Share

Tidak Ada Pilihan

Tapi sepertinya kedua sesepuh tidak menerima alasan apa pun. Antaguna menyadari hal ini, bahkan dia juga menyadari bahwa dia sendiri tidak akan selamat dari tangan keduanya.

“Ku-Kumohon,” Antaguna mengernyit hebat, paru-paru yang terasa dingin membeku sepertinya akan meledak, lalu lelehan darah semakin banyak mengucur di sudut bibirnya. “T-Tetua… am-ambil saja aku. Ambil nyawaku atau hilangkan kesaktianku.”

Orang-orang tidak ada yang berani berkata apa pun menyaksikan itu semua. Bahkan mereka tidak bergerak sejengkal pun.

Sebagian mereka berpikir bahwa laki-laki tinggi, bertubuh besar, dan berotot itu tidak akan mungkin bisa tawar menawar dengan kedua sesepuh.

Sementara, Puti Bungo Satangkai yang berdiri tiga langkah di belakang Antaguna tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya tidak menyangka bahwa keinginannya untuk menyelamatkan gadis kecil yang tak berdosa dalam pelukannya kini itu, ternyata berbuah hal yang lebih mengerikan, dan tidak ia duga sama sekali.

Dan kini, Antaguna bertin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status