Ketika Jejaka melihat bagaimana Rintih Manja jatuh keras dan tak berkutik lagi di sisi jalan, rasa sesak di dadanya tidak lagi dihiraukan. Kerongkongan yang semula bagai terkunci, tiba-tiba meledak menciptakan teriakan yang terdengar seperti lolongan menyayat.
"Aaarrrggkkk...!"
Jejaka berusaha bangkit, tapi lantas tubuhnya limbung. Perlahan-lahan dia mencoba tegak. Mata tajam Jejaka menyambar langsung ke mata Bajing Ireng, bagai seekor naga yang terluka.
Sebelum Jejaka sempat menggerakkan otot-ototnya yang mengejang untuk menyerang Bajing Ireng dengan gelang-gelang dewanya, suatu benda keras mendadak menembus dada kiri bagian belakang. Dan bumi tiba-tiba terayun di mata Jejaka.
Lalu, gelap... gelap.
-o0o-
"Disorgakah aku?"
Pertanyaan pertama di hati Jejaka muncul, ketika matanya membuka. Pandangannya sedikit kabur.
Tampak ruangan di sekitarnya berwarna merah menyala. Sebuah meja kayu jati berukir indah, berada tak jauh da
"Kau yakin tidak melihat wanita lain, selain saudara kembarmu itu?" Tanya Jejaka lagi. Gadis seayu dan seanggun Rintih Manja di hadapannya menggelengkan kepala."Aneh!" Gumam Jejaka."Apakah dia ditahan Bajing Ireng? Kalau melarikan diri, rasanya tak mungkin untuk pendekar wanita macam dia.""Boleh aku tanya sesuatu....""Jejaka," Potong Jejaka, memperkenalkan diri agar Rintih Jelita tidak begitu canggung memanggilnya."Boleh aku tanya sesuatu, Jejaka?" Ulang Rintih Jelita. Jejaka mengangguk."Ada urusan apa sebenarnya kau dengan Naga Wanita?" Tanya Rintih Jelita, sehingga membuat Jejaka heran."Dari mana kau tahu?"Rintih Jelita lalu mengeluarkan sesuatu dari balik pakaian berwarna putih bersulam Naga emas miliknya. Tampak sebuah belati berukir naga tanpa gagang. Pangkalnya hanya diberi semacam pita berwarna keemasan."Senjata rahasia Naga Wanita ini kutemukan menembus punggungmu....""Apa?!" Jejaka membelalakkan
“Bagaimana kau bisa berurusan dengan Bajing Ireng, Jejaka?” tanya Nyi Naga geni.“Dia telah membunuh kakek guru saya, nyai”“Siapa kakek gurumu?”“Ki Ageng Buana...”“Ki Ageng Buana!” seru Nyi Naga geni terkejut. “Pendekar Kilat Buana yang kesohor itu?!” sambung Nyi Naga geni lagi. Wajah Nyi Naga geni tampak berubah saat melihat wajah Jejaka menggeleng.“Setahuku, di tanah jawa ini. Ki Ageng Buana hanya satu”“Benar nyai, kakek guru, Ki Ageng Buana memang hanya satu, tapi julukannya Pendekar Kilat Buana, tidak pakai yang kesohor” kata Jejaka tersenyum simpul. Gurauan Jejaka membuat semua murid-murid Perguruan Naga Kencana menjadi senyum-senyum sendiri, bahkan sampai terdengar ada yang cekikan sambil menahan tawa. Nyi Naga geni sendiri hanya geleng-geleng kepala saat menyadari kalau pemuda yang ada dihadapannya ini memang suka bercanda.&ldq
“Benar nyai”“Berarti kau adalah anak Ratri Kumala”“Benar nyai, nyai juga kenal dengan ibu saya?”“Bukan hanya kenal, aku yang merawat ibumu sewaktu dia masih bayi, nenekmu meninggal saat melahirkan ibumu” jelas Nyi Naga geni hingga kembali membuat wajah Jejaka berubah, tapi kemudian wajah Jejaka mengeluarkan senyum lebar.“Siapa sebenarnya nyai ini?”“Aku adalah kakak seperguruan kakekmu, tapa pamungkas. Dulu kakekmu berguru dengan ayahku...” Nyi Naga geni terus menceritakan tentang silsilah keluarga dan perguruannya kepada Jejaka.“Berarti kau sudah mewarisi seluruh ilmu kakekmu itu, Jejaka”“Mungkin nyai”“Kok mungkin?”“Saya tidak tau seberapa banyak ilmu yang dimiliki oleh kakek, yang diberikan kepada saya adalah jurus Naga Pamungkas”“Apa tapa pamungkas juga mewariskan ilmu Titisan S
“Saya terbawa emosi dan dendam saat menghadapi Bajing Ireng, kesalahan fatal bagi seorang pendekar dalam sebuah pertarungan” ucap Jejaka menyadari kesalahannya, Nyi Naga geni tampak mengangguk. Bibirnya mengulas senyum. Senang mendengar pemuda dihadapannya tau akan kesalahannya saat menghadapi Bajing Ireng.“Apakah kakekmu tidak memberikan apa-apa lagi selain jurus Naga Pamungkas itu?”“Tidak ada nyai, apakah jurus Naga Pamungkas itu masih ada tingkatan lagi diatasnya nyai?” tanya Jejaka.“Naga Pamungkas memiliki tiga tingkatan jurus, dimana di setiap tingkatan jurus memiliki pengembangan menjadi belasan jurus, belasan jurus terbagi lagi atas puluhan jurus dan puluhan jurus terbagi lagi atas ribuan jurus. Intinya, jurus Naga Pamungkas memiliki jurus yang tiada batas dalam pertarungan” jelas Nyi Naga geni. Jejaka tampak mengangguk-anggukkan kepalanya, karena Jejaka memang sudah mengetahui hal itu. Kakeknya, begawan
