“Siapa dia, ya? Kalau dia pendekar, kenapa tingkahnya konyol? Apa ada Pendekar Konyol?” kata salah seorang dari mereka.
“Hus! Nanti dia dengar, lho! Kamu mau 'perkutut' kamu disentil!”
“Hiiiy!”
Mendapati orang-orang yang berkumpul seperti itu, Jejaka jadi geleng-geleng kepala.
“Hey! Kenapa kalian jadi senang nonton sejak aku sampai di sini? Kalau kalian ingin terus nonton, silakan. Tapi aku tidak mau disalahkan bila pasar milik kalian habis terbakar!”seru Jejaka, seraya menunjuk api besar yang melalap sebuah kedai kelontong.
Seperti baru disadarkan dari mimpi, orang-orang itu langsung serabutan kian kemari, mereka langsung mencari ember dan air untuk memadamkan api yang sudah berhasil menghanguskan satu bangunan.
“Air! Air! Ambil air!”
“Ember, ember! Ambil ember!” Teriak mereka kalang kabut.
“Goblok.... Goblok! Kalian goblok!” rutuk Jejaka seten
Sementara, Jejaka masih menatap wajah Jaka. Ada sesuatu yang mengganjal dadanya. Tapi dia berusaha menahan, sampai Jaka memutuskan ceritanya.“Sikap ramahku ternyata mendapat sambutan yang baik dari wanita itu. Dan dia memintaku untuk mengantarkan ke kedai kelontong yang menyediakan pakaian wanita. Tentu saja membuat hatiku mekar,” lanjut Jaka. “Maka aku mengantarkannya ke kelontong terdekat. Sesampainya di tempat itu, dia membeli beberapa keperluan. Usai urusannya, dia memberiku uang. Benar-benar sial nasibku hari itu. Rupanya wanita yang kutaksir menyangka kalau aku adalah pesuruh pasar. Tapi, lebih sial lagi ketika datang lima orang bertampang seram yang menuduhku mata-mata.”“Mata-mata siapa?” tanya Jejaka, memotong cerita Jaka.“Aku juga tidak tahu. Mereka lalu menanyakan tujuanku bersama wanita itu. Bahkan mereka, membakar begitu saja kedai kelontong tempat belanja wanita yang kudekati. Ah! Aku jadi tidak mengerti.
SENJA merayap. Sinar matahari telah meredup merata. Hamparan langit terlihat kian sayu. Bersama jangkrik yang mulai berderik, hari akhirnya rebah dalam singgasana malam. Dan Jejaka sekarang sudah mempunyai rencana untuk memulai tugas sucinya. Setelah kejadian siang tadi, dia memutuskan untuk mencari Srikandi yang lebih terkenal berjuluk Naga Wanita. Sejak sepanjang siang tadi, dijelajahinya daerah sekitar itu. Tapi, wanita yang dicarinya belum juga ditemukan.Badan Jejaka mulai menuntut istirahat. Pegal dan linu melantakkan seluruh persendiannya. Yang terbaik baginya saat itu hanya istirahat. Kalaupun pencarian terus dilakukan, akan sia-sia saja karena kegelapan malam akan mempersulitnya. Dan saat ini, dia tengah berada di bawah sebuah pohon besar. Sebentar kepalanya didongakkan ke atas, lalu bibirnya tersenyum. Kemudian....Hup!Jejaka langsung melesat ke atas, disertai ilmu meringankan tubuhnya yang telah tinggi tingkatannya. Dan manis sekali kakinya menjejak
Kemudian Srikandi bangkit. Dihampirinya lelaki itu. Lalu. Sret!Srikandi mencabut pedangnya di punggung. Langsung dibabatkan pedangnya ke arah paha laki- laki yang digantung.“Aaakh!”Kembali terdengar jeritan menyayat. Tampak darah meleleh dari paha yang tersayat itu. “Bagaimana, apa kau masih tidak ingin bicara?” desak Srikandi.Orang yang dipaksa bicara hanya menatap dengan sinar mata dendam. Sementara di tempat persembunyian, Jejaka mengutuk perbuatan Srikandi yang telengas itu.Ternyata dugaannya dulu bahwa Naga Wanita adalah bajingan perempuan yang mengaku-ngaku sebagai utusan adipati, kini terbukti.Darah Jejaka menggelegak hingga ke ujung kepala. Dadanya berderu keras dilanda kemarahan yang tiba-tiba membakar. Terlebih, saat benaknya dibawa kembali pada peristiwa pembokongan dirinya oleh Srikandi ketika bertempur melawan Bajing Ireng dulu. Seketika saja, tangannya meraba sesuatu di tanah. Lalu....
