Home / Pernikahan / Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi: Chapter 191 - Chapter 200

223 Chapters

Season 2: Part 81: Berita Tidak Enak

Semua bahan sudah selesai kubelanjakan. Aku juga baru saja sampai di rumah beberapa menit yang lalu. Kini aku mulai mencicil apa yang bisa dikerjakan agar tidak kepepet esok pagi.Mulai melipat kotak, aku melakukannya sendiri. Melipat kotak sambil memanggang kulit pie.Baru Lima puluh kotak terlipat, aku sudah mulai letih dan lelah. Namun, aku harus bertanggungjawab untuk menyelesaikan pesanan.Tiba-tiba, listrik padam. Aku mulai kalang kabut. Takut kalau listriknya lama padam.Sembari melipat kotak aku terus berdoa agar usaha yang aku rintis dari nol berkah dan bisa berkembang menjadi toko kue seperti di Mall.Ketika hendak mau melipat kotak ke enam puluh. Suara salam membuyarkan lamunanku. Aku heran jam segini siapa yang datang bertamu."Waalaikum salam," jawabku sembari berjalan menuju pintu utama. Ketika daun pintu yang terbuat dari papan kubuka lebar. Aku terkejut melihat pemandangan yang tersaji di depan pintu rumah."Maaf mau apa lagi kamu datang kemari?!" seruku seolah tidak i
Read more

Season 2: Part 82: Didatangi Warga

Daripada naik sasakku meladeni Lala. Aku menutup daun pintu lalu masuk ke dalam rumah. Pekerjaanku masih banyak yang harus dikerjakan."Dasar manusia tidak ada etika. Tamu masih ada dan belum selesai bicara. Seenak jidat main menutup pintu," desis Lala menyeringai. Dia menggedor-godeor daun pintu dengan bringas. Aku tidak peduli sama sekali.Baru saja sampai di depan, listrik menyala. Aku merapalkan hamdalah.Pelan-pelan aku kerjakan mulai dari melipat kotak, menimbang bahan sampai memasak kulakukan dengan sendiri. Di dalam hati aku terus berdoa agar tidak tumbang dalam mengerjakan semua pesan ini.Matahari sudah lama pamit ke peraduannya. Baru selesai melipat kotak. Kini kulit pie sudah seratus biji selesai di panggang. Aku harus lebih giat dan lebih cepat bekerja agar tidak kewalahan untuk besok.Di sela-sela waktu membuat adonan kulit risol. Suara salam kembali memekakkan telinga di depan rumah. Mau tidak mau, aku bangkit dan segera membuka daun pintu."Assalamualaikum," ucap sese
Read more

Season 2: Part 83: Ilfil

Untung saja salah paham. Kalau tidak Arlan habis di massa sama warga tetangga. Namun, ada untungnya juga aku didatangi warga. Sehingga Arlan diusir dari rumah kontrakanku. Di sisi lain, tidak ada yang membantuku menyelesaikan pesan itu.Akh! Memang pilihan itu sangat rumit. Ketika Arlan ada di sini aku sangat muak melihat wajahnya. Ketika dia tidak ada, aku sangat membutuhkan bantuannya. Walaupun hanya bisa disuruh-suruh.' Aku periksa semua adonan dan membereskan semua. Setelah semua aman, aku mau rehat sejenak agar besok pagi fit kembali."Aku sangat mencintaimu, Nesya," ucap Rusly tepat di daun telingaku. Aku seperti sepasang pengantin yang baru saja halal dalam ikatan suci."Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanyaku cuek dan berpaling dari terkamannya. Aku kini sedang di atas dipan mau memanjakan mata setelah penat seharian bekerja demi membiayai hidupku."Aku sudah pernah gagal dalam membina rumah tangga. Aku juga sudah belajar dari kesalahan yang telah kuperbuat selama ini,
Read more

