“Mau alasan apa lagi?” Banyu menatap Damay, dari bibir pintu kamar yang gadis itu tempati selama ini. Damay tengah bertelungkup di ranjang melihatnya, dengan sebuah buku yang terselip di kedua tangan. “Jangan malam ini, ya, Pak,” mohon Damay kemudian bangkit dan duduk bersila. Sedari tadi, Banyu sudah bolak balik memaksanya untuk pindah ke kamar atas, tapi Damay selalu mengulur waktu dan mencari-cari alasan. “Lagi dapet, perut saya suka kram sama sakit.” “Nggak ada hubungannya.” Banyu menghampiri Damay lalu berhenti di sisi ranjang. Ia mengulurkan tangan, tapi tidak kunjung disambut oleh istrinya itu. Damay bergeming dengan wajah cemberut, dan hanya menatap uluran tangan Banyu tersebut. Dari wajahnya saja, Banyu sudah bisa mengerti jika Damay tidak punya niat untuk pindah satu kamar dengannya. “Ada!” Sejak kejadian sore tadi di kamar Banyu, hubungan mereka sedikit melunak. “Kalau di bawah, kan, dekat dengan dapur, jadiii … Pak Banyu ngapain!” Damay menggeser bokongnya karena Banyu
Last Updated : 2022-08-22 Read more