Beranda / Pernikahan / Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi / Season 2: Part 81: Berita Tidak Enak

Share

Season 2: Part 81: Berita Tidak Enak

Penulis: Pemanis Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semua bahan sudah selesai kubelanjakan. Aku juga baru saja sampai di rumah beberapa menit yang lalu. Kini aku mulai mencicil apa yang bisa dikerjakan agar tidak kepepet esok pagi.

Mulai melipat kotak, aku melakukannya sendiri. Melipat kotak sambil memanggang kulit pie.

Baru Lima puluh kotak terlipat, aku sudah mulai letih dan lelah. Namun, aku harus bertanggungjawab untuk menyelesaikan pesanan.

Tiba-tiba, listrik padam. Aku mulai kalang kabut. Takut kalau listriknya lama padam.

Sembari melipat kotak aku terus berdoa agar usaha yang aku rintis dari nol berkah dan bisa berkembang menjadi toko kue seperti di Mall.

Ketika hendak mau melipat kotak ke enam puluh. Suara salam membuyarkan lamunanku. Aku heran jam segini siapa yang datang bertamu.

"Waalaikum salam," jawabku sembari berjalan menuju pintu utama. Ketika daun pintu yang terbuat dari papan kubuka lebar. Aku terkejut melihat pemandangan yang tersaji di depan pintu rumah.

"Maaf mau apa lagi kamu datang kemari?!" seruku seolah tidak i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 82: Didatangi Warga

    Daripada naik sasakku meladeni Lala. Aku menutup daun pintu lalu masuk ke dalam rumah. Pekerjaanku masih banyak yang harus dikerjakan."Dasar manusia tidak ada etika. Tamu masih ada dan belum selesai bicara. Seenak jidat main menutup pintu," desis Lala menyeringai. Dia menggedor-godeor daun pintu dengan bringas. Aku tidak peduli sama sekali.Baru saja sampai di depan, listrik menyala. Aku merapalkan hamdalah.Pelan-pelan aku kerjakan mulai dari melipat kotak, menimbang bahan sampai memasak kulakukan dengan sendiri. Di dalam hati aku terus berdoa agar tidak tumbang dalam mengerjakan semua pesan ini.Matahari sudah lama pamit ke peraduannya. Baru selesai melipat kotak. Kini kulit pie sudah seratus biji selesai di panggang. Aku harus lebih giat dan lebih cepat bekerja agar tidak kewalahan untuk besok.Di sela-sela waktu membuat adonan kulit risol. Suara salam kembali memekakkan telinga di depan rumah. Mau tidak mau, aku bangkit dan segera membuka daun pintu."Assalamualaikum," ucap sese

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 83: Ilfil

    Untung saja salah paham. Kalau tidak Arlan habis di massa sama warga tetangga. Namun, ada untungnya juga aku didatangi warga. Sehingga Arlan diusir dari rumah kontrakanku. Di sisi lain, tidak ada yang membantuku menyelesaikan pesan itu.Akh! Memang pilihan itu sangat rumit. Ketika Arlan ada di sini aku sangat muak melihat wajahnya. Ketika dia tidak ada, aku sangat membutuhkan bantuannya. Walaupun hanya bisa disuruh-suruh.' Aku periksa semua adonan dan membereskan semua. Setelah semua aman, aku mau rehat sejenak agar besok pagi fit kembali."Aku sangat mencintaimu, Nesya," ucap Rusly tepat di daun telingaku. Aku seperti sepasang pengantin yang baru saja halal dalam ikatan suci."Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanyaku cuek dan berpaling dari terkamannya. Aku kini sedang di atas dipan mau memanjakan mata setelah penat seharian bekerja demi membiayai hidupku."Aku sudah pernah gagal dalam membina rumah tangga. Aku juga sudah belajar dari kesalahan yang telah kuperbuat selama ini,

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 84: Lama-Lama Bisa Gila

    Alhamdulillah semua pesanan sudah selesai. Masih ada waktu satu jam lagi untuk mengantar ke alamat yang dituju. Namun, aku masih belum mandi. Belum juga kepikiran pakai apa bawa pesanan dua ratus kotak. Sembari berpikir, aku mandi terlebih dahulu. Tidak mau buang-buang waktu."Aku ke kamar mandi dulu. Biasa mau melapor," ucap Rusly membuatku semakin gerah. "Kenapa tidak dari tadi dia pergi ke kamar mandi? Tiba giliranku mau mandi, dia malah main potong saja. Lama tidak?!" gerutuku kesal. Aku menahan amarah karena dia sudah mau membantu packing. Walau bagaimana pun itu, dia sudah berjasa dalam pesanan pertamaku ini."Sebentar saja! Kalau mau buru-buru kita mandi sama," jawabnya sembarang sambil masuk ke dalam kamar mandi.Tidak tahu kenapa aku kangen masa-masa seperti ini. Ketika mengingat ulahnya yang jahat sampai aku menjadi janda dua kali. Aku malas dan bahkan muak melihat wajahnya yang penuh dengan nista. Huft! Aku menghela napas lalu membuangnya dengan kasar.Sambil menunggu Rusl

