Semua Bab Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi: Bab 201 - Bab 210

223 Bab

Season 2: Part 88B: Astaghfirullah

Pertikaian, ujian dan segala macam cobaan selalu datang silih berganti. Tidak pernah habis. Sehingga aku sempat down dan bahkan putus asa menghadapi semuanya."Semua total empat ratus dua puluh enam ribu lima ratus, Bu," jawab penjaga tokoh bahan kue tempat aku belanja. Tidak membuang waktu aku langsung merogoh dompet untuk segera membayar jumlah tagihan belanja. Kuserahkan uang kertas berwarna merah tujuh lembar. Pikiranku masih saja nanar tidak karuan. Tidak tahu apa yang aku resahkan dalam hidup ini. 'Apakah ini yang dinamakan mati rasa atau mati iman?' tanyaku bermonolog."Uangnya lebih, Bu," ucap penjaga tokoh setelah menghitung uang yang baru saja kukasih. "Ambil saja!" tolakku dengan santai.Penjaga tokoh itu merasa aneh akan hal yang aku lakukan. Masa lebih seratus ribu mau dikasih cuma-cuma," sahutnya dengan mengulas senyum. "Ada-ada saja ibu ini," sambungnya dengan mengembalikan uang lebihnya.Aku menerima uang itu kembali lalu menghitung. Ternyata benar apa kata penjaga to
Baca selengkapnya

Season 2: Part 89A: Dihantui Perkataan

[Jangan pernah mencoba menerima lamaran Rusly!] Suara Lala meruntuhkan semangatku buat mengadon kue untuk pesanan hari ini. Aku juga tidak tahu dia dapat dari mana nomor teleponku. Kalau promo pun di akun sosial media, tidak pernah mencantumkan nomor telepon.[Siapa juga yang mau menerima lamarannya,] jawabku judes. Aku sudah panik produksi cake, ditambah lagi meladeni wanita yang tidak pernah senang melihatku damai dan bahagia.[Nggak usah sok berkata manis.] Lala melangkah menuju kursi. Dia sudah lelah berdiri dari tadi mondar-mandir saat bertelepon. [Rusly sendiri bercerita kepadaku kalau kamu itu sebentar lagi mau menerima lamarannya.] [Aku tidak punya banyak waktu buat meladeni perempuan murahan seperti kamu! Wanita bodoh yang mau merebut pria yang tidak perlu diperebutkan. Apakah kamu tidak terlalu merasa bodoh dan tidak punya harga diri seperti itu?!] Aku sengaja berkata seperti itu untuk menyindir Lala. Terserah mau perasaan atau tidak. Sing penting aku sudah melawannya. [Ja
Baca selengkapnya

Season 2: Part 89B: Dijebak Lala Kembali

Lala mencoba bunuh diri. Dia terus berusaha untuk merayu Rusly ketika berada di kontrakan mantan suaminya. Padahal dia sudah bahagia memiliki suami baru. Namun, tidak tahu apa masalahnya dia masih kekeh mendapatkan Rusly kembali."Kamu jangan macam-macam, Lala! Cukup sekali saja kamu berhasil menjebak dan sudah merusak kebahagiaanku dengan istriku," ujar Rusly dengan memasang wajah memerah. Siapa yang tidak emosi dan kesal ketika ada orang yang selalu mengejar dan merusak kebahagiaan yang sudah di depan mata."Aku ingin memulai kehidupan baru denganmu! Aku menikah dengan suamiku, akan tetapi tidak bahagia secara lahir." Lala melangkah mengambil pas bunga di atas meja. Aku mohon nikahilah aku kembali! Aku tidak bisa hidup tanpamu, Rusly!" sambungnya membuat Rusly menatapnya panik. Jelas panik, Lala mengancam akan memukul pas bunga itu dengan kuat ke kepalanya."Jangan berbuat gila! Aku sudah tidak cinta dan sayang kepadamu! Aku dulu bisa terjebak dan hanya mementingkan nafsu. Kalau sek
Baca selengkapnya

