Semua Bab Jejaka Emas: Bab 121 - Bab 130

283 Bab

Bab 18

Siang di Desa Panerokan. Pasar di tengah desa itu masih ramai oleh kesibukan. Para pedagang tetap gigih menjajakan barang, meski sinar matahari terus menusuk di atas kepala. Sama halnya para pembeli yang datang kesiangan. Mereka menyatu dalam satu irama bising.Di antara orang-orang yang lalu-lalang, tampak seorang pemuda berambut poni dan bermata biru dengan pakaian yang lusuh. Dan orang itu ternyata Jejaka yang baru saja tiba di desa ini. Langkah pemuda itu tampak gontai ketika memasuki bagian pasar yang agak ramai. Di kanan kirinya, orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing tanpa mempedulikan kehadirannya.Perutnya sudah berontak minta diisi. Menurutnya, perut inilah yang lebih baik diurus. Belum sempat menemukan kedai nasi, Jejaka dikejutkan oleh kegaduhan yang mendadak tercipta beberapa puluh tombak di belakangnya.Semula pemuda ini tidak peduli. Tapi ketika keramaian itu diwarnai jeritan-jeritan ngeri, tubuhnya lantas berbalik. Saat itu mata tajam Jeja
Baca selengkapnya

Bab 19

Tak heran dalam sekejap saja, Jejaka sudah tiba di tempat kejadian. Dan tubuhnya langsung melenting ke udara. Lalu, sepasang kakinya menjejak mantap di atas sebuah kedai, dekat bangunan yang dilahap api. Beberapa tombak di bawah, tampak lima lelaki kasar sedang menghajar seorang pemuda. Mereka memukul, menendang, menginjak, dan menyeret secara bergantian. Bagi kelima lelaki itu, pemuda yang dihajar habis-habisan tidak lebih dari anjing geladak.“Aaakh!” rintih pemuda yang dikeroyok itu. Wajah pemuda yang usianya tak lebih dari dua puluh lima tahun itu sudah habis dihiasi memar dan darah. Bajunya yang berwarna kuning cerah, harus dinodai darah yang tersembur dari mulutnya.“Kau harus memohon ampun pada kami! Lalu akui kesalahanmu. Maka, nyawamu akan terbebas dari maut!” perintah salah satu dari lima lelaki.Wajah orang itu nampak bersih. Namun sinar matanya mencorong kejam. Hidungnya yang melancip terlihat seperti paruh burung pemakan bang
Baca selengkapnya

Bab 20

“Nanti kalau menyerang, kalian bergerak sekaligus, ya? Jangan satu-satu! Aku biasa kerja borongan, kok...,” oceh Jejaka seraya bangkit berdiri.“Hiaaat!”Keempat lelaki itu melabraknya penuh nafsu. Dibenak masing-masing hanya berkobar keinginan untuk mencincang menjadi potongan-potongan kecil tubuh pemuda yang telah mempermainkan mereka.Dua lelaki serempak membabat. Satu ke bagian kepala dan yang lain ke bagian dada Jejaka.“Eit!”Jejaka hanya menggeser tubuhnya ke belakang, maka sabetan ganas itu hanya memakan angin. Sedangkan tangan kanannya bergerak sekejap, menyabet ke bawah.Bugh! Bugh!Begitu cepat gerakan Jejaka, sehingga tak seorang pun yang mampu menghindari. Kedua lelaki yang ingin merencah tubuh Jejaka lebih dulu, mendapat rejeki lumayan. Kantung menyan di selangkangan masing-masing kontan terasa pedih berdenyut-denyut, terkena sabetan Jejaka. Bahkan ngilunya sampai ke ulu hati. Dan kedu
Baca selengkapnya

