“Sudah dinikmati saja Jejaka. Jangan banyak pertanyaan” kata salah seorang gadis yang menggotongnya.
“Iya, tapi mau, Hei...!” tiba-tiba saja Jejaka berteriak kaget saat gadis-gadis itu melemparkan tubuhnya masuk kedalam lubang besar yang ada dihadapannya.
Belum sempat Jejaka menyadari apa yang terjadi, tubuhnya tersedot ke lubang besar tersebut. Meluruknya tubuh Jejaka diiringi tawa cekikan oleh murid-murid Perguruan Naga Kencana yang melihat kearahnya.
“Awas kalian! Kalau aku sampai lolos dari lubang ini, akan ku perkosa kalian satu-satu!” teriak Jejaka.
“Kalau kau bisa selamat dari lubang ini, kau tak perlu memperkosa kami Jejaka, kami akan menyerahkan diri secara sukarela kepadamu!” terima murid-murid Perguruan Naga Kencana dari atas lubang sambil tertawa tergelak-gelak.
Srrr!
Anak muda bertubuh gagah itu benar-benar tidak bisa lagi menguasai keseimbangannya. Tubuhnya terus meluncur dalam lu
“Huh!”Jejaka mulai jengkel, karena orang yang ditegurnya seakan menganggapnya sekadar nyamuk buduk.“Apa kau memang tuli, Kek? Apa aku harus berteriak tepat di telingamu? Ya..., baiklah!” gumam pemuda bermata biru ini, seperti orang kehilangan akal.Lalu....“Kek...! Oooi, Kakek!” jerit Jejaka tak tanggung-tanggung, tepat di telinga lelaki tua yang mulai menjengkelkannya.Tanpa disadarinya, kekuatan sakti dalam tubuh Jejaka mengalir bersama jeritannya. Hal itu mengakibatkan dinding batu cadas di sekelilingnya bergetar, lalu runtuh sebagian.“Uf, maaf tak sengaja. He he he...,” ucap Jejaka cepat, saat menyadari akibat teriakan gilanya.Dan lagi-lagi, pemuda ini harus jengkel. Bagaimana mungkin laki-laki jompo itu tidak mendengar teriakannya? Kalau dinding cadas saja dapat berantakan seperti kerupuk, kenapa gendang telinga laki-laki itu tidak pecah? Jejaka makin diseret kedongkolan, karen
Jejaka meringis ngeri, mendengar permintaan orang tua itu. “Setelah aku duduk, mau diapakan lagi?”“Duduklah. Jangan takut, aku tak akan mencekikmu!” ujar orang tua itu, seperti dapat membaca pikiran Jejaka.Akhirnya, Jejaka menurut. Sambil tetap menatap orang tua itu, dia duduk takut-takut.“Siapa kau?”“A-aku Jejaka”“Bagaimana kau bisa sampai kemari?”“Murid-murid Naga Kencana yang melemparku kemari”“Siapa gurumu ?”“Guruku adalah kakek-kakek-ku sendiri”“Siapa kakek-kakekmu itu?”“Begawan Tapa Pamungkas dan Ki Ageng Buana”“Tapa Pamungkas rupanya. Jadi kau pasti sudah menguasai jurus Cakar Nogo Kinurat Papat, Hanawut Angkoso” wajah Jejaka berubah mendengar hal itu, sebelum dia mengomentari ucapan sikakek, sikakek lebih dulu berkata ; “Apa kau juga sudah menguasai Pet
Sementara, Ki Nogomurkho terkekeh.“Rupanya kau tidak terlalu pengecut, ya?” sindir orang tua itu.“Pengecut? Hei, bagaimana mungkin?” sergah Jejaka seraya membusungkan dada, biarpun sebenarnya masih gemetar juga. “Dan aku tidak terima kalau kau mengaku-ngaku seenaknya!”“Kalau kau tidak percaya, terserah,” kata Ki Nogomurkho amat tenang. Setenang bias wajahnya yang ditumbuhi jenggot putih panjang. “Tapi kau mesti tahu, aku akan mewariskan sesuatu yang belum kau miliki.”“Terima kasih, aku sudah hebat,” sela Jejaka, seenak dengkul.“Bagiku. kau hanya anak bawang. Anak pengecut yang pongah dan keras kepala, buktinya melawan Bajing Ireng sekelas teri saja kau kalah” kata Ki Nogomurkho kembali sambil terkekeh.Jejaka langsung bangkit, lalu berkacak pinggang.Hatinya benar-benar mangkel.“Itu karena aku tidak tenang dalam pertarungan, aku terl
“Aku mau kek, aku mau menerima jurus terakhir itu” kata Jejaka cepat. Jejaka memang sangat tergila-gila dengan yang namanya kesaktian, maka begitu mendengar jurus terakhir dari naga pamungkas miliknya, bernama Jurus Naga Murkha. Kontan Jejaka langsung senang gembira.“Tidak mudah untuk mendapatkan jurus terakhir, Jurus Naga Murkha itu ? taruhannya adalah nyawa”“Tenang saja kek, Aku pasti bisa” kata Jejaka dengan penuh keyakinan.“Baiklah, jangan salahkan aku kalau nyawamu meninggalkan ragamu”“Tenang saja kek, apapun yang terjadi. Aku takkan menyalahkan siapa-siapa” kata Jejaka dengan tegas.“Bagus, kalau begitu berdirilah”Jejaka segera bangkit berdiri dengan perasaan berdebar. “Pejamkan matamu!” Jejaka memejamkan mata mengikuti perintah sikakek. Cukup lama, hingga ; “Sekarang! Buka matamu” terdengar suara Ki Nogomurkho.