“Diaaam!” potong Jejaka.“Kau yang diam! Dengarkan aku!” balas Srikandi, tak kalah sengit. “Aku memang utusan Prabu Jaya Mahesa. Dan aku pula yang dulu membokongmu. Tapi...”“Tapi kau hanya bajingan perempuan!” potong Jejaka sekali lagi.Mata Srikandi meredup. Sakit hatinya dikatakan bajingan. “Jejaka... Bukalah totokanmu. Akan kujelaskan semuanya,” ratap gadis itu agak perlahan. Dia berusaha menguasai kejengkelan yang memberontaki dirinya.“Setelah kau kubebaskan, lalu akan buron? Huh! Nanti dulu. ”“Apa kau pikir aku bisa menandingi kehebatanmu? Apa kau lupa, kalau kau adalah keturunan Pendekar Gunung Batu yang diwarisi kecepatan gerak yang sulit tertandingi?”Jejaka menggaruk-garuk kepala seperti orang bodoh. “Memang benar apa yang dikatakan perempuan brengsek ini. Ilmu meringankan tubuhku sudah demikian sempurna.” Kepala pemuda itu jadi mengan
“Ah, dasar anak tolol! Apa kau tak mau kubuktikan kalau aku tidak bermaksud membunuhmu waktu itu?” tukas wanita itu seraya mengacungkan pisau tanpa gagang, namun terdapat rumbai-rumbai di ujung belakangnya. Pisau seperti itulah yang dulu menancap di badan Jejaka dulu.“Baik..., buktikanlah! Tapi kalau main curang, kau akan kucium sampai mati!”Di antara sinar api unggun yang menerpa wajah cantik Srikandi, seketika rona merah dadu merayapinya. Ucapan terakhir Jejaka yang sedikit nakal, membuatnya mati kutu. Mulutnya terkunci rapat, tak dapat lagi berkata apa-apa.“Ayo, tunggu apa lagi?!” sentak Jejaka. Tiba-tiba tangan Srikandi bergerak.Zing...!Zing...!Zing...!Tiga pisau kecil langsung meluncur pada sisa tali yang dipakai untuk menggantung lelaki yang kini telah lenyap entah lari ke mana.Tes! Tes! Tes!Tali itu langsung terpotong tiga bagian dengan ukuran sama. Namun Jejaka m
“O, jadi kau tidak mengarahkan pisau itu ke jantungku?”“Ya! Aku hanya mengarahkan pada titik yang menghentikan gerakan jantung sesaat. Sehingga, Bajing Ireng menyangka kau mati.”Jejaka mengangguk-angguk kembali. Dia mulai percaya penjelasan wanita cantik yang kini kembali duduk di dekat api unggun. Karena dia sendiri pernah bertemu seseorang yang mampu menghentikan denyut jantungnya. Siapa lagi kalau bukan Ki Nogomurkho.Dihampirinya Srikandi yang terduduk kesal. Bagaimana wanita itu tidak kesal, kalau lelaki yang sedang dipaksa bicara tadi akhirnya kabur karena perbuatan yang dilakukan Jejaka. Dan sementara Jejaka sudah duduk di sisinya.“Lalu siapa lima lelaki yang kutemui siang tadi? Apa mereka dari kerajaan?” tanyanya, mulai lembut.Saat bertanya, mata Jejaka yang setajam mata naga memperhatikan wajah Srikandi di dalam selimut cahaya merah api unggun. Dan tentu saja gadis itu jadi salah tingkah. Dia bangkit
“Aneh bagaimana?” tanya Srikandi ingin tahu pikiran Jejaka saat itu. Jejaka lalu mendekati api unggun, dan duduk di depan Srikandi.“Apa kau tak heran? Mengapa Bajing Ireng tidak menyerbu kerajaan, sementara kekuatan gerombolan yang dimiliki bisa saja menghancurkan kerajaan?” Jejaka mengajukan pertanyaan.Srikandi menatap Jejaka dengan mata menyipit. Diakui perkataan pemuda di depannya memang benar.“Bajing Ireng ingin merebut kekuasaan Prabu Jaya Mahesa, kan?”Srikandi mengangguk.“Nah! Tunggu apa lagi kalau kekuatannya sudah sanggup merebut kekuasaan prabu?”Srikandi mengangguk-angguk. Hatinya diam-diam memuji kecerdasan Jejaka dalam mencium hal itu. Dia sendiri tak pernah berpikir sampai sejauh itu, meski menyelidiki setiap gerakan pasukan Bajing Ireng dari waktu ke waktu. Ditatapnya kembali mata pemuda tampan itu dengan sinar kekaguman.“Kenapa kau menatapku seperti itu?”