Season 2: Part 84: Lama-Lama Bisa Gila

Alhamdulillah semua pesanan sudah selesai. Masih ada waktu satu jam lagi untuk mengantar ke alamat yang dituju. Namun, aku masih belum mandi. Belum juga kepikiran pakai apa bawa pesanan dua ratus kotak. Sembari berpikir, aku mandi terlebih dahulu. Tidak mau buang-buang waktu."Aku ke kamar mandi dulu. Biasa mau melapor," ucap Rusly membuatku semakin gerah. "Kenapa tidak dari tadi dia pergi ke kamar mandi? Tiba giliranku mau mandi, dia malah main potong saja. Lama tidak?!" gerutuku kesal. Aku menahan amarah karena dia sudah mau membantu packing. Walau bagaimana pun itu, dia sudah berjasa dalam pesanan pertamaku ini."Sebentar saja! Kalau mau buru-buru kita mandi sama," jawabnya sembarang sambil masuk ke dalam kamar mandi.Tidak tahu kenapa aku kangen masa-masa seperti ini. Ketika mengingat ulahnya yang jahat sampai aku menjadi janda dua kali. Aku malas dan bahkan muak melihat wajahnya yang penuh dengan nista. Huft! Aku menghela napas lalu membuangnya dengan kasar.Sambil menunggu Rusl
Read more

Season 2: Part 85: Difitnah

Setelah semua pesanan sampai di waktu yang hampir saja telat. Aku sangat bahagia dan merasa senang bisa menyelesaikan semua pesanan dengan waktu yang tepat. Walaupun rasa lelah dan capek menyapa diri ini lembut. Semua hilang sejenak ketika pesanan sudah diterima saya custumer-ku."Eh, Nesya," sapa seseorang dengan lembut dan mesranya. Aku menyapu ke asal suara itu. Mencoba mengulas senyum lalu mengingat siapa wanita ini. Karena aku pribadi tidak banyak teman baik di dunia nyata, maupun di dunia maya."Ya, saya sendiri," balasku mencoba santai. Walaupun di dalam benak masih berpikir keras siapa sebenarnya wanita yang menyapa diriku lembut bak sutera halus."Mohon maaf, ada yang bilang kalau masakanmu tidak enak. Sudah mahal, tidak enak, terus kamu sudah magister lagi. Rasanya percuma kamu menghabiskan waktu, tenaga dan biaya untuk meraih gelar magister-mu kalau makanan yang kamu produksi tidak enak," serunya sambil memperagakan nada bicara seseorang yang dia maksud menghinaku secara ter
Read more

Season 2: Part 85B

Pesanan demi pesanan masuk. Aku tidak menyangka kalau usaha yang aku rintis dengan modal bismillah dan mulai dari 0 mulai berkembang. Sejauh ini halangan dan rintangan sudah menghunus ke jantung. Namun, aku tetap sabar dan terus mengimprovisasi makanan yang kusajikan. Aku tidak menghiraukan itu semua. Kuanggap saja itu iklan promo gratis.Hari ini aku sedang berselancar di dunia Maya. Sesekali scroll makanan yang lagi viral agar mengikuti apa yang lagi trend.Cocok juga dessert yang satu ini untuk dinaikkan iklan?' ucapku bermonolog. Aku meng-srcreen shoot resepnya. Lalu beranjak melangka untuk menguji cobanya ke dapur. Sesampainya di sana, aku menggeleng karena salah satu bahannya tidak ada stoknya. Aku menghela napas panjang lalu membuangnya dengan kasar.Akhirnya, aku memutuskan belanja dulu baru mengeksekusi resep yang ingin diuji coba. Tidak berapa lama, aku sampai di depan pagar kontrakan. Sebuah pemandangan yang sangat membuat aku tidak bisa mengedipkan mata walau hanya sekejap
Read more

Season 2: Part 86: Paket Nyasar

Aku terkejut melihat seorang wanita yang sedang berhadapan dengan warga yang menerorku."Lala!" pekikku sembari menutup mulut dengan telapak tanganku. Mentari yang panas sudah tidak terasa lagi bagiku. Aku menahan larva emosi agar tidak keluar. Lamat-lamat kuperhatikan dari jauh. Tidak lama kemudian, Lala memberikan selembar uang kertas berwarna merah."Ini sebagai upah kalian!" ucap Lala sembari memberikan gaji mereka semua. Namun, ada pria yang tidak suka dengan apa yang dia terima."Bukannya janjinya dua ratus ribu?!" amuknya sembari melempar uang itu tepat ke wajahnya, Lala. Wajah yang anggun dan ayu itu kini berubah merah akibat diperlakukan seperti itu."Siapa yang berjanji dua ratus ribu?!" bentaknya tidak terima. "Untung saja aku masih berbaik hati dan mau membayar jasa kalian." Alisnya naik turun seolah tidak terima dikritik. "Toh apa yang aku inginkan tidak tercapai!" amuknya dengan napas sudah tidak teratur. Darahnya terus mendidih ingin meluapkan emosi seketika. Namun, di
Read more

