All Chapters of Sibunian Tongga - Kitab 2: Teratai Abadi: Chapter 71 - Chapter 80

341 Chapters

Kenyataan di Balik Liontin

“Dari siapa kau mendapatkan kelopak kedua ini?” tanya Rajo Bungsu pada sang gadis. “Apa kau tahu benda apa ini?”Puti Bungo Satangkai kembali meraih alat-alat tulisnya, dan menuliskan sesuatu yang dibaca oleh si prajurit.“Tentu saja saya tahu,” ujar si prajurit yang mewakili suara sang gadis. “Saiyo Sakato adalah aksara yang tertulis pada kelopak itu. Benda itu diberikan oleh Inyiak Mudo kepada saya.”Sembilan Cadiak Pandai saling pandang, begitu juga dengan dua Hulubalang Kerajaan, juga si Balam Putiah dengan sang raja sendiri.Sementara itu, si Kumbang Janti mengernyit memandangi sang gadis di samping kananya. Lebih kepada bagaimana gadis itu begitu bebas menyampaikan apa yang ia pikirkan.Tidak terikat dengan aturan kerajaan mana pun, sepertinya ini gagasan yang menarik, pikirnya.“Inyiak Mudo?” ujar si Balam Putiah yang tentu saja belum mendengar tentang hubungan pria sepuh nan sakti itu dengan gadis tersebut sebelumnya sebab ia baru datang setelah hal tersebt disampaikan.Rajo B
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

Benang Kusut

Pemegang awal kelopak kedua Teratai Abadi yang ternyata bertuliskan aksara Saiyo Sakato itu adalah Sialang Babega. Dan Sialang Babega adalah sahabat baik bagi Rajo Bungsu alias si Kuciang Ameh.Benda itu menjadi penyebab kematian Sialang Babega dengan mengenaskan di tangan Darna Dalun alias Angku Mudo Bakaluang Perak, tiga puluh tahun yang lalu. Bersamaan dengan itu pula, Zuraya yang tengah hamil besar dan merupakan istri dari Sialang Babega bunuh diri dengan melompat ke lembah Ngarai Sianok.Ditambah pula dengan penderitaan Rajo Bungsu ketika itu yang dituduh sengaja memberikan kelopak Teratai Abadi kedua yang palsu kepada Paduko Rajo hingga Paduko Rajo sebelumnya itu wafat, dan digantikan oleh putri satu-satunya, Ratu Mudo alias Puti Pandan Sahalai.Tentu saja, dengan kehadiran Puti Bungo Satangkai di hadapannya kini itu, yang nyata-nyata adalah anak yang terlahir dari rahim jasad Zuraya, membuat Rajo Bungsu tidak dapat mengawal perasaannya, yang berujung dengan berkecamuknya aliran
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

Kesalahpahaman

Di mata yang lainnya, gerakan ketiga Benteng Halimunan dan Puti Bungo Satangkai itu mungkin memang tidak terlihat, kecuali bagi enam Benteng Halimunan yang masih berdiri di sekeliling Rajo Bungsu.Mereka hanya bisa mendengar sesiuran angin yang berkelabat di dekat mereka, atau pada sudut-sudut tertentu balai pertemuan itu yang bergetar seolah seseorang terhempas ke titik tersebut.Bungo bertarung satu lawan tiga, dan sama-sama memiliki kecepatan gerak yang luar biasa, harus mengerahkan seluruh kemampuannya.Di satu kesempatan ia mampu menghantam seorang lawannya hingga lawannya itu terpental dan terhempas ke dinding, di kesempatan lainnya, justru dia lah yang terhempas akibat serangan lawannya.Sebab dia tidak mengenal orang-orang yang disebut sebagai Benteng Halimunan itu, konsentrasinya menjadi terpecah. Tiga lawan yang jelas-jelas kini saling baku hantam dengannya dalam kecepatan yang sulit diikuti oleh mata yang lainnya. Juga, lantaran ia berpikir mungkin saja enam Benteng Halimun
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more

