All Chapters of Sibunian Tongga - Kitab 2: Teratai Abadi: Chapter 201 - Chapter 210

341 Chapters

Tempat yang Sama

“Kau yakin kita harus menempuh jalan yang lebih jauh ini?” Suan bersungut-sungut. Masalahnya, dia masih terluka dan butuh perawatan lebih cepat.Nilam terkikik. “Percaya padaku,” ujarnya. “si Datuk Hulubalang itu pasti akan mengira kita pergi ke Jorong Sikadundung. Dia pasti akan semakin marah ketika tidak menemukan kita di sana nanti.”“Kau sadar bahwa aku terluka, bukan?”“Ayolah, Suan,” Nilam tersenyum lebar. “Kau terdengar sangat manja. Mengeluh dan mengeluh saja yang kau bisa!”Sementara itu, si gadis kecil masih dalam kondisi tidak sadarkan diri, dan diikatkan ke punggung Suan yang terluka.Sebenarnya, di awal pagi tadi, si gadis kecil sempat terbangun, dan berusaha untuk berteriak-teriak meminta pertolongan.Tapi tentu saja, tidak akan ada orang yang akan mendengar dan menolongnya di kawasan sepi sebelumnya itu. Satu-satunya orang yang mungkin bisa diharapkan untuk menolongnya hanyalah si Kumbang Janti. Akan tetapi, kondisi pria tersebut justru lebih menyedihkan daripada si gad
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

Munculnya Ketegangan

Puti Bungo Satangkai menyadari itu, dan dia hanya bisa bersabar sembari menekan kemarahan yang tiba-tiba menggelegak di dalam dadanya.‘Kenapa dunia harus diisi oleh orang-orang berhati iblis seperti itu?’ gumamnya di dalam hati.Pendek kata, Bungo hanya bisa melakukan apa yang dilakukan oleh semua orang di kawasan terpencil tersebut. Berpura-pura tidak tahu, dan mengacuhkan semua hal agar tidak terjadi percikan keributan.Nilam dan Suan terus melangkah seraya menggiring kuda masing-masing, mendekati saung di antara lirikan penuh kecurigaan dari beberapa pesilat golongan putih. Tentu saja, semua itu tidak terlepas dari si gadis kecil di punggung Suan yang dalam keadaan tak sadarkan diri.‘Itu memang sangat mencurigakan!’Bungo menghela napas lebih dalam agar debaran jantungnya bisa berkurang dan kembali tenang.Sementara di pojok sana, Ludaya tampak begitu senang dan puas bersama empat pesilat pendampingnya, entah apa pun itu yang sedang mereka bicarakan.“Nilam,” bisik Suan yang mend
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

Mulut yang Tak Bisa Diam

‘Ada silang sengketa apa di antara mereka?’“Siapa yang bisa tahu?” balas Antaguna, masih dengan berbisik. “Ini di antara dua orang yang sama-sama penjahat, kau pasti bisa menduga-duga itu.”Puti Bungo Satangkai menghela napas dalam-dalam. Yah, jika alasannya adalah latar belakang mereka yang kurang lebih sama, maka percikan-percikan perselisihan pasti telah ada sejak lama.Akan tetapi, Bungo hanya mengkhawatirkan gadis kecil yang tampak masih hening saja di punggung Suan.Apa pun yang akan terjadi, dia harus menyelamatkan si gadis kecil, begitu bisik hatinya.“Nilam, tolong,” ucap Suan dengan suara pelan dan menggigil. “Kau sendiri yang mengatakan padaku tadi, jadi tolong, jangan memancing keributan dengan mereka!”Nilam menyeringai. Keberadaan mereka semua di kawasan itu seolah membuat Nilam mengabaikan hal-hal buruk, sebab dia yakin, tidak akan ada seorang pun yang berani memulai perkelahian di sana.“Apa yang kau takutkan itu, Suan?” Nilam bahkan terkikik dengan gerak tubuh yang s
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

