Home / Rumah Tangga / Bukan Istri Sah / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Bukan Istri Sah: Chapter 91 - Chapter 100

116 Chapters

Kita Lihat Nanti

“Yakin nggak mau masuk?” Banyu bertanya untuk yang kedua kali, ketika separuh tubuhnya baru muncul ke permukaan kolam. Kedua tangannya terlipat di sisi kolam, sambil menatap Damay yang mengunyah sarapannya dengan malas. Gadis itu duduk dengan memeluk kedua kaki yang ditekuk ke atas, pada kursi di depan Banyu. Rambut yang tergerai kusut, ditambah daster dengan tali spaghetti yang dibiarkan jatuh terjuntai di pangkal paha, membuat Banyu harus menelan ludah. Harusnya, Damay tidak perlu memakai hotpants agar pemandangan yang ada bisa lebih terlihat sempurna. Tadinya, pagi ini mereka akan melakukan floating breakfast jika sesuai dengan rencana awal. Namun, karena mood Damay yang sudah terlihat malas setelah bangun tidur, maka Banyu membatalkannya. Sedari tadi, wajah itu selalu saja cemberut dan mengeluh akan tubuhnya yang pegal di seluruh penjuru. “Nggak,” tolak Damay kembali menusuk buah dan memakannya. “Di sini ada tukang urut nggak, ya? Aku mau beurut.” “Ber-urut?” “Be-urut,” ujar
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

Aku ... Juga

Sungguh tiga hari, dua malam yang sangat melelahkan bagi Damay. Memenuhi hasrat Banyu yang tidak pernah surut itu, ternyata mampu membuatnya kewalahan. Suaminya itu, memang tidak memaksa Damay untuk memenuhi hasrat Banyu yang selalu menggebu jika mereka hanya berada di kamar. Namun, tiap sentuhan yang dilancarkan Banyu, selalu bisa membuat tubuh Damay berkhianat dan akhirnya menginginkan sesuatu yang lebih.Jadi, ujung-ujungnya tetap Banyu jualah yang memenangkan semuanya.Sementara Banyu, selalu terlihat bugar dan segar setiap waktu. Wajahnya semakin terlihat semringah dan tidak terlihat guratan lelah sedikit pun.“Aku nggak mau main lagi malam ini.”Bulan madu usai, Damay pun ingin tidur tanpa gangguan sama sekali. Damay juga tidak ingin mandi setelah sampai di rumah, karena tahu pasti, Banyu akan ikut bersamanya. Berada tiga hari di vila dengan pintu ruangan yang tidak disediakan kunci, Damay pun sudah mulai hafal dengan taktik suaminya itu.Sepagi-paginya Damay bangun, tidak lama
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

Panggil Aja Aku ...

“Mau, ke mana?” Tatapan Banyu menelisik penampilan Damay dari atas, hingga bawah. Celana jeans tujuh perdelapan yang dipadukan kaos longgar, dengan geraian rambut bergelombang yang dibiarkan begitu saja, langsung membuat Banyu bertanya-tanya. Yang Banyu ingat, Damay tidak akan pernah memakai celana berbahan jeans jika hanya berada di rumah. Istrinya itu, lebih menyukai memakai celana piyama, dan kaos longgar untuk sehari-harinya. Oleh sebab itu, wajar rasanya jika Banyu menaruh sedikit rasa curiga pada Damay, karena penampilannya pagi ini. “Mau ke pasar.” Damay meraih tas selempang tenun Bali, yang tergeletak di ranjang lalu memakainya. Setelah pernyataan cinta yang sungguh tidak romantis, dan tidak niat sama sekali dari Banyu semalam, hati Damay sedikitnya bisa sedikit tenang. “Aku sudah boleh keluar, kan? Haiyo! Awas kalau tipu-tipu lagi!” Banyu melihat jam dinding yang baru menunjukkan pukul enam pagi. Sementara itu, jam kantor Banyu baru akan dimulai tepat jam sembilan. Apa tid
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more

