Share

Bukan Sehari

Antaguna secara tidak sadar memperlihatkan sisi baiknya sebagai seorang pria, dia menggeserkan kursi bambu itu untuk Puti Bungo Satangkai.

“Duduklah, Bungo,” pintanya.

Sebab berada di hadapan dua sesepuh, sang gadis menahan kegembiraannya terhadap perlakuan lembut Antaguna. Kecuali, dengan senyuman dan anggukan kepala.

Bungo duduk berhadapan dengan sesepuh pria, dan Antaguna pula berhadapan dengan sesepuh wanita. Di antara mereka hanya dipisah sebuah meja bundar yang hanya selebar seuluran tangan saja. Di atas meja, terdapat empat cawan dan sebuah kendi tembikar yang berisi air minum.

Sebab merasa bahwa dua sesepuh itu—setidaknya, akan memberikan satu dua wejangan, Antaguna mendahului keduanya.

“Sebelumnya,” dia sedikit membungkuk, “maafkan kelancangan kami berdua, Tetua. Dan, gadis di sebelah saya ini—ermm, dia bisu.”

Dua sesepuh tersenyum tipis dan mengangguk-angguk.

“Kami sudah menyadari hal ini beberapa hari yang lalu,” kata sesepuh pria.

Wajah muda-mudi itu memperlihatkan keterke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status