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 85: Difitnah

    Setelah semua pesanan sampai di waktu yang hampir saja telat. Aku sangat bahagia dan merasa senang bisa menyelesaikan semua pesanan dengan waktu yang tepat. Walaupun rasa lelah dan capek menyapa diri ini lembut. Semua hilang sejenak ketika pesanan sudah diterima saya custumer-ku."Eh, Nesya," sapa seseorang dengan lembut dan mesranya. Aku menyapu ke asal suara itu. Mencoba mengulas senyum lalu mengingat siapa wanita ini. Karena aku pribadi tidak banyak teman baik di dunia nyata, maupun di dunia maya."Ya, saya sendiri," balasku mencoba santai. Walaupun di dalam benak masih berpikir keras siapa sebenarnya wanita yang menyapa diriku lembut bak sutera halus."Mohon maaf, ada yang bilang kalau masakanmu tidak enak. Sudah mahal, tidak enak, terus kamu sudah magister lagi. Rasanya percuma kamu menghabiskan waktu, tenaga dan biaya untuk meraih gelar magister-mu kalau makanan yang kamu produksi tidak enak," serunya sambil memperagakan nada bicara seseorang yang dia maksud menghinaku secara ter

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 85B

    Pesanan demi pesanan masuk. Aku tidak menyangka kalau usaha yang aku rintis dengan modal bismillah dan mulai dari 0 mulai berkembang. Sejauh ini halangan dan rintangan sudah menghunus ke jantung. Namun, aku tetap sabar dan terus mengimprovisasi makanan yang kusajikan. Aku tidak menghiraukan itu semua. Kuanggap saja itu iklan promo gratis.Hari ini aku sedang berselancar di dunia Maya. Sesekali scroll makanan yang lagi viral agar mengikuti apa yang lagi trend.Cocok juga dessert yang satu ini untuk dinaikkan iklan?' ucapku bermonolog. Aku meng-srcreen shoot resepnya. Lalu beranjak melangka untuk menguji cobanya ke dapur. Sesampainya di sana, aku menggeleng karena salah satu bahannya tidak ada stoknya. Aku menghela napas panjang lalu membuangnya dengan kasar.Akhirnya, aku memutuskan belanja dulu baru mengeksekusi resep yang ingin diuji coba. Tidak berapa lama, aku sampai di depan pagar kontrakan. Sebuah pemandangan yang sangat membuat aku tidak bisa mengedipkan mata walau hanya sekejap

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 86: Paket Nyasar

    Aku terkejut melihat seorang wanita yang sedang berhadapan dengan warga yang menerorku."Lala!" pekikku sembari menutup mulut dengan telapak tanganku. Mentari yang panas sudah tidak terasa lagi bagiku. Aku menahan larva emosi agar tidak keluar. Lamat-lamat kuperhatikan dari jauh. Tidak lama kemudian, Lala memberikan selembar uang kertas berwarna merah."Ini sebagai upah kalian!" ucap Lala sembari memberikan gaji mereka semua. Namun, ada pria yang tidak suka dengan apa yang dia terima."Bukannya janjinya dua ratus ribu?!" amuknya sembari melempar uang itu tepat ke wajahnya, Lala. Wajah yang anggun dan ayu itu kini berubah merah akibat diperlakukan seperti itu."Siapa yang berjanji dua ratus ribu?!" bentaknya tidak terima. "Untung saja aku masih berbaik hati dan mau membayar jasa kalian." Alisnya naik turun seolah tidak terima dikritik. "Toh apa yang aku inginkan tidak tercapai!" amuknya dengan napas sudah tidak teratur. Darahnya terus mendidih ingin meluapkan emosi seketika. Namun, di

