"Kau yakin tidak melihat wanita lain, selain saudara kembarmu itu?" Tanya Jejaka lagi. Gadis seayu dan seanggun Rintih Manja di hadapannya menggelengkan kepala.
"Aneh!" Gumam Jejaka.
"Apakah dia ditahan Bajing Ireng? Kalau melarikan diri, rasanya tak mungkin untuk pendekar wanita macam dia."
"Boleh aku tanya sesuatu...."
"Jejaka," Potong Jejaka, memperkenalkan diri agar Rintih Jelita tidak begitu canggung memanggilnya.
"Boleh aku tanya sesuatu, Jejaka?" Ulang Rintih Jelita. Jejaka mengangguk.
"Ada urusan apa sebenarnya kau dengan Naga Wanita?" Tanya Rintih Jelita, sehingga membuat Jejaka heran.
"Dari mana kau tahu?"
Rintih Jelita lalu mengeluarkan sesuatu dari balik pakaian berwarna putih bersulam Naga emas miliknya. Tampak sebuah belati berukir naga tanpa gagang. Pangkalnya hanya diberi semacam pita berwarna keemasan.
"Senjata rahasia Naga Wanita ini kutemukan menembus punggungmu...."
"Apa?!" Jejaka membelalakkan
“Bagaimana kau bisa berurusan dengan Bajing Ireng, Jejaka?” tanya Nyi Naga geni.“Dia telah membunuh kakek guru saya, nyai”“Siapa kakek gurumu?”“Ki Ageng Buana...”“Ki Ageng Buana!” seru Nyi Naga geni terkejut. “Pendekar Kilat Buana yang kesohor itu?!” sambung Nyi Naga geni lagi. Wajah Nyi Naga geni tampak berubah saat melihat wajah Jejaka menggeleng.“Setahuku, di tanah jawa ini. Ki Ageng Buana hanya satu”“Benar nyai, kakek guru, Ki Ageng Buana memang hanya satu, tapi julukannya Pendekar Kilat Buana, tidak pakai yang kesohor” kata Jejaka tersenyum simpul. Gurauan Jejaka membuat semua murid-murid Perguruan Naga Kencana menjadi senyum-senyum sendiri, bahkan sampai terdengar ada yang cekikan sambil menahan tawa. Nyi Naga geni sendiri hanya geleng-geleng kepala saat menyadari kalau pemuda yang ada dihadapannya ini memang suka bercanda.&ldq
“Benar nyai”“Berarti kau adalah anak Ratri Kumala”“Benar nyai, nyai juga kenal dengan ibu saya?”“Bukan hanya kenal, aku yang merawat ibumu sewaktu dia masih bayi, nenekmu meninggal saat melahirkan ibumu” jelas Nyi Naga geni hingga kembali membuat wajah Jejaka berubah, tapi kemudian wajah Jejaka mengeluarkan senyum lebar.“Siapa sebenarnya nyai ini?”“Aku adalah kakak seperguruan kakekmu, tapa pamungkas. Dulu kakekmu berguru dengan ayahku...” Nyi Naga geni terus menceritakan tentang silsilah keluarga dan perguruannya kepada Jejaka.“Berarti kau sudah mewarisi seluruh ilmu kakekmu itu, Jejaka”“Mungkin nyai”“Kok mungkin?”“Saya tidak tau seberapa banyak ilmu yang dimiliki oleh kakek, yang diberikan kepada saya adalah jurus Naga Pamungkas”“Apa tapa pamungkas juga mewariskan ilmu Titisan S
“Saya terbawa emosi dan dendam saat menghadapi Bajing Ireng, kesalahan fatal bagi seorang pendekar dalam sebuah pertarungan” ucap Jejaka menyadari kesalahannya, Nyi Naga geni tampak mengangguk. Bibirnya mengulas senyum. Senang mendengar pemuda dihadapannya tau akan kesalahannya saat menghadapi Bajing Ireng.“Apakah kakekmu tidak memberikan apa-apa lagi selain jurus Naga Pamungkas itu?”“Tidak ada nyai, apakah jurus Naga Pamungkas itu masih ada tingkatan lagi diatasnya nyai?” tanya Jejaka.“Naga Pamungkas memiliki tiga tingkatan jurus, dimana di setiap tingkatan jurus memiliki pengembangan menjadi belasan jurus, belasan jurus terbagi lagi atas puluhan jurus dan puluhan jurus terbagi lagi atas ribuan jurus. Intinya, jurus Naga Pamungkas memiliki jurus yang tiada batas dalam pertarungan” jelas Nyi Naga geni. Jejaka tampak mengangguk-anggukkan kepalanya, karena Jejaka memang sudah mengetahui hal itu. Kakeknya, begawan
