"Ma..., maaf Tuan. Kami kehabisan persediaan tuak," Ucap pelayan itu tergagap.
"Kalau begitu, kau bisa ambil kendi tuak di meja dua perempuan itu," Ujar Bajing Ireng.
"Tapi, Tuan.... Tapi, mereka sudah memesannya lebih dahulu."
"Kau mau ambilkan atau tidak?!" Ancam Bajing Ireng. Matanya menatap dingin pada pelayan itu, menusukkan sinar kengerian.
"Keterlaluan! Apa kau pikir dunia ini milikmu!" Geram Jejaka. Kemarahannya kini benar-benar sampai pada batas yang tidak bisa lagi ditahan.
"Hiaaat...!"
Tiba-tiba teriakan mengguntur keluar dari mulut Jejaka. Kekuatan tenaga dalam di tubuhnya, tanpa disadari terikut dalam teriakan. Akibatnya, kendi-kendi tuak kosong itu pecah berkeping. Bahkan pelayan tua yang nampaknya tak memiliki kepandaian apa-apa menutup telinganya dengan wajah kesakitan.
Sedang Rintih Manja dan Srikandi pun sempat merasakan tusukan nyeri pada telinga, tapi mampu diatasi dengan menyalurkan hawa murni pada telinga masing-
Dengan langkah tenang teratur, Bajing Ireng melangkah keluar, diikuti dua orang botak kaki tangannya."Hiaaat!"Jejaka langsung menyerang kembali. Kedua tangannya yang membentuk cakar menyabet ke arah leher Bajing Ireng. Namun dengan kecepatan mengagumkan, Bajing Ireng melenting dan berputaran beberapa kali ke belakang. Lalu dengan amat ringan kakinya menjejak tanah kembali.Sikapnya masih tetap menganggap enteng Jejaka, dengan kedua tangan terlipat di dada. Jejaka bagai tak mau memberi kesempatan. Diserbunya kembali Bajing Ireng.Jurus-jurus 'Naga Pamungkas'nya menyabet ke sana kemari tanpa aturan. Memang, pengalamannya yang terlalu hijau dalam dunia persilatan, membuat Jejaka tidak tahu kalau kekalapan pada saat bertempur bisa berarti kelemahan.Begitu Jejaka menyabetkan cakarnya ke dada, Bajing Ireng cepat menangkis dengan punggung tangan.Plakkk!Dua kekuatan tenaga dalam luar biasa beradu pada satu titik, menghasilkan benturan ya
Namun tak lama kemudian, pemuda tanggung itu sudah bangkit kembali. Serangan berikut dari Jejaka kembali datang ke Bajing Ireng dengan lebih menggila. Jurus-jurus 'Naga Pamungkas' tergabung menjadi satu, membuat tubuh Jejaka terlihat hanya kelebatan yang meluncur ngawur.Kali ini, Bajing Ireng tidak ingin lagi menganggapnya enteng. Dia tahu, serangan kalap itu akan banyak memberi keuntungan adanya.Namun, kecepatan dan kekuatan tenaga dalam Jejaka bukan berarti tidak membahayakan!"Hiaaat!"Beberapa saat, serangan membabi buta Jejaka cukup merepotkan Bajing Ireng. Namun dibanding Jejaka, jelas Bajing Ireng jauh berpengalaman. Malang melintang di dunia persilatan membuatnya benar-benar matang sebagai tokoh kelas atas golongan hitam. Ditambah, kekalapan Jejaka yang banyak memberi keuntungan baginya.Tak heran ketika suatu saat, Jejaka harus menelan pil pahit! Saat itu Jejaka melesat cepat sambil menyabetkan 'Naga Pamungkas'-nya. Namun dengan hanya me
Ketika Jejaka melihat bagaimana Rintih Manja jatuh keras dan tak berkutik lagi di sisi jalan, rasa sesak di dadanya tidak lagi dihiraukan. Kerongkongan yang semula bagai terkunci, tiba-tiba meledak menciptakan teriakan yang terdengar seperti lolongan menyayat."Aaarrrggkkk...!"Jejaka berusaha bangkit, tapi lantas tubuhnya limbung. Perlahan-lahan dia mencoba tegak. Mata tajam Jejaka menyambar langsung ke mata Bajing Ireng, bagai seekor naga yang terluka.Sebelum Jejaka sempat menggerakkan otot-ototnya yang mengejang untuk menyerang Bajing Ireng dengan gelang-gelang dewanya, suatu benda keras mendadak menembus dada kiri bagian belakang. Dan bumi tiba-tiba terayun di mata Jejaka.Lalu, gelap... gelap.-o0o-"Disorgakah aku?"Pertanyaan pertama di hati Jejaka muncul, ketika matanya membuka. Pandangannya sedikit kabur.Tampak ruangan di sekitarnya berwarna merah menyala. Sebuah meja kayu jati berukir indah, berada tak jauh da