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 87A: Jadilah seorang ibu

    "Bang!" teriakku dengan menaikkan nada suara sembari melambaikan tangan ke arah kurir paket. Tiba-tiba, pria itu langsung pergi begitu saja. Aku sudah menangkap siapa lelaki itu sebenarnya. Namun, masalahnya lupa untuk memfoto atau merekam mereka. "Akh! Sial! Kenapa tidak –," ucapku terjeda karena sang kurir sudah tiba di depan mata kepalaku."Maaf, Bu. Boleh pesanan paketnya diselesaikan terlebih dahulu?" tanya sang kurir dengan santainya. Aku masih berpikir keras, apa maksud dan tujuan semua ini? Siapa dalang dari pengirim paket ini? Aku termangu sambil mencari tahu. Otakku tidak berhenti berselancar untuk mencari tahunya."Maaf, ibu," ujarnya kembali dengan melambaikan tangan tepat di depan wajahku.Aku mengerjap lalu pura-pura menggaruk kepala. Padahal kepalaku sama sekali tidak gatal."Silakan dibayar tagihan sesuai dengan COD!" perintahnya mulai tidak sabar.'Apa yang harus aku bayar? Pesanan ini aku tidak tahu isinya apa? Dan kenapa bisa atas namaku dan begitu juga kenapa paka

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 87B: Jadilah seorang ibu

    Perempuan mana yang mau menyandang gelar janda. Aku juga kalau mau memilih tidak mau menjadi janda. Apalagi usiaku masih muda dan cantik. Namun, kalau tetap bertahan. Selalu makan hati dan tidak ada setitik kebahagiaan lahir di dalam jiwa. Apakah aku harus mengorbankan kebahagiaanku demi bertahan agar tidak menyabet gelar janda? Tidak! Aku tidak akan bodoh dalam hal itu."Eh, kok kamu malah naik pula sasakmu?!" ledek Rusly. Dia malah bercanda ngatain aku dengan sebutan itu. Belum lagi sejuta gunung hinaan yang akan aku telan di luar sana. "Maka dari itu, ayo segera menikah denganku," imbuhnya dengan sedikit menggombal."Kamu seorang lelaki dan tidak menggunakan perasaan. Hanya nafsu belaka yang kamu gunakan." Aku bergeming menyapu pandangan ke arah bunga yang baru saja kutanam disela-sela orderan tidak ada. Jika kamu ingin hidup bersamaku, silakan kamu bertaubat dan segera memperbaiki diri!" nasihatku menimpali."Nggak usah sok ok menasihatiku!" sangkalnya tidak terima. "Apakah kamu s

Bab terbaru

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 101: Pengantin Batu Stok Lama

    "Apa?!" tanya Rusly tidak sabaran. "Jangan sesekali memberikan harapan palsu kepadaku," imbuhnya dengan menahan emosi."Siapa juga yang memberikan harapan palsu?" ucapku dengan sedikit menaikkan nada. Aku pergi melangkah. Walaupun sebenarnya aku sok jual mahal. Itu semua aku lakukan agar dia merasa sadar dan terpukul."Kamu mau ke mana?!" tanyanya mendongak. Fokusnya gagal mengirim doa. Dia bangkit lalu berlari mengejarku."Itu bukan urusanmu!" jawabku membentak. "Lepaskan tanganku!" jelasku kembali.Aku pergi begitu saja. Cuaca hari ini sangat panas sehingga aku takut hitam terbakar oleh sinar sang mentari."Lebih baik aku mati bunuh diri daripada lama-lama mati tersiksa untuk mendapatkan cinta dan kasihmu yang ke dua kali.""Silakan kalau kamu tidak punya iman dan Tuhan!" jawabku datar. Walaupun aku sudah jauh dari tempat dia berpijak.Argh!Rusly mengacak-acak rambutnya kembali. Lelah?! jelas dirinya pasti lelah. Kecewa?! Jelas sekali. Sudah berulang kali dia menelan kekecewaan. Na

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100B: Ziarah

    Wajahnya Rusly berubah masam mendengar perkataanku. Aku tersenyum bahagia setelah dia berubah pias."Sungguh terlalu kamu, Nesya!" rutuknya tidak terima. Aku ini mantan suamimu dan akan menjadi suamimu lagi sebentar lagi," imbuhnya menjelaskan. Dia mengepalkan tangan hendak menamparku. Namun, tangannya hanya mengambang di udara."Kenapa tidak jadi memukulku!" bentakku dengan menatapnya menyalang. "Ayo pukul sebelum Pencipta Alam Semesta mengutuk kamu benar-benar seonggok bangkai," imbuhku kembali."Kalau bukan kamu itu perempuan yang hendak akan kuperjuangkan, tangan ini pasti sudah landing di wajahmu itu," jawab Rusly dengan nada kesal. Dia berkacak pinggang lalu membuang napas kasar. "Aku tidak habis pikir kamu bisa berkata seperti itu," jelasnya dengan memijit kening yang tidak gatal."Maaf aku harus pergi dari sini." Aku melangkah meninggalkan dia sendiri di plataran parkiran.Silakan!" balasnya dengan kesal. Sangking kesalnya, dia memukul udara begitu saja. Argh! Dia berpikir s