Season 2: Part 90: Aroma Amis

"Astaghfirullah!" ucap Rusly. Dia mengucap istighfar berkali-kali. Dia langsung meraba bagian celananya. Ternyata ada sebuah cairan layaknya seperti anak muda yang baru saja menginjak dewasa. Sudah tahu itu cairan dan rampas adat dia mencoba mencium. Aroma amis kini menyengat lubang hidungnya. Dia hampir saja mau muntah. Seketika dirinya sadar kalau dirinya tidak melakukan langsung dengan Lala. "Syukurlah! Untung saja hanya sekedar mimpi belaka."Satu sisi Rusly merasa geli mengingat mimpinya yang sangat aneh. 'Apakah ini yang dinamakan pubertas ke dua?' tanya Rusly dalam hati.Aku harus mandi wajib sebelum pergi ke rumah wanita yang didambakan untuk dijadikan syurga ke dua. Dia sadar kalau dirinya selama ini telah berdosa dan tidak peduli betapa pentingnya sebuah kepercayaan dan setetes cinta yang disemai oleh mantan istrinya. Langsung bergegas bangkit dari atas dipan. Rusly mengayunkan langkah menuju kamar mandi. Seketika ingatannya mandi bersama dengan wanita yang pertama dia cinta
Baca selengkapnya

Season 2: Part 91: Ngutang Makan

"Nesya, aku mohon segeralah menerima lamaranku kembali!" pinta Rusly dengan wajah memelas. Dia terus berusaha agar kembali mendapatkanku. Namun, aku masih trauma dengan kehadirannya. Apalagi dirinya datang membawa setetes cinta yang tulus katanya. "Aku tidak mau hidup selalu dihantui Lala. Dia selalu mengganggu dan bahkan menjebakku ke dua kalinya dengan umpan yang sama," sambungnya menjelaskan."Kenapa tidak mau rujuk sama Lala?!" tanyaku mengernyitkan dahi. "Daripada dia terus mengharapkan belaianmu yang hot itu, kenapa harus berpaling darinya?!" sindirku tajam membuat wajahnya ditekuk."Dari mana kamu mengetahui hal itu?!" tanya Rusly heran. Dia memperbaiki duduknya yang mulai tidak tenang."Semuanya sudah ditumpahkan Lala kepadaku. Itu sebabnya dia selalu mengintimidasi, mengancamku jangan nekat untuk menerima kamu kembali." Aku menelan ludah dengan berat. "Selagi nafas masih melekat di dalam dirinya, Lala. Dia tidak akan senang untuk melihat aku dan kamu bahagia.""Tunggu!" poton
Baca selengkapnya

Season 2: Part 92: Bukan Sponsor

"Pantas saja Lala tidak simpati atau pun empati sama kamu. Ternyata kamu itu bar-bar," ledek Rusly dengan melepaskan terkamannya."Ka-kamu mengenalnya?" tanya pemilik warung makan itu dengan nada terbata dan ekspresi wajah pucat dan takut."Ya." Rusly membuang napas kasar lalu memperbaiki bajunya. Keringat mengalir dari keningnya."Jangan sesekali membentak orang tua!" bisik Rusly tepat di daun telinga suaminya Lala.Suasana sore hari sangat tidak enak sejak tragedi yang ada. Rusly sudah tidak selera lagi menghabiskan nasi yang ada di meja. Namun, perutnya masih belum kenyang.***"Mau sampai kapan aku menasihatimu, Nesya!" cetus Lala. Baru saja dia tiba di rumah sudah merah padam. "Aku tidak ikhlas dan ridho kalau kamu kembali dekat bahkan sampai rujuk dengan Rusly.""Kalau kamu hanya membahas itu dan itu lagi, lebih baik kamu pergi dari sini!" usirku dengan terpkasa. Aku malas membahas yang tidak ada sama sekali manfaatnya. Apakah kamu tidak ada pekerjaan lain selain mengurus aku da
Baca selengkapnya

Season 2: Part 93: Bibir Kelu

"Dari mana kamu mengetahui alamatku?" tanyaku dengan nada sinis. Aku sudah tidak ada lagi komunikasi dengan pria yang pernah menjadi suamiku walau hanya sekejap saja. Dia malah datang pada saat yang tidak tepat."Aku bisa saja mengetahui tentang apa yang kamu lakukan. Dinding kontrakanmu saja bisa jadi CCTV dan akan melaporkan semuanya kepadaku."Aku memasang wajah tidak suka. Aku tahu membenci atau menaruh dendam kepada seseorang tidak elok. Namun, keputusan yang diambil membuat aku menyabet gelar janda dua kali. Padahal dari awal sudah kukatakan jangan buru-buru. Tidak dihiraukan sama sekali.Arlan melangkah pelan menghampiriku. Namun, aku menjauh dari terkaman buasnya. "Aku belum menyentuhmu sama sekali. Aku juga belum menceraikanmu. Aku ingin melakukan aktivitas halal bersama istri tercinta." Ucapannya sangat menyeramkan. Aku memasang kuda-kuda lebih waspada. Walau bagaimanapun itu, aku tidak mau masuk ke dalam terkaman buasnya. "Mahar yang aku keluarkan belum sempat kucicipi, mal
Baca selengkapnya