Jangan Lagi

“Jadi, kapan kita ketemu sama ibuku?”Pertanyaan itu, tiba-tiba saja tercetus ketika mereka sarapan bersama seusai berbelanja dari pasar. Banyu mengajak Damay makan di sebuah warung sederhana, yang terletak tidak jauh dari tempat Banyu memarkir mobilnya.“Aku sudah ke sana, sehari setelah kita nikah.” Banyu memang belum bercerita tentang hal ini, karena mereka belum membahas masalah Kyla sama sekali setelah menikah. “Ibumu bilang, nggak perlu lagi bawa kamu datang ke sana.”Bibir Damay itu kembali merungut maju. Bisa-bisanya Banyu tidak mengatakan hal tersebut pada Damay. Padahal, sudah seminggu lebih mereka menikah, tapi Banyu tidak pernah menyinggung hal tersebut sama sekali.Tidak lagi berselera makan, sendok yang sedari tadi berada di tangan kanan Damay langsung ia geletakkan begitu saja di atas piring. “Pak Banyu masih sentimen sama ibuku? Masih nyimpan dendam?”Banyu tetap santai menyantap rawonnya. Menunggu kunyahannya tertelan, barulah ia menanggapi pertanyaan Damay. “Bukan
last updateLast Updated : 2022-09-01
Read more

Ngerti

“Aku sudah peringatkan konsekuensinya dari awal.” Banyu menghentikan mobilnya sebentar, dengan jarak lima meter dari pintu gerbang kediaman Adam. Tidak ada yang bisa ia lakukan, selain menuruti permintaan Damay yang tidak mengacuhkannya seharian penuh. Sudah terbiasa bersama, berdebat, sekaligus bercerita ke sana kemari, Banyu merasa ada yang kurang ketika Damay sama sekali menutup mulutnya sehari penuh. Bahkan, Banyu tidak bisa berkonsentrasi ketika berada di kantor, karena telepon dan chatnya tidak ada yang direspons satu pun hari ini. “Kamu, cuma akan dapat sakit hati kalau bicara dengan mamaku,” tambah Banyu kembali memperingatkan sang istri. “Dan kalau kamu sampai sakit hati, aku nggak mau kena imbasnya.” Damay menatap pagar menjulang yang berada tidak jauh darinya. Mendadak, hatinya menjadi ragu karena peringatan Banyu barusan. Padahal, sepanjang hari ini Damay sudah menyiapkan diri, jika Banyu mendadak mengajaknya pergi untuk menemui Selly. Bagaimana, jika Damay menerima ber
last updateLast Updated : 2022-09-02
Read more

Inisiatif

Semakin dekat Banyu melangkah menuju dapur, aroma yang pernah merasuk ke indra penciumannya dahulu kala, semakin membuat perutnya lapar. Banyu masih ingat dengan jelas saat pertama kali Damay memasak di rumahnya. Menu rumahan sederhana, yang mampu membuat Banyu menahan air liur dan gejolak di dalam perutnya. Sayangnya, Damay yang terlanjur kesal kala itu, memberikan seluruh hasil masakannya untuk di makan oleh Umar dan Aras di pos depan. Alhasil, Banyu sama sekali tidak sempat merasakan sedikit pun masakan gadis itu. Oleh sebab itu, pagi ini Banyu meminta Damay untuk memasak menu sarapan yang sama seperti tempo hari. “Sudah selesai?” tanya Banyu ketika langkah kakinya baru menginjak lantai dapur. Sembari menghampiri Damay yang berada di depan kompor, Banyu melihat sayur sop dengan kepulan asap putihnya pada panci kaca. Di sebelahnya, sudah ada semangkuk sambal yang juga diminta oleh Banyu. “Tinggal nunggu ayam,” ujar Damay menoleh sebentar pada Banyu yang sedang menghampirinya. “I
last updateLast Updated : 2022-09-05
Read more

Status Banyu

Damay segera berdiri, ketika melihat Banyu baru berbelok di ujung lorong. Pria itu berjalan tegap seperti biasa, tapi kali ini pandangan yang dilemparkan keduanya tidak lagi penuh kebencian seperti dahulu kala.“Aku langsung masuk?” tanya Damay sudah melepas tasnya, tapi ia tidak melihat seorang pegawai wanita seperti dahulu kala.Banyu menggeleng, membuat ekspresi Damay berubah datar penuh tanya. “Ibumu, menolak untuk menerima kunjungan dari siapa pun.”Bahu Damay merosot hampa. Begitu pun dengan tubuh yang kembali ia hempas di atas kursi tunggu yang ada di lorong. Apa gerangan yang terjadi hingga Kyla tidak lagi ingin bertemu dengannya.“Pak Banyu … nggak bohong, kan?” Karena Banyu suka berbohong padanya dahulu kala, maka wajar rasanya jika Damay curiga akan sesuatu. Bagaimana bisa Kyla tidak ingin bertemu dengan Damay, satu-satunya putri dan keluarga yang dimiliki wanita itu saat ini.Bany menghela seraya duduk di samping sang istri. “Aku sudah pernah bilang, kalau ibumu nggak mau
last updateLast Updated : 2022-09-05
Read more