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100: Kapan Aku Menandatanganinya

    "Tolong bebaskan aku dari sini, Nesya!" rengek Lala ketika aku sedang membesuknya di kantor polisi. Aku merasa kasihan setelah melihat keadaannya. Padahal baru tiga hari dia dikurung penampilannya sudah tidak terurus laksana orang gila."Hukum tetap berlaku. Aku tidak akan mengeluarkanmu dari sini sebelum jatuh tempo." Aku harus berkata sejujurnya. Tidak ada manusia yang rela anaknya mati tanpa salah. Apalagi kepergian Dhea masih membekas di dalam ingatan. "Belum lagi bahtera rumah tangga yang selama ini aku idamkan hancur karena kedatanganku ke dalam istana surgaku," jelasku dengan nada datar. "Aku berkata jujur atas semua perbuatanku," serunya dengan mengeluarkan cairan bening dari sudut retinanya. "Aku tidak mau berakhir usiaku di sini, Nesya," imbuhnya menjelaskan dengan raut wajah menyesal. Suasana di ruang besuk hening. Hanya dentuman jarum jam dinding yang terdengar."Aku mohon, Nesya!" pintanya mengiba. Aku tidak merasa kasihan apa yang yang terjadi kepada dirinya. Selama in

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98C

    Suasana mulai reda. Dia melihatku dengan sorot mata tajam. Namun, aku mencoba santai dan terus memperhatikan setiap gerak yang dia lakukan. Aku tidak boleh lengah apalagi jatuh ke dalam perangkapnya."Jangan kamu merasa menang dalam pergulatan ini!" ucapnya menyindir. Ekor retinanya terus memantau."Mau kalah, mau menang itu urusan Allah." Aku menjawab begitu saja. Kulirik ke arah sekitar tidak ada sama sekali yang mau melerai. Padahal sudah adu mulut dengan nada tinggi. Bahkan hampir saja jambak-jambakan. "Apa aku harus menguburmu hidup-hidup biar kamu tidak bisa lagi menggangguku?" imbuhku menyindirnya."Apa aku tidak salah dengar?!" jawabnya sinis. Dia merasa menang. Idenya kini muncul. "Buktinya saja, aku mampu mengirim Dhea ke alam kubur dalam durasi satu bulan."Deg!Hatiku merasa tersayat bahkan teriris."Apakah kamu tidak curiga atas kepergian buah hatimu dengan Rusly?"Aku berpikir sejenak. Dan ingin menjebaknya kembali."Aa-apa?" tanyaku terbata pura-pura. Aku merogoh ponsel

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:

    Hari terus berlalu. Aku merenungi nasib malang yang tidak pernah aku bayangkan. 'Apakah aku harus menerima Rusly kembali? Atau menjanda selamanya?'Tidak tahu harus berbuat apa. Aku semakin bingung dan frustasi. Aku memejamkan mata sejenak untuk sekedar menghilangkan rasa resah dan gelisah."Mau sampai kapan kamu menjanda, Nesya?" tanya Rusly setengah membentak. Pertanyaannya sangat tidak enak didengar telingaku. Aku hanya bisa diam dan membisu dikala pertanyaan saat itu terlontar dari tepi bibirnya.Sakit, perih dan bahkan ngilu begitu kentara ketika aku mengingat semua sifat buruk mantan suamiku.Daripada aku takut putus asa membuat otak tidak bisa mencerna mana yang baik dan mana yang buruk. Aku beranjak dari atas dipan lalu menaut wajah di depan cermin lemari hias."Aku butuh healing sepertinya," ucapku setelah melihat rias wajahku sudah pas dan netral. Aku mengambil nakas di atas nakas yang sedang di cas. Kucopot chatger-nya lalu memesan transportasi online dengan semangat. Ti