Bab 21

“Siapa dia, ya? Kalau dia pendekar, kenapa tingkahnya konyol? Apa ada Pendekar Konyol?” kata salah seorang dari mereka.“Hus! Nanti dia dengar, lho! Kamu mau 'perkutut' kamu disentil!”“Hiiiy!”Mendapati orang-orang yang berkumpul seperti itu, Jejaka jadi geleng-geleng kepala.“Hey! Kenapa kalian jadi senang nonton sejak aku sampai di sini? Kalau kalian ingin terus nonton, silakan. Tapi aku tidak mau disalahkan bila pasar milik kalian habis terbakar!”seru Jejaka, seraya menunjuk api besar yang melalap sebuah kedai kelontong.Seperti baru disadarkan dari mimpi, orang-orang itu langsung serabutan kian kemari, mereka langsung mencari ember dan air untuk memadamkan api yang sudah berhasil menghanguskan satu bangunan.“Air! Air! Ambil air!”“Ember, ember! Ambil ember!” Teriak mereka kalang kabut.“Goblok.... Goblok! Kalian goblok!” rutuk Jejaka seten
Baca selengkapnya

Bab 22

Sementara, Jejaka masih menatap wajah Jaka. Ada sesuatu yang mengganjal dadanya. Tapi dia berusaha menahan, sampai Jaka memutuskan ceritanya.“Sikap ramahku ternyata mendapat sambutan yang baik dari wanita itu. Dan dia memintaku untuk mengantarkan ke kedai kelontong yang menyediakan pakaian wanita. Tentu saja membuat hatiku mekar,” lanjut Jaka. “Maka aku mengantarkannya ke kelontong terdekat. Sesampainya di tempat itu, dia membeli beberapa keperluan. Usai urusannya, dia memberiku uang. Benar-benar sial nasibku hari itu. Rupanya wanita yang kutaksir menyangka kalau aku adalah pesuruh pasar. Tapi, lebih sial lagi ketika datang lima orang bertampang seram yang menuduhku mata-mata.”“Mata-mata siapa?” tanya Jejaka, memotong cerita Jaka.“Aku juga tidak tahu. Mereka lalu menanyakan tujuanku bersama wanita itu. Bahkan mereka, membakar begitu saja kedai kelontong tempat belanja wanita yang kudekati. Ah! Aku jadi tidak mengerti.
Baca selengkapnya

Bab 23

SENJA merayap. Sinar matahari telah meredup merata. Hamparan langit terlihat kian sayu. Bersama jangkrik yang mulai berderik, hari akhirnya rebah dalam singgasana malam. Dan Jejaka sekarang sudah mempunyai rencana untuk memulai tugas sucinya. Setelah kejadian siang tadi, dia memutuskan untuk mencari Srikandi yang lebih terkenal berjuluk Naga Wanita. Sejak sepanjang siang tadi, dijelajahinya daerah sekitar itu. Tapi, wanita yang dicarinya belum juga ditemukan.Badan Jejaka mulai menuntut istirahat. Pegal dan linu melantakkan seluruh persendiannya. Yang terbaik baginya saat itu hanya istirahat. Kalaupun pencarian terus dilakukan, akan sia-sia saja karena kegelapan malam akan mempersulitnya. Dan saat ini, dia tengah berada di bawah sebuah pohon besar. Sebentar kepalanya didongakkan ke atas, lalu bibirnya tersenyum. Kemudian....Hup!Jejaka langsung melesat ke atas, disertai ilmu meringankan tubuhnya yang telah tinggi tingkatannya. Dan manis sekali kakinya menjejak
Baca selengkapnya

Bab 24

Kemudian Srikandi bangkit. Dihampirinya lelaki itu. Lalu. Sret!Srikandi mencabut pedangnya di punggung. Langsung dibabatkan pedangnya ke arah paha laki- laki yang digantung.“Aaakh!”Kembali   terdengar jeritan menyayat. Tampak darah meleleh dari paha yang tersayat itu. “Bagaimana, apa kau masih tidak ingin bicara?” desak Srikandi.Orang yang dipaksa bicara hanya menatap dengan sinar mata dendam. Sementara di tempat persembunyian, Jejaka mengutuk perbuatan Srikandi yang telengas itu.Ternyata dugaannya dulu bahwa Naga Wanita adalah bajingan perempuan yang mengaku-ngaku sebagai utusan adipati, kini terbukti.Darah Jejaka menggelegak hingga ke ujung kepala. Dadanya berderu keras dilanda kemarahan yang tiba-tiba membakar. Terlebih, saat benaknya dibawa kembali pada peristiwa pembokongan dirinya oleh Srikandi ketika bertempur melawan Bajing Ireng dulu. Seketika saja, tangannya meraba sesuatu di tanah. Lalu....
Baca selengkapnya

