Beranda / Rumah Tangga / Bukan Istri Sah / Seluruh Sudut Rumah

Share

Seluruh Sudut Rumah

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-06 23:34:58

“Kenapa, foto akad nikah kemarin nggak ada yang bagus?”

Damay mengeluh, sambil kembali menggeser seluruh foto akad nikahnya dengan Banyu di layar laptop. Kakinya sudah bersila di kursi kerja Banyu, sedangkan pria itu tengah duduk berselonjor di sofa sambil menatap tabletnya.

Seperti permintaan Damay siang tadi, maka Banyu memperlihatkan semua foto akad nikah mereka yang tersimpan di laptop yang ada di ruang kerjanya di rumah. Banyu menyerahkan semuanya pada Damay, untuk memilih foto yang nantinya akan dicetak dan di pajang.

“Bagus semua,” sanggah Banyu yang sudah melihat semua hasil foto akad nikah mereka. Jadi, Banyu tidak mengerti di mana letak tidak bagusnya menurut Damay.

“Nggak, ya!” Damay balik menyanggah. “Mukaku di sini tertekan semua. Dari senyumnya juga kelihatan banget kalau nikahnya karena dipaksa.”

“Dipaksa enak,” jawab Banyu sekenanya.

Bibir Damay mengerucut sambil menutup laptop Banyu. Beranjak cepat menghampiri sang suami, lalu duduk di tepi sofa, tepat di samping Bany
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (17)
goodnovel comment avatar
emilia Noegroho
sambil senyum2 bacany... ga pernah bosan... n yg selalu ditunggu update ny
goodnovel comment avatar
devirullie27
Jd pusing sendiri ini, banyuarta...bNyuarta.. ...
goodnovel comment avatar
Susi.T
ya ampun.. banyu udah bucin akut ini.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Istri Sah   Siap, Nyonya

    “Sudah selesai?”Banyu menoleh sebentar pada Damay yang masuk ke dalam walk in closet. Setelah itu, Banyu kembali melihat deretan kemejanya yang tergantung pada rak, lalu mengambil salah satunya. Setelah kemeja selesai, Banyu beralih pada rak penyimpanan celana bahan yang digunakannya untuk bekerja.“Sudah.” Damay duduk pada sofa bench di samping cabinet island, dan melihat Banyu mempersiapkan segala sesuatunya sendiri. Sejak menikah, Banyu juga tidak pernah meminta Damay untuk urusan yang satu itu. Sementara Damay sendiri, masih belum terlalu paham akan beberapa hal di dalam pernikahan mereka. Karena jika diingat lagi, kedua orangtuanya dahulu kala memang lebih sibuk mengurus diri masing-masing.“Pak, aku mau ke tempat bu Airin, ya?” Sejak mereka menikah, Damay sama sekali tidak pernah menghubungi Airin. Hari akad nikah tempo hari, adalah kali terakhir Damay bertemu wanita itu. Setelahnya, Damay tidak tahu menahu bagaimana kabar wanita yang pernah menjadi mertuanya dalam waktu singka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Bukan Istri Sah   Ayo

    Kedatangan Damay ke rumahnya bersama Banyu siang itu, jelas membuat Airin cukup terkejut. Tidak ada angin, tidak ada hujan, maupun kabar berita, sepasang suami istri itu datang sambil membawa beraneka macam makanan untuk Airin. Salah satunya merupakan masakan Damay, yang memang dikhususkan untuk Airin dan Seno. Akan tetapi, ada satu hal yang membuat Airin tampak bahagia dengan tulus dan ikhlas. Dari binar wajah Damay yang ceria itu, Airin dapat menyimpulkan jika pernikahan keduanya berjalan bahagia. “Makasih ya, May! Besok-besok, kalau mau ke sini, ke sini aja, nggak usah repot bawa begini.” Airin dengan segera meminta Imah untuk membawa semua makanan yang ada di atas meja tamu ke belakang. “Nggak repot, kok, Bu,” sanggah Damay masih menautkan jemari tangan kirinya dengan Banyu. “Bu Airin sama bapak sehat aja, kan?” Airin tersenyum hangat. Jika diperhatikan lagi, Damay sebenarnya adalah gadis yang baik. Penampilannya sederhana, masih muda, manis, dan hasil masakannya pun tidak per