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 99A: Berakhir di KUA

    "Seharusnya kamu tidak berbuat seperti itu, Rusly!" sindirku dengan nada naik dua oktaf."Rasa empati dan simpatiku sudah hilang semenjak kamu bermesraan dengan pria lain dan disaksikan oleh kedua bola mataku!" kilahnya seolah mau menang sendiri. Aku saja muak mendengar ucapannya. Seolah-olah dirinya lah yang paling suci di atas muka bumi ini."Kalau kamu hilang rasa empati ataupun simpati. Kenapa masih berdiri di situ!" ejekku dengan melipat ke dua tangan lalu diletak sejajar dengan dada. "Bilang saja kamu masih kangen dan ingin berusaha agar kembali ke dalam pelukanmu," imbuhku menyindir.Kepalanya mulai nyut-nyutan dan tidak bisa diajak kompromi untuk mencari jawaban. 'Sial! Bisa saja dia mengetahui apa yang sedang aku alami,' ucapnya bermonolog."Kalau kamu memang tidak suka dan merasa jijik melihatku. Aku rasa kamu tidak akan kembali menemui ku laksana seperti sekarang ini," kilahku sembari mengejek dirinya.Aku memastikan kalau dirinya pasti sudah mati kutu. Buktinya saja, dia

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98B: Dituduh jadi Berang-berang

    Setelah Pak Bambang merogoh dompet guna untuk mencari tahu identitas korban, aku masih terus terisak dan tidak sabar menunggu hasil yang sesungguhnya. Tidak butuh waktu lama, Pak Bambang sudah mendapat dompet. Dia berdiri tegak lalu membuka dompet yang baru saja dia temukan di dalam kantong celana. "Apakah nama suami ibu bernama Anton?" tanyanya dengan sedikit menatap ke arahku.Aku tidak terlalu menyimak apa yang ditanyakan beliau. "Bo-boleh diulangi lagi?" tanyaku ragu dengan wajah mendongak. "Apakah nama suami ibu Anton?" tanyanya ke dua kalinya dengan nada sedikit kesal.Setelah kupertajam pedengaranku, aku sudah mendapat jawaban pasti. "Be-berarti ii-ini bukan suami saya," jawabku terbata. Aku baru sadar sudah menangisi jasad pria lain. Bisa saja itu suami wanita lain yang sedang menunggu kehadirannya di tengah istana syurga yang dibangun bersama wanita yang tidak lain ibu dari buah hatinya."Kalau nama suami ibu bukan Anton, berarti jasad yang sudah engkau tangis bukan suami at

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98: Kecelakaan Maut

    Dua hari setelah kejadian itu, aku selalu teringat kepada Rusly. Resah dan gelisah kini menghantui diriku. Habis main sosial media sambil rebahan aku bangkit lalu melangkah ke arah dapur. Lapar, tetapi tidak selera makan. Kembali lagi aku ayunkan telapak kaki ke arah teras sampai aku merasa bosan dan jenuh.Ponselku yang berdering tidak aku hiraukan sangking tidak enaknya perasaan dan badanku. 'Apakah Rusly sudah memeletku?' batinku sembari menautkan wajah di cermin. Aku memperhatikan pelan-pelan mukaku di kaca. Padahal kaca itu bukan cermin melainkan kaca jendela. 'Semoga saja tidak ada sangkut pautnya dengan Rusly.' Aku mencoba mengambil handuk yang di jemur di halaman belakang. Resah dan gelisah semakin tidak karuan membuatku ingin segera mandi.Setelah kuraih handuk. Kuayunkan langkah kaki menuju kamar. Di atas dipan layar ponselku sudah kedap-kedip dan nada dering sudah terdengar jelas. Segera aku meraih kotak persegi itu lalu lamat-lamat kuamati. 'Nomor baru memanggil,' ucapku

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:. Part 97B: Jalan Pintas

    "Maaf kalau aku sudah lancang menggendongmu dan membawa dirimu ke rumah kontrakanku," Aku terbangun dan ternyata aku hanya mimpi. Andai saja semua itu benar, aku sudah tidak tahu harus berbuat apa. Kusapu pandangan ke arah sekitar. Senyum simpul lahir di sudut bibirnya, Rusly."Apa yang terjadi kepadaku?! Kenapa aku ada di sini?!" amukku seolah tidak terima kalau pria yang tidak mahram itu menyentuhku."Tadi kamu pingsan di pusaranya, Dhea. Untung saja kunci mobilku ketinggalan di sana tepat di batu nisannya, Dhea." Rusly mencoba menjelaskan dengan berkata jujur. Walaupun sebenarnya dia ragu dengan kejujurannya tidak kuterima."Pasti itu semua akal busukmu 'kan?!" sergahku tidak terima."Aa-aku berkata jujur! Aku tidak ada maksud jahat walaupun terlintas di dalam otakku ide jahat untuk menjebakmu," selanya dengan spontan. Dia terkejut kenapa bisa berkata seperti itu."Maksud ide jahat itu apa?!" tanyaku mengintrogasi. Aku mulai duduk dan menyandrkan tubuh ke tepi ranjang.Rusly mulai

DMCA.com Protection Status