“Ayahku juga memiliki rajah naga di punggungnya, Jejaka, hanya saja tidak berwarna emas seperti milikmu” kali ini wajah Jejaka berubah terkejut mendengar hal itu.“Mendiang ayahku bilang, suatu saat nanti akan datang seseorang dengan rajah naga ditubuhnya yang akan mewarisi jurus terakhir naga pamungkas, jurus ‘Naga Murkha’. Kurasa dirimulah yang dimaksud oleh ayahku itu, Jejaka” jelas Nyi Naga geni. “Tapi sebelumnya, terlebih dahulu, kau harus menguasai dengan sempurna jurus kedua naga pamungkas yang akan kuajarkan padamu, jurus Petit Nogo Kinurat Papat, Pusoko Ranonggo Madyo”. “Walaupun aku tau, kau sudah memiliki jurus hebat pedang kilat bwana yang pastinya sudah gurumu wariskan padamu”“Jurus Naga Murka...” ulang Jejaka.“Bukan Naga Murka, tapi Naga Murkha”“Iya Naga Murka-kan?”Terjadi perdebatan antara Jejaka dan Nyi Naga geni, ya
PERGURUAN Naga Kencana yang jauh dari hingar-bingar dunia persilatan, seorang pemuda tampan bermata biru tampak tengah menjalani latihan dengan sangat serius. Setelah beberapa bulan menekuni ilmu olah kanuragan yang diajarkan oleh Nyi Naga geni, dia sudah menjadi pemuda berbadan tegap berotot. Wajahnya yang tampan dihiasi oleh mata biru tajam menusuk. Sedangkan alis mata yang menukik bagai sayap elang, memperlihatkan ketajaman mukanya. Kini, dalam masa penyempurnaannya sebagai seorang pendekar. Jejaka kini sudah menguasai dengan sempurna memainkan semua senjata dengan jurus Petit Nogo Kinurat Papat, Pusoko Ranonggo Madyo. Jurus kedua dari jurus naga pamungkas.Nyi Naga geni sendiri kagum melihat Jejaka yang terus berlatih siang dan malam untuk menyempurnakan jurus Petit Nogo Kinurat Papat, Pusoko Ranonggo Madyonya, hingga hanya dalam beberapa bulan saja, padahal biasanya bagi seorang murid terpintar di Perguruan Naga Kencana sendiripun, paling tidak butuh waktu 3-4 tahun untu
“Kini saatnya bagimu untuk mempelajari Jurus terakhir dari naga pamungkas, Rajah Nogo Kinurat Papat, Sifat Papat Minongko Roso Janmo. Jurus ‘Naga Murkha’”Jejaka tetap diam ditempatnya, mendengarkan dengan khidmat apa yang dikatakan oleh Nyi Naga geni. Nyi Naga geni sendiri terus menerangkan tentang jurus terakhir itu kepada Jejaka. Hingga akhirnya kata-kata Nyi Naga geni terhenti saat mendengar suara halus yang keluar dari Jejaka.Suara dengkur! Rupanya Jejaka tertidur.Nyi Naga geni sampai geleng-geleng kepala melihat hal itu, tapi Nyi Naga geni memaklumi. Mungkin karena Jejaka sudah lelah setelah berbulan-bulan latihan dengan hanya sedikit istirahat.“Mungkin sudah saatnya kau mengadu peruntungan untuk mendapatkan jurus ‘Naga Murkha’ Jejaka” kata Nyi Naga geni pelan.-o0o-Jejaka terbangun saat merasakan dirinya terombang ambing, dan betapa terkejut Jejaka saat membuka mata
“Sudah dinikmati saja Jejaka. Jangan banyak pertanyaan” kata salah seorang gadis yang menggotongnya.“Iya, tapi mau, Hei...!” tiba-tiba saja Jejaka berteriak kaget saat gadis-gadis itu melemparkan tubuhnya masuk kedalam lubang besar yang ada dihadapannya.Belum sempat Jejaka menyadari apa yang terjadi, tubuhnya tersedot ke lubang besar tersebut. Meluruknya tubuh Jejaka diiringi tawa cekikan oleh murid-murid Perguruan Naga Kencana yang melihat kearahnya.“Awas kalian! Kalau aku sampai lolos dari lubang ini, akan ku perkosa kalian satu-satu!” teriak Jejaka.“Kalau kau bisa selamat dari lubang ini, kau tak perlu memperkosa kami Jejaka, kami akan menyerahkan diri secara sukarela kepadamu!” terima murid-murid Perguruan Naga Kencana dari atas lubang sambil tertawa tergelak-gelak.Srrr!Anak muda bertubuh gagah itu benar-benar tidak bisa lagi menguasai keseimbangannya. Tubuhnya terus meluncur dalam lu