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Bukan Istri Sah   Puas

    “Tuh, kan, hamil, kan!” Bukannya tidak senang ketika dinyatakan hamil oleh sang dokter kandungan beberapa waktu lalu, tapi, Damay hanya belum siap. Damay khawatir, tidak bisa menjadi ibu yang baik karena usianya masih terlalu muda. “Masih ingat kata bu Airin?” Banyu merangkul Damay yang masih terduduk di kursi besi ruang tunggu, untuk melihat hasil USG kehamilannya. “Kamu harus bersyukur, karena nggak semua orang bisa langsung hamil setelah menikah.” Reflek, Damay merebahkan kepalanya di pundak Banyu. Dengan menghela panjang, Damay mengusap perutnya yang memang terasa sedikit keras. “Kata tetanggaku dulu, ibuku sama almarhum bapak itu nikah muda. Lulus SMA mereka nikah, terus langsung hamil juga. Tapi, waktu aku lahir, semuanya diurus sama nenek, karena ibu nggak tahu apa-apa. Terus, nanti kalau aku lahiran, yang bantuin ngurus anakku siapa?” Kyla masih ada di penjara, sementara Damay tidak mungkin mengeluh dan meminta tolong kepada ibu mertuanya. Terlintas bayangan Airin di kepal

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • Bukan Istri Sah   Harap Maklum

    Benar tebakan Banyu. Wajah Adam langsung berbinar, ketika Banyu menyodorkan ponsel dengan foto USG calon bayinya di dalam sana. Sorot mata bahagia itu, tidak bisa ditepis dan terlihat jelas saat kedua jari keriput itu tengah sibuk melebarkan gambar, dan mengecilkannya berulang kali. Meskipun hanya dominan warna hitam putih dan sebuah bulatan yang terlihat di sana, tapi Adam tidak bisa menyembunyikan rasa sukacitanya. “Kejar setoran ini namanya. Sebulan, langsung isi.” Adam tertawa lepas sambil menyerahkan kembali ponsel Banyu. “Kirimkan ke papa.” Banyu pun ikut terkekeh pelan, dengan rasa hangat yang menyelimuti hatinya. Kehamilan yang tidak direncanakan, tapi Banyu tidak menampik jika ia juga mengharapkan hal tersebut. Bagi Banyu, kapan pun Damay hamil nantinya sungguh bukan masalah. Bahkan, ketika Damay mengatakan tidak siap pun, Banyu tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Namun, Banyu memang sengaja tidak mengingatkan Damay untuk membeli pil kontrasepsi, seperti yang serin

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • Bukan Istri Sah   Awas Aja

    Tujuan utama Banyu setelah menginjakkan kaki di rumah, adalah dapur. Ia hendak meletakkan kepiting yang baru saja dibelinya, setelah itu bergegas ke kamar untuk mendatangi sang istri. Namun, Banyu langsung membelokkan langkahnya ketika melihat Damay tengah duduk sendiri di ruang makan. Gadis itu tengah menikmati potongan paha ayam dengan lahap, tanpa terlihat ada nasi yang menyertainya. “Lapar, Bu?” Damay diam. Tidak menyahut, karena tidak suka dengan panggilan yang disematkan Banyu untuknya. Hanya sebuah lirikan singkat yang Damay berikan pada Banyu, kemudian kembali melahap ayah panggangnya. “Aku bawa kepiting.” Banyu meletakkan bungkusan yang dibawanya, lalu duduk di samping Damay. “Kepiting?” Damay langsung meletakkan ayam panggangnya. Mengambil bungkusan di atas meja lalu membukanya dengan cepat, begitu aroma kepiting saus Padang itu merasuk tajam ke dalam hidung, Damay segera bangkit untuk berlari ke dapur. Semua isi perut yang baru saja terisi, langsung ia muntahkan ke dal

