.... Tapi, mereka sudah memesannya lebih dahulu.""Kau mau ambilkan atau tidak?!" Ancam Bajing Ireng. Matanya menatap dingin pada pelayan itu, menusukkan sinar kengerian."Keterlaluan! Apa kau pikir dunia ini milikmu!" Geram Jejaka. Kemarahannya kini benar-benar sampai pada batas yang tidak bisa lagi ditahan."Hiaaat...!"Tiba-tiba teriakan mengguntur keluar dari mulut Jejaka. Kekuatan tenaga dalam di tubuhnya, tanpa disadari terikut dalam teriakan. Akibatnya, kendi-kendi tuak kosong itu pecah berkeping. Bahkan pelayan tua yang nampaknya tak memiliki kepandaian apa-apa menutup telinganya dengan wajah kesakitan.Sedang Rintih Manja dan Srikandi pun sempat merasakan tusukan nyeri pada telinga, tapi mampu diatasi dengan menyalurkan hawa murni pada telinga masing-
Dengan langkah tenang teratur, Bajing Ireng melangkah keluar, diikuti dua orang botak kaki tangannya."Hiaaat!"Jejaka langsung menyerang kembali. Kedua tangannya yang membentuk cakar menyabet ke arah leher Bajing Ireng. Namun dengan kecepatan mengagumkan, Bajing Ireng melenting dan berputaran beberapa kali ke belakang. Lalu dengan amat ringan kakinya menjejak tanah kembali.Sikapnya masih tetap menganggap enteng Jejaka, dengan kedua tangan terlipat di dada. Jejaka bagai tak mau memberi kesempatan. Diserbunya kembali Bajing Ireng.Jurus-jurus 'Naga Pamungkas'nya menyabet ke sana kemari tanpa aturan. Memang, pengalamannya yang terlalu hijau dalam dunia persilatan, membuat Jejaka tidak tahu kalau kekalapan pada saat bertempur bisa berarti kelemahan.Begitu Jejaka menyabetkan cakarnya ke dada, Bajing Ireng cepat menangkis dengan punggung tangan.Plakkk!Dua kekuatan tenaga dalam luar biasa beradu pada satu titik, menghasilkan benturan ya
Namun tak lama kemudian, pemuda tanggung itu sudah bangkit kembali. Serangan berikut dari Jejaka kembali datang ke Bajing Ireng dengan lebih menggila. Jurus-jurus 'Naga Pamungkas' tergabung menjadi satu, membuat tubuh Jejaka terlihat hanya kelebatan yang meluncur ngawur.Kali ini, Bajing Ireng tidak ingin lagi menganggapnya enteng. Dia tahu, serangan kalap itu akan banyak memberi keuntungan adanya.Namun, kecepatan dan kekuatan tenaga dalam Jejaka bukan berarti tidak membahayakan!"Hiaaat!"Beberapa saat, serangan membabi buta Jejaka cukup merepotkan Bajing Ireng. Namun dibanding Jejaka, jelas Bajing Ireng jauh berpengalaman. Malang melintang di dunia persilatan membuatnya benar-benar matang sebagai tokoh kelas atas golongan hitam. Ditambah, kekalapan Jejaka yang banyak memberi keuntungan baginya.Tak heran ketika suatu saat, Jejaka harus menelan pil pahit! Saat itu Jejaka melesat cepat sambil menyabetkan 'Naga Pamungkas'-nya. Namun dengan hanya me
Ketika Jejaka melihat bagaimana Rintih Manja jatuh keras dan tak berkutik lagi di sisi jalan, rasa sesak di dadanya tidak lagi dihiraukan. Kerongkongan yang semula bagai terkunci, tiba-tiba meledak menciptakan teriakan yang terdengar seperti lolongan menyayat."Aaarrrggkkk...!"Jejaka berusaha bangkit, tapi lantas tubuhnya limbung. Perlahan-lahan dia mencoba tegak. Mata tajam Jejaka menyambar langsung ke mata Bajing Ireng, bagai seekor naga yang terluka.Sebelum Jejaka sempat menggerakkan otot-ototnya yang mengejang untuk menyerang Bajing Ireng dengan gelang-gelang dewanya, suatu benda keras mendadak menembus dada kiri bagian belakang. Dan bumi tiba-tiba terayun di mata Jejaka.Lalu, gelap... gelap.-o0o-"Disorgakah aku?"Pertanyaan pertama di hati Jejaka muncul, ketika matanya membuka. Pandangannya sedikit kabur.Tampak ruangan di sekitarnya berwarna merah menyala. Sebuah meja kayu jati berukir indah, berada tak jauh da
"Kau yakin tidak melihat wanita lain, selain saudara kembarmu itu?" Tanya Jejaka lagi. Gadis seayu dan seanggun Rintih Manja di hadapannya menggelengkan kepala."Aneh!" Gumam Jejaka."Apakah dia ditahan Bajing Ireng? Kalau melarikan diri, rasanya tak mungkin untuk pendekar wanita macam dia.""Boleh aku tanya sesuatu....""Jejaka," Potong Jejaka, memperkenalkan diri agar Rintih Jelita tidak begitu canggung memanggilnya."Boleh aku tanya sesuatu, Jejaka?" Ulang Rintih Jelita. Jejaka mengangguk."Ada urusan apa sebenarnya kau dengan Naga Wanita?" Tanya Rintih Jelita, sehingga membuat Jejaka heran."Dari mana kau tahu?"Rintih Jelita lalu mengeluarkan sesuatu dari balik pakaian berwarna putih bersulam Naga emas miliknya. Tampak sebuah belati berukir naga tanpa gagang. Pangkalnya hanya diberi semacam pita berwarna keemasan."Senjata rahasia Naga Wanita ini kutemukan menembus punggungmu....""Apa?!" Jejaka membelalakkan
“Bagaimana kau bisa berurusan dengan Bajing Ireng, Jejaka?” tanya Nyi Naga geni.“Dia telah membunuh kakek guru saya, nyai”“Siapa kakek gurumu?”“Ki Ageng Buana...”“Ki Ageng Buana!” seru Nyi Naga geni terkejut. “Pendekar Kilat Buana yang kesohor itu?!” sambung Nyi Naga geni lagi. Wajah Nyi Naga geni tampak berubah saat melihat wajah Jejaka menggeleng.“Setahuku, di tanah jawa ini. Ki Ageng Buana hanya satu”“Benar nyai, kakek guru, Ki Ageng Buana memang hanya satu, tapi julukannya Pendekar Kilat Buana, tidak pakai yang kesohor” kata Jejaka tersenyum simpul. Gurauan Jejaka membuat semua murid-murid Perguruan Naga Kencana menjadi senyum-senyum sendiri, bahkan sampai terdengar ada yang cekikan sambil menahan tawa. Nyi Naga geni sendiri hanya geleng-geleng kepala saat menyadari kalau pemuda yang ada dihadapannya ini memang suka bercanda.&ldq