Home / Rumah Tangga / Bukan Istri Sah / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Bukan Istri Sah: Chapter 71 - Chapter 80

116 Chapters

Paham

Semalaman ini, Damay sungguh tidak bisa memejamkan pikirannya. Apa yang telah terjadi sebenarnya, hingga Banyu tiba-tiba memiliki pikiran untuk menikah dengannya. Bahkan, pria itu terkesan ngotot untuk memperistri Damay segera mungkin.Jika ingin menengok ke belakang, rasa-rasanya tidak mungkin seorang Banyu yang kerap bersikap kasar padanya itu, ingin menikah dengan Damay. Semua ini, benar-benar tidak bisa diterima oleh akal sehat Damay sama sekali.“Sudah bangun.”Damay tersentak saat mendengar suara Banyu di belakangnya. Sejurus kemudian, pria langsung berdiri di sebelahnya dengan wangi sabun yang merasuk nikmat di indra penciuman Damay. Kepala Damay pun segera menggeleng untuk mengenyahkan beberapa pikiran yang tidak semestinya hinggap di kepala. Ini pasti gara-gara ajakan Banyu semalam untuk menikah dengannya. Otak Damay pun, mendadak ikut oleng karena hal tersebut.“Hm.” Damay menggumam, lalu kembali mengaduk teh yang baru saja dibuatnya. “Pak Banyu sudah sadar? Atau masih keras
last updateLast Updated : 2022-08-18
Read more

Doa Terbaik

Sebenarnya Banyu memiliki pertanyaan besar di dalam hati. Mengapa Airin harus mencampuri urusan Banyu dengan Damay hingga seperti ini. Ternyata, mobil yang datang bersama Adam adalah milik Seno, yang pagi ini juga ikut pergi ke rumah Banyu. Ayah Bumi itu, pasti sudah terkontaminasi oleh perkataan Airin. “Damay di sini?” tanya Adam begitu melihat Banyu duduk di depannya. Sementara Airin dan Seno, duduk pada sofa panjang yang berada di sisi kanan Adam. “Lagi ganti baju.” Banyu menatap Seno dan Airin secara bergantian, lalu mengangguk kecil untuk menyapa dan menghormati keduanya. “Jadi, kenapa Pak Seno sampai harus repot-repot datang ke sini juga? Dan satu pertanyaan buat Bu Airin, apa hubungan Damay dengan keluarga Ibu sebenarnya?” Banyu yakin, Airin tidak akan mungkin mengatakan pada Adam, jika Bumi dan Damay pernah menikah di Kalimantan. Airin menatap kesal, tapi ia sudah mempersiapkan jawaban tersebut sejak semalam. Karena tidak mungkin, jika Airin mengatakan bahwa Damay pernah m
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more

Terima Kasih

“Banyu! Kita harus bicara empat mata lebih dulu!”Setelah Seno dan Airin pergi dengan membawa beberapa kesepakatan, Adam memilih tetap tinggal di rumah putranya. Ada banyak hal yang harus dibicarakan Adam dengan Banyu, terkait pernikahan yang akan diadakan sore ini.Ya, sang penghulu yang pernah menikahkan Bumi dan Tari, ternyata memiliki waktu luang sore hari ini. Untuk itu, Banyu langsung membuat kesepakatan dengan Seno, agar pernikahannya dengan Damay dilangsungkan hari ini juga.“Masuk,” titah Banyu akhirnya melepas tangan Damay setelah menggenggamnya selama Seno dan Airin ada bersama mereka.“Nggak mau,” tolak Damay beranjak dari samping Banyu untuk berpindah sofa. Damay menatap Adam, kemudian berkata, “Saya nggak mau nikah sama pak Banyu.”Adam tersenyum miring menatap putranya. Ternyata, semuanya ini hanyalah keinginan Banyu semata. Adam semakin yakin, jika Banyu hanya ingin membalas dendam dengan menikahi Damay. “Banyu, jangan dibutakan sama dendam. Ibu Damay sudah dapat balas
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Baik-baik Saja