Akhir yang Menyedihkan

Nilam membelalak, lalu mengibaskan tangannya, serbuk-serbuk kebiru-biruan mengepul, keluar dari lengan bajunya.Ludaya mengentakkan satu kaki ke tanah, dan itu mengubah arah serangannya, dia juga memutar pedangnya sedemikian rupa sehingga ia terhindar dari serbuk-serbuk tersebut yang ia tahu sangat beracun.“Kau tidak akan bisa lari, betina iblis!”Sementara itu, karena menganggap Puti Bungo Satangkai ikut campur dengan urusan Ludaya dan Nilam, enam pesilat pendamping Ludaya melepaskan serangan masing-masing kepada sang gadis.Tentu saja, sang gadis hendak berteriak kepada enam orang tersebut untuk menghentikan serangan mereka. Akan tetapi, disebabkan dia yang bisu, sehingga suara yang keluar hanyalah berupa kata ha-hu ha-hu saja.Enam pedang berkelabat, dalam gerakan yang cukup baru di mata Bungo, tidak seperti gerakan pedang secara umumnya.Tidak ingin mendapatkan hal yang buruk, sang gadis menghantamkan telapak tangan kanannya dalam jurus Telapak Penghancur Raga.Gelombang hawa pan
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

Kemunculan sang Sesepuh

Antaguna masih terlihat ragu-ragu untuk membalas serangan demi serangan yang dilancarkan kepadanya, dia tidak menggunakan Jaring Jerat Naga-nya dengan sepenuhnya, yang dia lakukan hanyalah menghindar dan menghindar.Meski demikian, paling tidak, apa yang dilakukan oleh Antaguna bisa mengurangi jumlah mereka yang menyerang Puti Bungo Satangkai.Sementara itu, dengan keharusan menggendong si gadis kecil, dan selalu memerhatikan keselamatannya, membuat Bungo semakin lama semakin terdesak oleh serangan demi serangan ketiga pesilat pendamping Ludaya.Dia sama halnya dengan Antaguna. Sebab tujuan sebenarnya hanyalah untuk menyelamatkan si gadis kecil yang tidak berdosa itu, dan bukan untuk menyerang apalagi membunuh para pesilat tersebut.Tapi sepertinya, tidak ada kata ampun dari orang-orangnya Ludaya kepada siapa pun yang mencoba mengusik tuan mereka. Dari sana, Bungo semakin mengerti seperti apa watak semua orang yang berada di bawah kekuasaan Ambisar, si Gagak Api.Sepertinya untuk mend
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

Orang-Orang yang Mengerikan

“Apa yang dia pikirkan?” ujar seorang pesilat pada rekan di sampingnya.Tapi bukan hanya dia seorang, orang-orang di sekitar sana juga berpikiran yang sama terhadap kata-kata kasar Ludaya.“Mungkin dia menjadi besar kepala dengan nama besar si Gagak Api,” jawab yang lainnya pula.Dan itu pun sama dengan pemikiran para pesilat lainnya di sana.Akan tetapi, si wanita tua bercaping sepertinya tidak terpengaruh, tetap berdiri hening di sana, tidak menanggapi apa pun ucapan kasar Ludaya kepadanya. Dan itu semakin membuat Ludaya naik pitam.“Aku tidak peduli dengan siapa pun pemilik tempat ini!” teriak Ludaya dengan pedang yang masih teracung pada wanita tua bercaping. “Jika aku mau, aku bisa meratakan tempat ini! Jadi, menjauhlah kau, perempuan tua busuk, sebelum aku kehabisan kesabaranku terhadapmu!”Orang-orang semakin tidak habis pikir dengan kecongkakan Ludaya. Kata-kata kasar itu sepertinya sangat tidak pantas untuk ia ucapkan kepada seseorang yang lebih tua dari dirinya sendiri.Tapi
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

Tidak Ada Pilihan

Tapi sepertinya kedua sesepuh tidak menerima alasan apa pun. Antaguna menyadari hal ini, bahkan dia juga menyadari bahwa dia sendiri tidak akan selamat dari tangan keduanya.“Ku-Kumohon,” Antaguna mengernyit hebat, paru-paru yang terasa dingin membeku sepertinya akan meledak, lalu lelehan darah semakin banyak mengucur di sudut bibirnya. “T-Tetua… am-ambil saja aku. Ambil nyawaku atau hilangkan kesaktianku.”Orang-orang tidak ada yang berani berkata apa pun menyaksikan itu semua. Bahkan mereka tidak bergerak sejengkal pun.Sebagian mereka berpikir bahwa laki-laki tinggi, bertubuh besar, dan berotot itu tidak akan mungkin bisa tawar menawar dengan kedua sesepuh.Sementara, Puti Bungo Satangkai yang berdiri tiga langkah di belakang Antaguna tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya tidak menyangka bahwa keinginannya untuk menyelamatkan gadis kecil yang tak berdosa dalam pelukannya kini itu, ternyata berbuah hal yang lebih mengerikan, dan tidak ia duga sama sekali.Dan kini, Antaguna bertin
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