“Ayahku juga memiliki rajah naga di punggungnya, Jejaka, hanya saja tidak berwarna emas seperti milikmu” kali ini wajah Jejaka berubah terkejut mendengar hal itu.“Mendiang ayahku bilang, suatu saat nanti akan datang seseorang dengan rajah naga ditubuhnya yang akan mewarisi jurus terakhir naga pamungkas, jurus ‘Naga Murkha’. Kurasa dirimulah yang dimaksud oleh ayahku itu, Jejaka” jelas Nyi Naga geni. “Tapi sebelumnya, terlebih dahulu, kau harus menguasai dengan sempurna jurus kedua naga pamungkas yang akan kuajarkan padamu, jurus Petit Nogo Kinurat Papat, Pusoko Ranonggo Madyo”. “Walaupun aku tau, kau sudah memiliki jurus hebat pedang kilat bwana yang pastinya sudah gurumu wariskan padamu”“Jurus Naga Murka...” ulang Jejaka.“Bukan Naga Murka, tapi Naga Murkha”“Iya Naga Murka-kan?”Terjadi perdebatan antara Jejaka dan Nyi Naga geni, ya
PERGURUAN Naga Kencana yang jauh dari hingar-bingar dunia persilatan, seorang pemuda tampan bermata biru tampak tengah menjalani latihan dengan sangat serius. Setelah beberapa bulan menekuni ilmu olah kanuragan yang diajarkan oleh Nyi Naga geni, dia sudah menjadi pemuda berbadan tegap berotot. Wajahnya yang tampan dihiasi oleh mata biru tajam menusuk. Sedangkan alis mata yang menukik bagai sayap elang, memperlihatkan ketajaman mukanya. Kini, dalam masa penyempurnaannya sebagai seorang pendekar. Jejaka kini sudah menguasai dengan sempurna memainkan semua senjata dengan jurus Petit Nogo Kinurat Papat, Pusoko Ranonggo Madyo. Jurus kedua dari jurus naga pamungkas.Nyi Naga geni sendiri kagum melihat Jejaka yang terus berlatih siang dan malam untuk menyempurnakan jurus Petit Nogo Kinurat Papat, Pusoko Ranonggo Madyonya, hingga hanya dalam beberapa bulan saja, padahal biasanya bagi seorang murid terpintar di Perguruan Naga Kencana sendiripun, paling tidak butuh waktu 3-4 tahun untu
“Kini saatnya bagimu untuk mempelajari Jurus terakhir dari naga pamungkas, Rajah Nogo Kinurat Papat, Sifat Papat Minongko Roso Janmo. Jurus ‘Naga Murkha’”Jejaka tetap diam ditempatnya, mendengarkan dengan khidmat apa yang dikatakan oleh Nyi Naga geni. Nyi Naga geni sendiri terus menerangkan tentang jurus terakhir itu kepada Jejaka. Hingga akhirnya kata-kata Nyi Naga geni terhenti saat mendengar suara halus yang keluar dari Jejaka.Suara dengkur! Rupanya Jejaka tertidur.Nyi Naga geni sampai geleng-geleng kepala melihat hal itu, tapi Nyi Naga geni memaklumi. Mungkin karena Jejaka sudah lelah setelah berbulan-bulan latihan dengan hanya sedikit istirahat.“Mungkin sudah saatnya kau mengadu peruntungan untuk mendapatkan jurus ‘Naga Murkha’ Jejaka” kata Nyi Naga geni pelan.-o0o-Jejaka terbangun saat merasakan dirinya terombang ambing, dan betapa terkejut Jejaka saat membuka mata
“Sudah dinikmati saja Jejaka. Jangan banyak pertanyaan” kata salah seorang gadis yang menggotongnya.“Iya, tapi mau, Hei...!” tiba-tiba saja Jejaka berteriak kaget saat gadis-gadis itu melemparkan tubuhnya masuk kedalam lubang besar yang ada dihadapannya.Belum sempat Jejaka menyadari apa yang terjadi, tubuhnya tersedot ke lubang besar tersebut. Meluruknya tubuh Jejaka diiringi tawa cekikan oleh murid-murid Perguruan Naga Kencana yang melihat kearahnya.“Awas kalian! Kalau aku sampai lolos dari lubang ini, akan ku perkosa kalian satu-satu!” teriak Jejaka.“Kalau kau bisa selamat dari lubang ini, kau tak perlu memperkosa kami Jejaka, kami akan menyerahkan diri secara sukarela kepadamu!” terima murid-murid Perguruan Naga Kencana dari atas lubang sambil tertawa tergelak-gelak.Srrr!Anak muda bertubuh gagah itu benar-benar tidak bisa lagi menguasai keseimbangannya. Tubuhnya terus meluncur dalam lu