“Damay! Ayo ganti baju.” Airin masuk ke dalam kamar gadis itu, dan cukup terkejut karena Damay belum memakai kebaya putihnya sama sekali. Bahkan wajah gadis itu masih terlihat polos, tanpa sapuan make up apapun. “Mbaknya nggak mau, Bu,” lapor MUA yang sudah disiapkan oleh Airin untuk merias gadis itu. “Dari tadi cuma diam di situ.” Sejak Adam meninggalkan rumah pagi tadi, Damay sama sekali tidak mendapati Banyu berada di rumah. Ketika Damay bertanya pada Umar, pria itu mengatakan Banyu sudah pergi tidak lama setelah kepergian Adam. Bahkan, sampai detik ini pun, Damay masih belum bertemu dengan pria yang bersikeras untuk menikah dengannya itu. Airin menghela pendek sambil menghampiri Damay, lalu duduk di sebelah gadis itu. “Kenapa? Ada masalah yang mengganjal?"“Bu Airin, saya nggak mau nikah sama pak Banyu.” Damay ingin menangis saja rasanya, tapi entah mengapa air matanya tidak kunjung keluar. “Saya masih 19 tahun, Bu. Masih mau kuliah, mau kerja, senang-senang sama teman di luar
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Siap!

Damay menatap pantulan dirinya pada cermin meja rias. Jika ingin membandingkan, tentu saja pernikahannya dengan Banyu kali ini lebih terlihat sungguhan. Saat dengan Bumi tempo hari, semua terkesan dipaksakan dan tanpa kebaya juga riasan sempurna seperti kali ini.Bahkan, kali ini Damay merasakan gugup hingga membuat kedua telapak tangannya terasa beku. Jantungnya tidak berhenti berdegup laju, dan membuat Damay sibuk bertanya-tanya, ada apa gerangan dengan dirinya saat ini?Saat pintu kamarnya terbuka, Damay segera menoleh dan mendapati Airin kembali masuk ke dalam. Kali ini, wajah wanita paruh baya itu terlihat seringah dan ramah.“Pak penghulunya sudah datang, dan lagi siap-siap,” ujar Airin sungguh mengagumi kecantikan Damay saat ini. Ia pun berdiri di belakang gadis itu, lalu menjatuhkan kedua tangan pada bahu Damay.Damay membuang napas panjang, lalu mengangguk gugup. Ia menurut saja, karena sudah tidak punya pilihan lain dan tidak bisa mundur lagi.“Kata Banyu, bu Selly nggak aka
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Pelan-pelan

Damay menurunkan lambaian tangannya ketika Airin sudah masuk ke dalam mobil. Senyum palsu yang disematkan sedari tadi, langsung luntur seketika saat Seno membawa mobilnya menuju ke pintu gerbang. Prosesi pernikahan yang begitu singkat, tapi benar-benar sakral itu, akhirnya selesai juga. Menyisakan, Damay dan Banyu yang kini sudah sah menyandang status suami istri.“Mau ke mana?” Banyu dengan sigap meraih tangan Damay yang baru saja berbalik dan hendak pergi darinya.“Mau ke mana lagi memangnya,” rungut Damay memasang wajah cemberut pada Banyu. “Masuk lagi ke dalam sangkar! Meratapi nasib!”Damay menarik cepat tangannya agar terlepas dari genggaman Banyu. Sedikit menunduk lalu mengangkat rok kebayanya sebatas lutut, kemudian melangkah dengan bebas memasuki rumah. Sepanjang jalan, Damay sibuk mengomel di dalam hati karena kembali menikah dengan situasi yang tidak terduga. Tidak bisakah Damay mengenal pria secara normal, menjalin kasih atau berpacaran terlebih dahulu, baru merencanakan p
last updateLast Updated : 2022-08-21
Read more

Melebih Batas

“Mau alasan apa lagi?” Banyu menatap Damay, dari bibir pintu kamar yang gadis itu tempati selama ini. Damay tengah bertelungkup di ranjang melihatnya, dengan sebuah buku yang terselip di kedua tangan. “Jangan malam ini, ya, Pak,” mohon Damay kemudian bangkit dan duduk bersila. Sedari tadi, Banyu sudah bolak balik memaksanya untuk pindah ke kamar atas, tapi Damay selalu mengulur waktu dan mencari-cari alasan. “Lagi dapet, perut saya suka kram sama sakit.” “Nggak ada hubungannya.” Banyu menghampiri Damay lalu berhenti di sisi ranjang. Ia mengulurkan tangan, tapi tidak kunjung disambut oleh istrinya itu. Damay bergeming dengan wajah cemberut, dan hanya menatap uluran tangan Banyu tersebut. Dari wajahnya saja, Banyu sudah bisa mengerti jika Damay tidak punya niat untuk pindah satu kamar dengannya. “Ada!” Sejak kejadian sore tadi di kamar Banyu, hubungan mereka sedikit melunak. “Kalau di bawah, kan, dekat dengan dapur, jadiii … Pak Banyu ngapain!” Damay menggeser bokongnya karena Banyu
last updateLast Updated : 2022-08-22
Read more