Season 2: Part 87A: Jadilah seorang ibu

"Bang!" teriakku dengan menaikkan nada suara sembari melambaikan tangan ke arah kurir paket. Tiba-tiba, pria itu langsung pergi begitu saja. Aku sudah menangkap siapa lelaki itu sebenarnya. Namun, masalahnya lupa untuk memfoto atau merekam mereka. "Akh! Sial! Kenapa tidak –," ucapku terjeda karena sang kurir sudah tiba di depan mata kepalaku."Maaf, Bu. Boleh pesanan paketnya diselesaikan terlebih dahulu?" tanya sang kurir dengan santainya. Aku masih berpikir keras, apa maksud dan tujuan semua ini? Siapa dalang dari pengirim paket ini? Aku termangu sambil mencari tahu. Otakku tidak berhenti berselancar untuk mencari tahunya."Maaf, ibu," ujarnya kembali dengan melambaikan tangan tepat di depan wajahku.Aku mengerjap lalu pura-pura menggaruk kepala. Padahal kepalaku sama sekali tidak gatal."Silakan dibayar tagihan sesuai dengan COD!" perintahnya mulai tidak sabar.'Apa yang harus aku bayar? Pesanan ini aku tidak tahu isinya apa? Dan kenapa bisa atas namaku dan begitu juga kenapa paka
Read more

Season 2: Part 87B: Jadilah seorang ibu

Perempuan mana yang mau menyandang gelar janda. Aku juga kalau mau memilih tidak mau menjadi janda. Apalagi usiaku masih muda dan cantik. Namun, kalau tetap bertahan. Selalu makan hati dan tidak ada setitik kebahagiaan lahir di dalam jiwa. Apakah aku harus mengorbankan kebahagiaanku demi bertahan agar tidak menyabet gelar janda? Tidak! Aku tidak akan bodoh dalam hal itu."Eh, kok kamu malah naik pula sasakmu?!" ledek Rusly. Dia malah bercanda ngatain aku dengan sebutan itu. Belum lagi sejuta gunung hinaan yang akan aku telan di luar sana. "Maka dari itu, ayo segera menikah denganku," imbuhnya dengan sedikit menggombal."Kamu seorang lelaki dan tidak menggunakan perasaan. Hanya nafsu belaka yang kamu gunakan." Aku bergeming menyapu pandangan ke arah bunga yang baru saja kutanam disela-sela orderan tidak ada. Jika kamu ingin hidup bersamaku, silakan kamu bertaubat dan segera memperbaiki diri!" nasihatku menimpali."Nggak usah sok ok menasihatiku!" sangkalnya tidak terima. "Apakah kamu s
Read more

Season 2: Part 88A: Kok bisa ada di sini

Aku terkejut mendengar suara itu. Kali ini semua pria yang ada di belakang laki-laki yang bersuara itu. Dia mulai melangkah menghampiriku dan Rusly."Kalian bukan suami istri, tapi malah berani melakukan hal senonoh di muka bumi!" sindirnya tajam dengan sorot mata menyeringai. "Perbuatan kalian bisa membawa mala petaka kepada warga di sini!" ucapnya menimpali.Aku juga terlalu bodoh dan selalu meladeni Rusly yang selalu berusaha keras meluluhkan hatiku. Aku tidak tahu kenapa jurus andalannya dikeluarkan aku seolah terhipnotis."Kalian harus dinikahkan dan tidak boleh menghindar!" ucap pria separuh baya dengan mata menelisik tajam."Aku tidak ada berzina di sini!" sanggahku membela diri. Aku tidak habis pikir kalau bisikan Rusly membuat salah paham.Kusapu pandangan ke arah wajah Rusly. Sebuah ekspresi senang tercipta rapi. Aku malah ketar-ketir agar pernikahan paksa ini tidak terjadi. Napasku mulai tidak beraturan dan sesekali aku membuangnya dengan kasar."Mana ada manusia mengakui d
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status