Season 2: Part 93B

Semua berlalu begitu saja. Aku juga tidak bisa memberikan informasi yang akurat. Arlan mengulas senyum tipis seolah mengejek kalau dia berhasil dan menang.***"Aku mau cukup sampai di sini saja pernikahan kita," sergah Lala dengan nada emosi. Langit hitam penuh sinar sang bintang dan bulan. Dia sudah merasa bosan dan jenuh dengan suaminya. Dulu alasan Lala menikung suami orang lain karena ingin merasa hidup bergelimang harta. Keinginannya tercapai setelah menikah dengan Rusly dan suami keduanya. Namun, apa yang dia harapkan tidak sesuai dengan kenyataannya. Kini dia sadar akan hal itu. Bergelimang harta tidak membuat nyaman dan senang. Hati dan pikirannya laksana terbelenggu."Kenapa kamu malah meminta berpisah?" tanya suaminya dengan nada dingin. Lala tidak ingat kalau dirinya telah berhutang Budi kepada suami ke duanya. Dia sempat terlilit hutang setelah semua rahasianya terbongkar. Pada saat itu ada dua pilihan. Mau menikah dengan suaminya yang sekarang atau mendekam di balik jeru
Baca selengkapnya

Season 2: Part 94: Bersua dengan Dhea

"Sayang, kenapa kamu diam saja?!" teriak Lala terus berusaha menghindar. Pria yang sudah siap menghantam dirinya sudah mulai mendekat dan bahkan sudah berada di atas ranjang. Tolong aku, sayang!" teriaknya kembali. Namun, tidak ada sama sekali respon dari suaminya. Pasrah, tetapi dia tidak merelakan kalau tubuhnya disentuh oleh pria lain dan bahkan di depan mata kepala suaminya. Air mata kini mengalir tanpa diundang begitu deras. Di dalam hatinya, Lala merapalkan istighfar berkali-kali sambil berusaha menghindar. "Aku yakin kamu pasti haus belaian 'kan?!" bisiknya dengan mencoba mengelus wajahnya, Lala. Air mata yang sebak sudah tidak tertahankan lagi. "Suamimu sangat enggan menyentuhmu. Dia mau menikahimu untuk mendapatkan uang dengan instan tanpa perlu repot-repot bekerja keras banting tulang dengan cara menjual istrinya kepada pria yang haus akan belaian."Pria itu menatap ke arah suaminya Lala seolah meminta izin apakah sudah boleh dia menggauli perempuan yang sudah tidak berdaya
Baca selengkapnya

Season 2: Part 95: Jangan Ngumpet

Part 95: Jangan Ngumpet"Ibu tidak mungkin kembali ke pelukan ayahmu, Nak."Tiba-tiba, Dhea pergi begitu saja dan tidak menghiraukan perkataanku. Baru sekejap aku memejamkan mata. Dhea sudah menghilang."Dhea .... Kamu ke mana, Nak?!" panggilku dengan nada tinggi. Aku tersentak bangun. Ternyata aku mimpi bersua dengan Dhea.'Apa kabarmu, Nak?! Kenapa ibu mimpi bertemu denganmu? Segitunya kah Rusly menginginkanku agar menerima rujukannya?' Aku memejamkan mata lalu membukanya. 'Apakah aku harus luluh dan ikhlas menerima tawaran mantan suamiku?' Aku gelisah dan tidak tahu harus berbuat apa. Di usia seperti ini, aku memang sangat membutuhkan pria sebagai pendamping dalam menakodahi bahtera rumah tangga. Apalagi aku masih butuh belaian untuk memenuhi nafsuku. Rasa kesepian ini terkadang tidak bisa kubendung. Daripada jatuhnya ke Zina, aku harus membuka hati kepada pria yang mau menerima apa adanya dan membimbingku ke jalan yang di ridhoi oleh Allah.Waktu terus bergulir. Tidak terasa sud
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status