Salah Lawan

“Tapi Paduko sepertinya terkena racun jahat si betina itu!” ujar si Balam Putiah.“Hentikan ucapan kasarmu itu,” ujar Rajo Bungsu, ia menyeka sisa lelehan darah di mulutnya. “Lorana!”“Duli Paduko,” si Balam Putiah menundukkan pandangannya.“Benteng Halimunan,” sahut sang raja, “bawa rekan kalian yang cidera itu menjauh!” ia melirik ke arah si Benteng Halimunan yang tadi dibanting oleh Puti Bungo Satangkai. “Pergilah, gadis itu tidak berniat mencelakaiku.”Enam Benteng Halimunan di dekat sang raja membungkukkan badan mereka, dua lainnya segera mendekati rekan mereka yang cidera, dan dalam sekedipan mata, kesembilannya telah menghilang dari pandangan semua orang.“Paduko,” ujar Datuk Sukat yang berusia sekitar 47 tahun. “Paduko sampai mutah darah seperti itu tadi, kami khawatir—”Rajo Bungsu mengangkat tangannya, dan itu sudah lebih daripada cukup untuk membuat Datuk Sukat diam, juga yang lainnya. Kini tatapannya tertuju kepada Bungo, ia masih di papah oleh dua dari Sembilan Cadiak Pan
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more

Kenangan Masa Lalu

“Dengarkan titahku!” ujar Rajo Bungsu yang akhirnya berdiri lagi dengan dibantu oleh Puti Bungo Satangkai.Semua kepala langsung menunduk mendengar ucapan sang raja. Kecuali, yah, sang gadis seorang yang tidak terbiasa dengan segala tata krama dalam istana.“Talago!”“Duli Paduko,” si Kumbang Janti menjatuhkan keningnya ke lantai.“Tidak akan ada asap jikalau tidak ada api,” ujar Rajo Bungsu. “Bagaimanapun, kabar burung telah merebak di tengah-tengah masyarakat. Meskipun aku percaya dan yakin bahwa engkau tidak melakukan hal yang dituduhkan itu, akan tetapi, demi untuk meredam gunjingan-gunjingan yang hanya akan merugikan kerajaan. Dengan ini, aku menjatuhkan hukuman kurungan selama tujuh purnama kepadamu.”Si Kumbang Janti menghela napas dalam-dalam. Itu lebih baik daripada segala sesuatu menjadi semakin kusut, pikirnya.“Bagaimana tanggapanmu?”“Duli Paduko,” ujar si Kumbang Janti tanpa mengangkat keningnya dari lantai. “Patik siap menjalankan hukuman demi marwah kerajaan.”“Bagus!”
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more

Bertalian

Sang ratu seakan terlonjak dari posisi duduknya di tepi ranjang, ia mendekati Puti Bungo Satangkai. Tidak ada lagi sorot kecemburuan ataupun perasaan risih sang ratu terhadap gadis tersebut seperti sebelumnya.“B—Benarkah?” tanya sang ratu seraya memegang kedua bahu sang gadis.Bungo yang tentu saja belum mengetahui siapa sesungguhnya sang ratu hanya mengangguk dengan mencoba tersenyum.“Oh, Dewi Yang Mulia!”Sang ratu langsung memeluk Bungo, dan Bungo menjadi ragu-ragu untuk membalas pelukan sang ratu, lebih kepada rasa canggung.Namun lama kelamaan, ia mendengar sang ratu yang tiba-tiba terisak, juga lantaran getaran tubuh sang ratu sendiri yang ia rasakan.“Oh, Dewa Yang Agung,” sang ratu menangkup pipi sang gadis dengan telapak tangannya, menatapinya dengan mata yang berlinangan, serta ada senyum dan kebahagiaan yang terlihat di wajahnya. “Kau anak Zuraya, oh, Dewa…”Kembali sang ratu memeluk sang gadis.“Sayang,” ujar Rajo Bungsu. “Bungo bisu sedari lahir sebab Zuraya yang jatuh
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

Permintaan Sang Raja

Meskipun kondisi malam ini bukanlah malam bulan purnama, namun setidaknya, langit yang bersih membuat cahaya sang rembulan cukup mampu menerangi halaman di belakang istana. Taman bunga dengan sebuah kolam besar dan airnya yang mengalir itu terlihat cukup indah.Rajo Bungsu sendiri telah kembali membaik, ia menemani Puti Bungo Satangkai di taman belakang tersebut. Hanya mereka bedua saja di sana, ditemani oleh beberapa prajurit dan dayang-dayang yang berdiri di dekat dinding belakang istana, siap menerima perintah kapan saja dibutuhkan.Sama saat kejadian di kamarnya sore tadi, Rajo Bungsu tidak membutuhkan penerjemah bahasa isyarat sebab ia memahami setiap isyarat yang diberikan oleh gadis itu kepadanya.Satu-satunya alasan ia membutuhkan penerjemah ketika bertanya ini dan itu kepada Bungo saat di balai pertemuan sebelumnya itu, adalah disebabkan itu bukan hanya tentang dirinya saja, tapi tentang orang banyak ketika itu yang tidak semua dari mereka mampu memahami bahasa isyarat sang g
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