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Bukan Istri Sah   Gala Dinner

    Untuk pertama kalinya, malam ini Banyu mengajak Damay untuk menghadiri sebuah gala dinner yang diadakan Pemprov, di sebuah hotel berbintang. Untuk pertama kalinya juga, Banyu hadir dengan status baru sebagai seorang suami, yang membawa istrinya untuk menghadiri sebuah acara penting.Akhirnya, semua orang bisa memastikan dengan mata kepalanya sendiri, bahwa Banyu memang sudah menikah. Sepasang cincin yang melingkar di jari manis keduanya, bisa menjadi pertanda bahwa Banyu dan gadis yang digandengnya memang sudah menikah. Ditambah lagi, belakangan ini memang santer terdengar gosip bahwa Banyu sudah menanggalkan masa lajangnya dengan menikah diam-diam.Gosip tersebut juga santer terdengar dari mulut pada karyawan Banyu, yang bertemu dengan beberapa klien di luar. Belum lagi, dua buah foto yang terpajang di dinding, dan meja ruang kerja Banyu di kantor, semakin menguatkan bahwa pria itu memang sudah benar-benar menikah. Gadis manis yang sempat dibawa Banyu ke kantor saat itu, bukanlah kek

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-11
  • Bukan Istri Sah   Belum Tuntas

    Karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, maka Banyu tidak menghalau Bumi untuk menghampiri mereka dan duduk di meja yang sama. Paling tidak, hanya beberapa menit sebelum acara dimulai kemudian Bumi harus pergi dan kembali ke mejanya. “Kamu … beneran hamil?” tanya Bumi harus bebicara dengan adanya Banyu, yang duduk sebagai penengah antara dirinya dan Damay. Sejak mengetahui kabar tersebut di kediaman Adam tempo hari, akhirnya Bumi bisa bertemu langsung dengan Damay, meskipun situasinya tidak mengenakkan seperti sekarang. Tatapan Bumi pun terhalang oleh Banyu yang terlihat sangat posesif, sehingga ia tidak bisa memperhatikan bagian perut gadis itu untuk memastikan. Namun, jika dilihat dari wajah, pipi Damay memang tampak chubby dan bobot tubuhnya juga terlihat sedikit bertambah. Satu yang pasti, gadis itu sungguh terlihat memukau malam ini dan Bumi baru menyadarinya. “Sudah, sekarang usianya dua bulan,” sambar Banyu mengambil alih jawaban sang istri. “Ada lagi yang mau kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-12
  • Bukan Istri Sah   Perasaan Damay

    Minggu pagi yang sangat tenang. Matahari tidak terlihat terik, membuat udara yang menyelimuti pagi ini cukup terasa sejuk. Damay tengah bersantai pada daybed di samping kolam renang, yang baru dibeli beberapa hari yang lalu. Sementar Banyu, dari tadi masih sibuk meregangkan tubuh untuk pemanasan, sebelum menceburkan diri ke kolam renang. “Pak Banyu, siangan tempat bu Airin, ya!” ujar Damay sambil terus mengetikkan sesuatu di layar perseginya. “Bu Airin mau bikin rujak katanya. Barusan dari pasar, beli buah banyak.” Banyu baru saja hendak mencemburkan diri, tapi langsung ia urungkan. Semakin ke sini, Damay justru semakin dekat dengan Airin. Jika merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan, atau ingin mencari tahu beberapa hal tentang kehamilan, Damay pasti menghubungi Airin terlebih dahulu daripada dokternya sendiri. Bukannya Banyu tidak suka dengan keakraban mereka, tapi ada hati Tari yang sebenarnya juga harus dijaga. Hingga usia kandungan Damay yang memasuki trimester kedua, Tari mas