Bab 25

“Diaaam!” potong Jejaka.“Kau yang diam! Dengarkan aku!” balas Srikandi, tak kalah sengit. “Aku memang utusan Prabu Jaya Mahesa. Dan aku pula yang dulu membokongmu. Tapi...”“Tapi kau hanya bajingan perempuan!” potong Jejaka sekali lagi.Mata Srikandi meredup. Sakit hatinya dikatakan bajingan. “Jejaka... Bukalah totokanmu. Akan kujelaskan semuanya,” ratap gadis itu agak perlahan. Dia berusaha menguasai kejengkelan yang memberontaki dirinya.“Setelah kau kubebaskan, lalu akan buron? Huh! Nanti dulu. ”“Apa kau pikir aku bisa menandingi kehebatanmu? Apa kau lupa, kalau kau adalah keturunan Pendekar Gunung Batu yang diwarisi kecepatan gerak yang sulit tertandingi?”Jejaka menggaruk-garuk kepala seperti orang bodoh. “Memang benar apa yang dikatakan perempuan brengsek ini. Ilmu meringankan tubuhku sudah demikian sempurna.” Kepala pemuda itu jadi mengan
Baca selengkapnya

Bab 26

“Ah, dasar anak tolol! Apa kau tak mau kubuktikan  kalau aku tidak bermaksud membunuhmu waktu itu?” tukas wanita itu seraya mengacungkan pisau tanpa gagang, namun terdapat rumbai-rumbai di ujung belakangnya. Pisau seperti itulah yang dulu menancap di badan Jejaka dulu.“Baik..., buktikanlah! Tapi kalau main curang, kau akan kucium sampai mati!”Di antara sinar api unggun yang menerpa wajah cantik Srikandi, seketika rona merah dadu merayapinya. Ucapan terakhir Jejaka yang sedikit nakal, membuatnya mati kutu. Mulutnya terkunci rapat, tak dapat lagi berkata apa-apa.“Ayo, tunggu apa lagi?!” sentak Jejaka. Tiba-tiba tangan Srikandi bergerak.Zing...!Zing...!Zing...!Tiga pisau kecil langsung meluncur pada sisa tali yang dipakai untuk menggantung lelaki yang kini telah lenyap entah lari ke mana.Tes! Tes! Tes!Tali itu langsung terpotong tiga bagian dengan ukuran sama. Namun Jejaka m
Baca selengkapnya

Bab 27

“O, jadi kau tidak mengarahkan pisau itu ke jantungku?”“Ya! Aku hanya mengarahkan pada titik yang menghentikan gerakan jantung sesaat. Sehingga, Bajing Ireng menyangka kau mati.”Jejaka mengangguk-angguk kembali. Dia mulai percaya penjelasan wanita cantik yang kini kembali duduk di dekat api unggun. Karena dia sendiri pernah bertemu seseorang yang mampu menghentikan denyut jantungnya. Siapa lagi kalau bukan Ki Nogomurkho.Dihampirinya Srikandi yang terduduk kesal. Bagaimana wanita itu tidak kesal, kalau lelaki yang sedang dipaksa bicara tadi akhirnya kabur karena perbuatan yang dilakukan Jejaka. Dan sementara Jejaka sudah duduk di sisinya.“Lalu siapa lima lelaki yang kutemui siang tadi? Apa mereka dari kerajaan?” tanyanya, mulai lembut.Saat bertanya, mata Jejaka yang setajam mata naga memperhatikan wajah Srikandi di dalam selimut cahaya merah api unggun. Dan tentu saja gadis itu jadi salah tingkah. Dia bangkit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
29
DMCA.com Protection Status