Wings... Wings... Wings...!Ke-10 gelang dewanya melesat keluar dari kedua tangannya, membentuk putaran-putaran tanpa arah didepan tubuh Jejaka. Begitu cepatnya kedua tangan Jejaka bergerak, mengendalikan ke-10 gelang dewanya yang bergerak sangat cepat sehingga membentuk semacam perisai pelindung yang mengeluarkan garis-garis keemasan. Jurus Gelang Dewa, ‘Berputar Tanpa Arah’ telah dikerahkan oleh Jejaka.Tepat disaat gelombang badai api menghantam sosok Jejaka.Wuussshh!Terlibat bagaimana gelombang badai api itu terbelah didepan sosok Jejaka, karena menghantam perisai pelindung yang ada didepan sosok Jejaka. Ternyata kekuatan gelang dewa tak mampu ditembus oleh gelombang bagai api Naga Bumi.Naga Bumi sepertinya menyadari kalau serangan gelombang badai apinya tak mampu menembus pertahanan lawan, maka Naga Bumi menarik kembali nafas badai apinya hingga gelombang badai api itu kini lenyap. Jejaka yang melihat hal itu segera menghentikan
Dhuar! Dhuar!Dua ledakan terjadi akibat tenaga gelang dewa menghantam tanah, hal ini membuat sosok Jejaka terlempar tinggi keudara, rupanya Jejaka menggunakan kekuatan ledakan gelang dewa menghantam tanah untuk melompat tinggi keudara. Sosok Naga Bumi menyambar tempat kosong dibawahnya.“Heaaa...!”Jejaka dengan cepat melesatkan gelang-gelang dewa ditangannya kearah Naga Bumi yang lewat dibawahnya.Wings... Wings... Wings...!Dhuar... Dhuar... Dhuar...!!!Ledakan-ledakan keras terjadi saat gelang-gelang dewa itu menghantam tubuh besar Naga Bumi. Tapi sepertinya hal itu tidak berpengaruh sama sekali. Terbukti dengan di iringi satu koaran keras menggoncang langit, Naga Bumi kembali melesat memburu kearah sosok Jejaka.Suuiittt... Suuiittt... Suuiittt...!Tapi kembali Jejaka memperlihatkan kemahirannya diudara untuk menghindari serangan Naga Bumi, Jejaka bergerak lincah diudara seperti menapak angin, hal ini sungguh m
Wings... Wings... Wings...!Dhuar... Dhuar... Dhuar...!!!Tapi sungguh menakjubkan sosok Naga Bumi, kulitnya sangat tebal sekali. Sehingga serangan gelang-gelang dewa benar-benar tak berarti banyak pada tubuhnya. Dan Jejaka menyadari akan hal ini.Pada suatu ketika, Naga Bumi mengeluarkan besetan kedua cakarnya hingga membentuk kibasan angin tajam yang melesat kearah Jejaka dan siap mengoyak-ngoyak tubuh Jejaka. Jejaka kembali menghindari serangan itu dengan bermanuver diudara, tapi disaat yang sama, Naga Bumi kembali menerjang dan menerkam kearah Jejaka, tapi kembali Jejaka bermanuver tajam untuk menghindari sambaran Naga Bumi.Buhgg... !Tiba-tiba saja punggung Jejaka terhantam sambaran ekor Naga Bumi yang menyerangnya dengan cepat tanpa Jejaka.Ggggeeerrr...!Lalu kembali Naga Bumi menerkam kearah Jejaka seraya mengeluarkan raungan kerasnya. Tubuh Jejaka yang masih terlontar dan akhirnya jatuh terguling-guling ditanah, sangat terke
HROAAGGHHH ... !Raungan keras terdengar seakan memecah langit. Di susulnya dengan keluarnya sesosok bayangan dari punggung lengan kiri Jejaka. Sang kakak, naga emas keluar. Seiring dengan keluarnya sang naga emas yang berwujud kecil, semakin lama semakin membesar dan terus terbang tinggi keatas dan wujudnyapun semakin membesar membentuk wujud seekor naga keemasan. Berbeda dengan wujud Naga Bumi yang memiliki sepasang tanduk dikepalanya, sementara naga emas memiliki banyak tanduk dikepalanya, seperti tanduk rusa.Ggggeeerrr...!Hroaagghhh ...!Kedua naga yang berbeda warna dan bentuk ini akhirnya bertemu ditengah-tengah udara.Buuumm... Buuumm... Buuumm...! Glegaaarrr...!Ledakan maha dahsyat itu membuat langit berubah menjadi merah membara. Kilatan petir menyambar-nyambar. Seolah-olah langit ingin retak menjadi beberapa bagian. Matahari langsung surutkan sinarnya. Awan hitam tebal menutup permukaan matahari. Pohon-pohon tumbang, lebih