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-12

Bab terbaru

  • Bukan Istri Sah   Giveaway~~

    Halu Mba beb ... Kita langsung aja ya. Berikut ini daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak untuk Bukan Istri Sah. Plus, yang sudah ngasih usulan nama anaknya pak Banyu yaa. Amee la : 1.000 koin GN + pulsa 200rb ArPi Kim : 750 koin GN + pulsa 150 rb Zee Sandi : 500 koin GN + pulsa 100 rb Tralala : 350 koin GN + pulsa 50 rb Tyarini : 250 koin Gn + pulsa 25 rb RiztyrieM : 150 koin Gn + pulsa 20 rb Sila klaim via DM ke igeh saia yaa, @kanietha_ dan jangan lupa untuk follow lebih duluuh yaa. Atas semua atensinya untuk pak Banyu juga Damay, saia ucapkan terima kasih banyak-banyak. Kiss so muuch ....PS : Saia tunggu sampe tangga 28 Sept '22 pukul 12.00 siang hari yakk.Kalau masih belum setor, saia anggap HANGUS.🙏🙏🙏

  • Bukan Istri Sah   A Great Relationship

    “Haloo, cucu Eyang …” Airin langsung mengambil alih bayi tampan yang semakin menggemaskan dari gendongan Damay. Mengangkatnya setinggi kepala, lalu memberi ciuman gemas pada kedua pipi gembilnya. Bayi mungil yang sudah berusia tiga bulan itu, hanya bisa tertawa geli dengan ulah wanita yang sudah menganggapnya sebagai cucu sendiri. “Kamu titip sini aja sama Eyang, ya!” seru Airin berbicara pada bayi yang tersenyum melihatnya. “Biar daddy sama mami aja yang ke Kalimantan, sekalian bulan madu.” Seno menggeleng melihat tingkah istrinya, yang memang sangat merindukan seorang cucu. Tidak hanya Airin sebenarnya, tapi Seno juga berharap hal yang sama. Namun, apa mau dikata jika Bumi dan Tari masih belum kunjung diberi keturunan hingga saat ini. Keduanya sudah mengikuti program hamil dan menjalankan semua perintah dari dokter, tapi, sampai saat ini masih belum berhasil. Sejenak, Seno sempat berpikir. Bagaimana bila Damay dahulu kala benar-benar menjadi menantunya. Akan tetapi, Seno dengan s

  • Bukan Istri Sah   Demi Apapun

    Malam yang penuh ketegangan itu, akhirnya bisa dilewati Damay dan Banyu dengan rasa lega. Hanya berdua tanpa keluarga, dan benar-benar buta akan semua hal. Mereka hanya mengandalkan petunjuk dan perintah dokter, serta para perawat yang bertugas untuk mengecek kondisi Damay.Setelah ini, Banyu hanya akan memfokuskan diri dengan keluarga kecilnya. Baru kali ini Banyu benar-benar menghadapi semua ketegangan seorang diri. Tanpa support dari keluarga, yang dahulu kala pernah ia bela mati-matian. Hampir seluruh hidup Banyu, sudah ia curahkan pada Selly, maupun Tari. Namun, tidak satu pun dari keduanya datang, atau paling tidak, menghubungi Banyu melalui panggilan telepon.Hanya ada Adam, yang sesekali mengirimkan pesan untuk bertanya mengenai proses kelahiran cucunya. Sementara yang lain, seolah tenggelam bak ditelan bumi.Justru, orang lainlah yang kini terasa seperti keluarga bagi Banyu. Ada Airin, yang langsung menelepon pagi itu, ketika Damay mengabarkan bahwa sang bayi laki-lakinya sud