Istri yang Sebenarnya

Pagi harinya, Banyu terbangun tanpa ada gadis itu di sampingnya. Banyu mengusap wajahnya sebentar, kemudian bangkit tapi tidak langsung beranjak ke mana pun. Jarum jam yang tergantung pada dinding di depannya baru menunjukkan pukul 4.30, tapi Damay sudah pergi entah ke mana. Ketika Banyu menurunkan kedua kakinya dari tempat tidur, ia mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Sejurus kemudian, Damay keluar dan gadis itu berjalan santai, tapi wajahnya langsung cemberut ketika melihat Banyu. “Pak Banyu!” Dengan kedua kaki yang menghentak kesal, Damay berjalan menghampiri Banyu dan duduk di samping pria itu. Damay mengangkat tinggi wajahnya untuk menunjukkan leher jenjangnya di depan Banyu. “Merahnya banyak banget ini!” seru Damay sembari menunjukkan bagian-bagian yang sudah ia lihat di cermin wastafel kamar mandi. “Kenapa? Mau lagi?” Pagi-pagi disuguhi leher jenjang dengan wangi sabun yang merasuk ke indra penciumannya, Banyu tentunya ingin mengulang kegiatan tadi malam bersama i
last updateLast Updated : 2022-08-22
Read more

Melepas Tanggung Jawab

Sebelum pergi ke kantor, ada dua tempat yang harus dikunjungi Banyu terlebih dahulu. Untuk itu, ia pun berangkat lebih pagi agar tidak terlalu siang ketika sampai di kantor. Persinggahan pertama Banyu adalah kediaman utama Wiratama. Ada yang harus Banyu bicarakan dengan Selly terkait pernikahannya dengan Damay.Di halaman rumah, Banyu sudah melihat mobil Tari yang terparkir di sana. Baguslah! Jika seperti itu, Banyu hanya perlu menjelaskan dalam sekali pertemuan, dan selesai tanpa membuang waktu.“Pagi,” sapa Banyu pada kedua orang wanita yang tengah duduk santai di taman belakang, tapi wajah mereka terlihat tegang. Sebelumnya, Banyu meminta Adam untuk tidak terlibat dalam pembicaraannya dengan sang mama, karena topik obrolan mereka nanti akan melibatkan Kyla.“Mas!” Tari sudah berseru lebih dulu dan berdiri dari kursi rotan sintetis yang didudukinya. “Kamu nikah sama anaknya tante Kyla? Gila! Bisa-bisanya—”“Damay Savita,” sela Banyu untuk membungkam Tari. “Pernah dengar dan ketemu,
last updateLast Updated : 2022-08-24
Read more

Restu

“Banyuarta …”Bokong Kyla terhempas kesal pada satu-satunya kursi yang ada ada di ruangan. Duduk berseberangan dengan Banyu, lalu bersandar dan bersedekap. Wajahnya memandang datar, karena Kyla tahu benar pria yang ada di depannya sekarang sangatlah membencinya.“Ada perlu apa ke sini?” lanjut Kyla ingin pertemuan tersebut segera selesai.Banyu pun bersedekap tegak, dengan kedua kaki terbuka yang sejajar bahu. Menelisik wajah Kyla dengan seksama, dan membandingkannya dengan Damay. Jika sedang berdiam diri dan cuek seperti sekarang, wanita paruh baya itu sangat mirip dengan istrinya. Banyu akhirnya bisa menyimpulkan, darimana sifat Damay tersebut berasal.“Saya, sudah menikah dengan putri ibu, kemarin sore.” Banyu rasa, ia tidak perlu berbasa-basi untuk menyampaikan kabar pernikahannya dengan Damay.Hening.Kyla masih memproses kalimat yang diucapkan Banyu, dan mengulangnya dengan perlahan di kepala.“Kamu … apa?” Kyla mencondongkan tubuh dan mendekatkan daun telinganya ke arah Banyu.
last updateLast Updated : 2022-08-24
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status