"Kau yakin tidak melihat wanita lain, selain saudara kembarmu itu?" Tanya Jejaka lagi. Gadis seayu dan seanggun Rintih Manja di hadapannya menggelengkan kepala."Aneh!" Gumam Jejaka."Apakah dia ditahan Bajing Ireng? Kalau melarikan diri, rasanya tak mungkin untuk pendekar wanita macam dia.""Boleh aku tanya sesuatu....""Jejaka," Potong Jejaka, memperkenalkan diri agar Rintih Jelita tidak begitu canggung memanggilnya."Boleh aku tanya sesuatu, Jejaka?" Ulang Rintih Jelita. Jejaka mengangguk."Ada urusan apa sebenarnya kau dengan Naga Wanita?" Tanya Rintih Jelita, sehingga membuat Jejaka heran."Dari mana kau tahu?"Rintih Jelita lalu mengeluarkan sesuatu dari balik pakaian berwarna putih bersulam Naga emas miliknya. Tampak sebuah belati berukir naga tanpa gagang. Pangkalnya hanya diberi semacam pita berwarna keemasan."Senjata rahasia Naga Wanita ini kutemukan menembus punggungmu....""Apa?!" Jejaka membelalakkan
“Bagaimana kau bisa berurusan dengan Bajing Ireng, Jejaka?” tanya Nyi Naga geni.“Dia telah membunuh kakek guru saya, nyai”“Siapa kakek gurumu?”“Ki Ageng Buana...”“Ki Ageng Buana!” seru Nyi Naga geni terkejut. “Pendekar Kilat Buana yang kesohor itu?!” sambung Nyi Naga geni lagi. Wajah Nyi Naga geni tampak berubah saat melihat wajah Jejaka menggeleng.“Setahuku, di tanah jawa ini. Ki Ageng Buana hanya satu”“Benar nyai, kakek guru, Ki Ageng Buana memang hanya satu, tapi julukannya Pendekar Kilat Buana, tidak pakai yang kesohor” kata Jejaka tersenyum simpul. Gurauan Jejaka membuat semua murid-murid Perguruan Naga Kencana menjadi senyum-senyum sendiri, bahkan sampai terdengar ada yang cekikan sambil menahan tawa. Nyi Naga geni sendiri hanya geleng-geleng kepala saat menyadari kalau pemuda yang ada dihadapannya ini memang suka bercanda.&ldq
“Benar nyai”“Berarti kau adalah anak Ratri Kumala”“Benar nyai, nyai juga kenal dengan ibu saya?”“Bukan hanya kenal, aku yang merawat ibumu sewaktu dia masih bayi, nenekmu meninggal saat melahirkan ibumu” jelas Nyi Naga geni hingga kembali membuat wajah Jejaka berubah, tapi kemudian wajah Jejaka mengeluarkan senyum lebar.“Siapa sebenarnya nyai ini?”“Aku adalah kakak seperguruan kakekmu, tapa pamungkas. Dulu kakekmu berguru dengan ayahku...” Nyi Naga geni terus menceritakan tentang silsilah keluarga dan perguruannya kepada Jejaka.“Berarti kau sudah mewarisi seluruh ilmu kakekmu itu, Jejaka”“Mungkin nyai”“Kok mungkin?”“Saya tidak tau seberapa banyak ilmu yang dimiliki oleh kakek, yang diberikan kepada saya adalah jurus Naga Pamungkas”“Apa tapa pamungkas juga mewariskan ilmu Titisan S
“Saya terbawa emosi dan dendam saat menghadapi Bajing Ireng, kesalahan fatal bagi seorang pendekar dalam sebuah pertarungan” ucap Jejaka menyadari kesalahannya, Nyi Naga geni tampak mengangguk. Bibirnya mengulas senyum. Senang mendengar pemuda dihadapannya tau akan kesalahannya saat menghadapi Bajing Ireng.“Apakah kakekmu tidak memberikan apa-apa lagi selain jurus Naga Pamungkas itu?”“Tidak ada nyai, apakah jurus Naga Pamungkas itu masih ada tingkatan lagi diatasnya nyai?” tanya Jejaka.“Naga Pamungkas memiliki tiga tingkatan jurus, dimana di setiap tingkatan jurus memiliki pengembangan menjadi belasan jurus, belasan jurus terbagi lagi atas puluhan jurus dan puluhan jurus terbagi lagi atas ribuan jurus. Intinya, jurus Naga Pamungkas memiliki jurus yang tiada batas dalam pertarungan” jelas Nyi Naga geni. Jejaka tampak mengangguk-anggukkan kepalanya, karena Jejaka memang sudah mengetahui hal itu. Kakeknya, begawan
“Ayahku juga memiliki rajah naga di punggungnya, Jejaka, hanya saja tidak berwarna emas seperti milikmu” kali ini wajah Jejaka berubah terkejut mendengar hal itu.“Mendiang ayahku bilang, suatu saat nanti akan datang seseorang dengan rajah naga ditubuhnya yang akan mewarisi jurus terakhir naga pamungkas, jurus ‘Naga Murkha’. Kurasa dirimulah yang dimaksud oleh ayahku itu, Jejaka” jelas Nyi Naga geni. “Tapi sebelumnya, terlebih dahulu, kau harus menguasai dengan sempurna jurus kedua naga pamungkas yang akan kuajarkan padamu, jurus Petit Nogo Kinurat Papat, Pusoko Ranonggo Madyo”. “Walaupun aku tau, kau sudah memiliki jurus hebat pedang kilat bwana yang pastinya sudah gurumu wariskan padamu”“Jurus Naga Murka...” ulang Jejaka.“Bukan Naga Murka, tapi Naga Murkha”“Iya Naga Murka-kan?”Terjadi perdebatan antara Jejaka dan Nyi Naga geni, ya