Duri Dalam Daging

Ya, itu sudah pasti, pikir Puti Bungo Satangkai. Tujuh kelopak Teratai Abadi bila digabungkan, maka akan muncul petunjuk tentang kemunculan sebuah kerajaan baru yang akan menggantikan Kerajaan Minanga itu sendiri di masa mendatang.Hanya itu, tidak akan ada kesaktian ini dan itu yang akan didapat oleh siapa pun yang berhasil menyatukan ketujuh kelopak Teratai Abadi tersebut. Konon pula mengubah manusia menjadi abadi seperti para dewa dan dewi.“Kau juga pasti mengetahui,” ujar Rajo Bungsu. “Telah banyak nyawa melayang sia-sia hanya karena kabar burung yang ditambahkan orang-orang terhadap Teratai Abadi.”Ya, itulah alasan yang sangat disayangkan, pikir Bungo. Tidak saja oleh dirinya, tapi juga oleh Inyiak Mudo dan Inyiak Gadih. Terlebih lagi, keluarganya sendiri telah menjadi korban dari kabar burung itu sendiri.“Inilah alasanku memintamu untuk mengumpulkan empat kelopak Teratai Abadi lainnya, Bungo,” ujar sang raja. “Juga,” ia melirik lagi sang gadis. “Sekaligus mengembalikan kelopa
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

Hal yang Disembunyikan

Seorang pria lainnya segera meraih sebuah kursi bambu dengan bantalan empuk sebagai alasnya untuk Pandan Arum.Pandan Arum duduk di kursi itu dengan gayanya yang sangat memperlihatkan betapa ia sangat berkuasa di wilayah tersebut. Dan ia masih menunggu si Balam Putiah untuk menanggapi pertanyaannya tadi.Dua pria berbadan kekar dan terlihat sangat tangguh itu, masing-masing berdiri di belakang sang pemilik pelacuran tersebut.Si Balam Putiah akhirnya mengerang panjang dan terputus-putus dengan tubuh mengejang hebat, untuk kesekian kalinya ia menyemburkan benihnya begitu saja di dalam liang sanggama salah seorang dari tiga pelacur yang melayaninya.Ia lantas menghempaskan tubuhnya ke salah satu kursi panjang berlapis bantalan empuk. Dengan napas terengah-engah, dan tubuh telanjang yang basah kuyub oleh keringatnya sendiri, ia memandang pada Pandan Arum.Ketiga gadis pelacur itu juga sudah sangat kelelahan, jadi mereka hanya berbaring saja di ranjang itu dengan kondisi yang telanjang bu
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

Wanita yang Licik

“Kadik Aruma,” ujar Pandan Arum, “mantan Hulubalang Kerajaan yang sezaman dengan si Kuciang Ameh.”“Dia ayahmu?” si Balam Putiah masih sulit untuk mempercayai ucapan si pemilik tempat pelacuran tersembunyi tersebut.Ia terdiam untuk sejenak. Siapa Kadik Aruma, di tahu dengan jelas, juga alasan mengapa dia dipenjara.Kadik Aruma ketika itu hendak membunuh Mantiko Sati yang masih terluka setelah pertarungan dengan Darna Dalun. Tapi aksinya itu dipergoki oleh si Kuciang Ameh yang kini telah menjadi raja, beserta kakaknya, Bungo Kanduang.Alasannya ketika itu, sebab Kadik Aruma tidak ingin usaha putrinya—sebuah tempat pelacuran yang berdekatan dengan Batang Ombilin di dekat Danau Singkarak. Sebab, dengan tewasnya Darna Dalun, maka kerajaan yang diambil alih oleh si Kuciang Ameh akan memberangus semua kegiatan asusila tersebut.Tapi yang tidak disangka-sangka oleh si Balam Putiah adalah Pandan Arum sendiri yang ternyata adalah putri Kadik Aruma dan sekaligus pengelola tempat pelacuran ters
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more
PREV
1
...
678910
...
35
DMCA.com Protection Status