Semua Duniaku

Sejak menginjakkan kaki di pelataran kantor Banyu, satu dua pegawai yang kebetulan tengah berlalu lalang di sana spontan menghentikan pandangannya. Tatapan tanya dan ingin tahu, seolah sudah tertulis dengan jelas pada dahi mereka. Terlebih lagi, ketika melihat Banyu menggamit tangan Damay berjalan masuk ke dalam kantor. Namun, tidak ada satu pun yang berani melontarkan tanya, karena yang ada hanyalah anggukan hormat dan sapaan selamat siang. “Aku … berasa jadi nyonya-nyonya yang ada di drakor, Pak!” bisik Damay ketika mereka menaiki tangga. “Tiap ketemu karyawannya Bapak, mereka pada ngangguk gitu.” “Jangan norak.” Jika tidak sedang berada di kantor, Banyu rasanya ingin sekali menggigit bibir sang istri karena gemas. Bukannya marah atau ngambek, Damay justru tertawa pelan karena ledekan Banyu. “Aku norak banget, ya! Maklumlah, nyonya kaya baru, jadi rada syok lihatnya.” Banyu hanya bisa menggeleng, karena tingkah Damay yang terkadang bisa terlalu naif. Namun, hal itu juga yang mem
last updateLast Updated : 2022-09-06
Read more

Seluruh Sudut Rumah

“Kenapa, foto akad nikah kemarin nggak ada yang bagus?”Damay mengeluh, sambil kembali menggeser seluruh foto akad nikahnya dengan Banyu di layar laptop. Kakinya sudah bersila di kursi kerja Banyu, sedangkan pria itu tengah duduk berselonjor di sofa sambil menatap tabletnya.Seperti permintaan Damay siang tadi, maka Banyu memperlihatkan semua foto akad nikah mereka yang tersimpan di laptop yang ada di ruang kerjanya di rumah. Banyu menyerahkan semuanya pada Damay, untuk memilih foto yang nantinya akan dicetak dan di pajang.“Bagus semua,” sanggah Banyu yang sudah melihat semua hasil foto akad nikah mereka. Jadi, Banyu tidak mengerti di mana letak tidak bagusnya menurut Damay.“Nggak, ya!” Damay balik menyanggah. “Mukaku di sini tertekan semua. Dari senyumnya juga kelihatan banget kalau nikahnya karena dipaksa.”“Dipaksa enak,” jawab Banyu sekenanya.Bibir Damay mengerucut sambil menutup laptop Banyu. Beranjak cepat menghampiri sang suami, lalu duduk di tepi sofa, tepat di samping Bany
last updateLast Updated : 2022-09-06
Read more

Siap, Nyonya

“Sudah selesai?”Banyu menoleh sebentar pada Damay yang masuk ke dalam walk in closet. Setelah itu, Banyu kembali melihat deretan kemejanya yang tergantung pada rak, lalu mengambil salah satunya. Setelah kemeja selesai, Banyu beralih pada rak penyimpanan celana bahan yang digunakannya untuk bekerja.“Sudah.” Damay duduk pada sofa bench di samping cabinet island, dan melihat Banyu mempersiapkan segala sesuatunya sendiri. Sejak menikah, Banyu juga tidak pernah meminta Damay untuk urusan yang satu itu. Sementara Damay sendiri, masih belum terlalu paham akan beberapa hal di dalam pernikahan mereka. Karena jika diingat lagi, kedua orangtuanya dahulu kala memang lebih sibuk mengurus diri masing-masing.“Pak, aku mau ke tempat bu Airin, ya?” Sejak mereka menikah, Damay sama sekali tidak pernah menghubungi Airin. Hari akad nikah tempo hari, adalah kali terakhir Damay bertemu wanita itu. Setelahnya, Damay tidak tahu menahu bagaimana kabar wanita yang pernah menjadi mertuanya dalam waktu singka
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status