Akhirnya Jejaka bisa juga digiring Srikandi ke Desa Panerokan. Mereka kini memasuki pasar di desa ini untuk membeli beberapa keperluan di perjalanan nanti, sekaligus membeli pakaian untuk Jejaka.Seperti biasa, pasar pagi itu ramai oleh pedagang dan pengunjung. Kedai kelontong yang terbakar kemarin siang, tampak mulai dibersihkan oleh beberapa orang. Ketika tubuh Srikandi dan Jejaka sudah menyatu dalam arus manusia di pasar, beberapa orang di pinggir jalan terdengar berbisik-bisik. Sementara, mata mereka menatap Jejaka lekat-lekat. Jejaka yang tiba-tiba menjadi pusat perhatian di pasar itu. tentu saja mengusik keingintahuan Srikandi. Tapi sebelum bertanya langsung pada anak muda di sampingnya, kasak-kusuk yang ditangkap telinganya sudah cukup menjelaskan, kenapa Jejaka diper- hatikan mereka begitu rupa.“Itu kan, pendekar yang kemarin mengusir lima pengacau, ya?” tunjuk salah seorang.“O, iya... si Pendekar Konyol, kan?” timpal yang lain.
Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep
Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp
Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa
Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah
Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun
Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je
Bergegas Jejaka berlari menghampiri. Sesaat kemudian Jejaka Emas telah berada dalam jarak tiga tombak dari arena pertempuran. Dari sini dapat terlihat jelas, siapa orang yang tengah dikeroyok itu. Dan ini membuat pemuda berbaju merah keemasan ini menjadi agak terkejut.Orang yang tengah dikeroyok itu berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya tegap dan kekar. Pada baju hitam bagian dada sebelah kiri terdapat sulaman cakar burung garuda dari benang emas. Di tangannya tergenggam sebuah baja hitam berbentuk cakar baja hitam dikibas-kibaskan dengan ganas. Ke mana saja cakar baja hitam bergerak, di situ pasti ada sesosok tubuh yang rubuh."Cakar Garuda...," desah Jejaka.Tapi pemuda ini tidak bisa berlama-lama mengamati pertarungan. Ternyata Darba yang memang ada di situ dan tengah dicarinya, bergerak menghampiri."Heh"! Kau lagi, Jejaka Emas" Rupanya kau tidak kapok juga. Atau, kali ini bersama-sama temanmu akan mengeroyokku?" ejek Darba memanas-manasi. Sepa
Seketika berubah wajah Jejaka."Maksud, Kakek?" tanya Jejaka Emas.Wajah Algojo Hijau berubah serius."Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan. Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Begawan Tapa Pamungkas. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumu. Semenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Begawan Tapa Pamungkas telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal. Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami b
Nenek berpakaian putih itu menganggukkan kepalanya. "Aku juga tahu. Kalau tidak salah, pemuda itu berjuluk Jejaka Emas!"“Tepat” Ratu Bulan termenung."Dan ciri-ciri Jejaka Emas mirip pemuda ini!" sambung Algojo Hijau lagi."Ahhh...! Kau benar!" nenek tinggi kurus ini mulai teringat. Sementara itu, Jejaka juga terkejut melihat nenek berpakaian serba putih itu. Kelihaian nenek ini sudah dirasakannya. Sekarang dia datang berdua dengan kawannya yang sekali lihat saja diketahui kalau kepandaiannya tidak rendah.Larasati memegang pundak Jejaka dengan lembut agar Jejaka bisa meredam amarahnya. Jejaka sekarang tengah dilanda kemarahan yang meluap-luap. Tapi, tentu saja sebagai seorang pendekar menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, pemuda ini tidak meluapkan amarahnya secara sembarangan. Maka Jejaka yang memang tidak ingin mencari permusuhan, mencoba bersikap tenang. Ditunggu bagaimana tindakan Ratu Bulan terhadapnya. Jelas terlihat kalau nenek it