“Huh!”Jejaka mulai jengkel, karena orang yang ditegurnya seakan menganggapnya sekadar nyamuk buduk.“Apa kau memang tuli, Kek? Apa aku harus berteriak tepat di telingamu? Ya..., baiklah!” gumam pemuda bermata biru ini, seperti orang kehilangan akal.Lalu....“Kek...! Oooi, Kakek!” jerit Jejaka tak tanggung-tanggung, tepat di telinga lelaki tua yang mulai menjengkelkannya.Tanpa disadarinya, kekuatan sakti dalam tubuh Jejaka mengalir bersama jeritannya. Hal itu mengakibatkan dinding batu cadas di sekelilingnya bergetar, lalu runtuh sebagian.“Uf, maaf tak sengaja. He he he...,” ucap Jejaka cepat, saat menyadari akibat teriakan gilanya.Dan lagi-lagi, pemuda ini harus jengkel. Bagaimana mungkin laki-laki jompo itu tidak mendengar teriakannya? Kalau dinding cadas saja dapat berantakan seperti kerupuk, kenapa gendang telinga laki-laki itu tidak pecah? Jejaka makin diseret kedongkolan, karen
Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep
Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp
Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa
Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah
Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun
Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je
Bergegas Jejaka berlari menghampiri. Sesaat kemudian Jejaka Emas telah berada dalam jarak tiga tombak dari arena pertempuran. Dari sini dapat terlihat jelas, siapa orang yang tengah dikeroyok itu. Dan ini membuat pemuda berbaju merah keemasan ini menjadi agak terkejut.Orang yang tengah dikeroyok itu berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya tegap dan kekar. Pada baju hitam bagian dada sebelah kiri terdapat sulaman cakar burung garuda dari benang emas. Di tangannya tergenggam sebuah baja hitam berbentuk cakar baja hitam dikibas-kibaskan dengan ganas. Ke mana saja cakar baja hitam bergerak, di situ pasti ada sesosok tubuh yang rubuh."Cakar Garuda...," desah Jejaka.Tapi pemuda ini tidak bisa berlama-lama mengamati pertarungan. Ternyata Darba yang memang ada di situ dan tengah dicarinya, bergerak menghampiri."Heh"! Kau lagi, Jejaka Emas" Rupanya kau tidak kapok juga. Atau, kali ini bersama-sama temanmu akan mengeroyokku?" ejek Darba memanas-manasi. Sepa
Seketika berubah wajah Jejaka."Maksud, Kakek?" tanya Jejaka Emas.Wajah Algojo Hijau berubah serius."Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan. Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Begawan Tapa Pamungkas. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumu. Semenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Begawan Tapa Pamungkas telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal. Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami b
Nenek berpakaian putih itu menganggukkan kepalanya. "Aku juga tahu. Kalau tidak salah, pemuda itu berjuluk Jejaka Emas!"“Tepat” Ratu Bulan termenung."Dan ciri-ciri Jejaka Emas mirip pemuda ini!" sambung Algojo Hijau lagi."Ahhh...! Kau benar!" nenek tinggi kurus ini mulai teringat. Sementara itu, Jejaka juga terkejut melihat nenek berpakaian serba putih itu. Kelihaian nenek ini sudah dirasakannya. Sekarang dia datang berdua dengan kawannya yang sekali lihat saja diketahui kalau kepandaiannya tidak rendah.Larasati memegang pundak Jejaka dengan lembut agar Jejaka bisa meredam amarahnya. Jejaka sekarang tengah dilanda kemarahan yang meluap-luap. Tapi, tentu saja sebagai seorang pendekar menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, pemuda ini tidak meluapkan amarahnya secara sembarangan. Maka Jejaka yang memang tidak ingin mencari permusuhan, mencoba bersikap tenang. Ditunggu bagaimana tindakan Ratu Bulan terhadapnya. Jelas terlihat kalau nenek it