Makhluk Gaib

Bungo semakin mengernyit. Bila dia terus menerus dalam keadaan itu, maka dia ragu bahwa dia akan mampu bertahan. Setidaknya, dia akan kehilangan kedua tangannya.Untuk itulah, sang gadis bertaruh dengan melipat gandakan tenaga dalamnya.Lalu…Dhummm!“Bungo…!” Antaguna berteriak dan tertegun dengan mata membelalak lebar. Lalu dengan cepat membungkuk demi melindungi tubuh si gadis kecil dalam pangkuannya.Kawasan itu bergetar hebat seolah sedang dilanda gempa. Bersamaan itu, pecahnya tenaga dalam masing-masing menciptakan gelombang udara yang sangat dahsyat hingga mementalkan beberapa orang di sekitar sana, utamanya bagi mereka yang baru memiliki kesaktian tingkat dasar.Dua sesepuh seperti ditarik tangan raksasa, bergeser hingga lima langkah ke belakang, empat garis panjang terbentuk dari gesekan kaki mereka di tanah.Sementara itu, Bungo sendiri terpental, lalu terhempas keras ke tanah, terguling-guling hingga beberapa kali, dan baru terhenti setelah menubruk satu pohon besar.Sang g
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

Harapan Terakhir

Dua sesepuh membelalak di balik caping masing-masing, mereka dengan cepat menghindari pergerakan tubuh makhluk gaib bersisik dan bersirip tajam. Atau lebih tepatnya, hawa mengerikan yang dilepas oleh Puti Bungo Satangkai.Splass! Splass!Sesepuh pria terlempar ke kanan, berjumpalitan sedemikian rupa, dan mencecah bebatuan di tengah-tengah sungai kecil. Semua orang dapat melihat betapa kedua tangannya bergetar hebat, dan dia masih cukup beruntung dengan lapisan es tipis di kedua tangannya itu yang melindunginya. Bahkan tubuhnya menguarkan uap dingin.Sesepuh yang wanita begitu juga. Dia melenting jauh ke kiri, berputar kencang laksana gasing dengan hawa panas laksana kobaran api yang melindungi tubuhnya. Bahkan ketika dia menginjakkan kakinya ke tanah, pusaran angin kecil terbentuk dan berpusat pada pijakannya. Sekejap saja, lalu membias ke segala arah.Orang-orang yang berada berdekatan dengan wanita tua bercaping itu merasakan angin panas yang menerpa mereka.Sang sesepuh wanita juga
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more

Dikira Lugu Ternyata Suhu

Karih Narako bergetar dan berdengung semakin hebat, pria tua bercaping mati-matian mengerahkan tenaga dalamnya untuk bisa menahan keris pusaka tersebut.Di ujung sana, Puti Bungo Satangkai mencoba mengerahkan sisa-sisa tenaga yang masih ia miliki, disalurkan ke tangan kanannya yang teracung dalam mengendalikan Karih Narako.Tapi keadaannya yang sudah sangat kesakitan dan kelelahan, membuatnya tidak mampu lagi untuk mengerahkan kesaktiannya dengan sepenuhnya.Sang gadis kembali tersedak dan muntah darah untuk yang ketiga kalinya. Dan tentu saja, hal ini mempengaruhi Karih Narako di ujung sana.Memanfaatkan celah yang hanya sesaat, pria tua bercaping berteriak kencang sembari melipatgandakan kekutan tenaga dalamnya, lalu membuat gerakan seperti melempar ke arah kanan.Swiing!Karih Narako bergetar dan seolah kehilangan penuntunnya hingga terlempar jauh ke arah kanan, berputar-putar tak menentu, lalu menancap pada satu pohon. Seketika itu juga pohon tersebut meranggas dengan mengeluarkan
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
35
DMCA.com Protection Status