Share

Bab 4

“Huh!”

Jejaka mulai jengkel, karena orang yang ditegurnya seakan menganggapnya sekadar nyamuk buduk.

“Apa kau memang tuli, Kek? Apa aku harus berteriak tepat di telingamu? Ya..., baiklah!” gumam pemuda bermata biru ini, seperti orang kehilangan akal.

Lalu....

“Kek...! Oooi, Kakek!” jerit Jejaka tak tanggung-tanggung, tepat di telinga lelaki tua yang mulai menjengkelkannya.

Tanpa disadarinya, kekuatan sakti dalam tubuh Jejaka mengalir bersama jeritannya. Hal itu mengakibatkan dinding batu cadas di sekelilingnya bergetar, lalu runtuh sebagian.

“Uf, maaf tak sengaja. He he he...,” ucap Jejaka cepat, saat menyadari akibat teriakan gilanya.

Dan lagi-lagi, pemuda ini harus jengkel. Bagaimana mungkin laki-laki jompo itu tidak mendengar teriakannya? Kalau dinding cadas saja dapat berantakan seperti kerupuk, kenapa gendang telinga laki-laki itu tidak pecah? Jejaka makin diseret kedongkolan, karen

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status