  • Bukan Istri Sah   Buruaan

    “Tarik napas.” Damay mengikuti instruksi Banyu, ketika kontraksinya mulai kembali datang. Sejak pria itu kembali dari kantor, yang dilakukan Damay hanyalah menempel pada sang suami. Saat kontraksi itu datang, yang diinginkan Damay hanya berada di dalam pelukan Banyu, dan menginginkan sang suami untuk mengusap punggung, maupun perutnya dengan perlahan. “Masih kuat?” tanya Banyu kembali memastikan kondisi istrinya. Banyu memang tidak bisa merasakan rasa sakit yang mulai kerap menghampiri sang istri. Namun, jika dilihat dari wajah pias disertai bulir keringat yang membasahi wajah Damay, Banyu yakin bahwa rasa sakit itu benar-benar luar biasa. Itu baru kontraksi, bagaimana jika waktu kelahiran itu akhirnya tiba? “Kuat.” Damay berujar lirih untuk menyemangati dirinya sendiri. Sudah hampir seharian ini Damay merasakan sakit yang tidak ada duanya. Sekujur tubuhnya, dari kepala hingga kaki sungguh merasakan semua nyeri tanpa terkecuali. “Tapi sakiiit.” “Sabar sebentar.” Banyu masih memeluk

  • Bukan Istri Sah   Iya, Daddy

    “Sebentar lagi aku tinggal, sebelum makan siang aku balik.” Jelang subuh, Damay mulai mengeluh sakit perut. Baik Airin maupun dokter yang menangani Damay, sudah berpesan agar jangan terlalu panik dalam menghadapi kontraksi jelang hari perkiraan lahir. Apalagi, jika rentang waktu kontraksi tersebut belumlah terlalu rapat, Namun, tidak dengan Banyu. Ketika ia mendengar keluhan yang berbeda dari sang istri, Banyulah yang merasa panik lebih dulu. Semua tas persiapan untuk pergi ke rumah sakit, langsung Banyu letakkan sendiri di bagasi mobil tanpa menyuruh siapa pun. Banyu ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri, jika semua persiapan sudah lengkap dan tidak ada yang kurang sama sekali. Tidak cukup sampai di situ. Begitu pagi menjelang, Banyu segera meminta Damay bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Karena ada meeting yang tidak bisa ditinggal Banyu pagi harinya, maka ia merasa lebih aman jika meninggalkan Damay di rumah sakit. “Tapi kalau ada apa-apa, cepat kabari aku,” tambah Ban

  • Bukan Istri Sah   Langsung Pulang

    “Nggak usah beli boks bayi, taruh aja di kasur, beres. Nggak ribet angkat-angkat.” Banyu masih berdiri di samping boks bayi, yang menarik perhatiannya. Namun, Damay sudah meninggalkannya karena tidak setuju membeli tempat tidur khusus untuk bayi mereka. Bukankah lebih aman jika bayi mungil mereka nantinya diletakkan di boks bayi, daripada di atas tempat tidur? Banyu yang masih ingin membeli tempat tidur untuk bayinya, bergegas menyusul Damay yang tengah berbicara dengan salah satu pramuniaga toko. Banyu menunggu sejenak, sampai Damay menyelesaikan obrolannya sembari menyerahkan daftar catatan perlengkapan bayi yang akan dibeli kali ini. “Bukannya lebih enak dan aman pake boks bayi?” ujar Banyu setelah pramuniaga toko pergi, untuk mencari dan mempersiapkan barang-barang pesanan Damay. “Tetanggaku yang pernah lahiran, nggak ada yang pernah beli boks bayi, aman-aman aja.” Mata Damay menyasar pada kursi tunggu yang berada di sebelah pintu bagian dalam. Kemudian, ia kembali meninggalkan

  • Bukan Istri Sah   Besok Pagi

    “Pak Banyuu.” Damay menempel pada bingkai pintu ruang kerja Banyu. Menguap sebentar, kemudian kembali melanjutkan ucapannya. “Kerjanya masih lama? Aku sudah ngantuk.” Banyu mengalihkan wajah dari laptop. “Tidur aja duluan.” Bagaimana Damay bisa tidur jika tidak ada Banyu di sampingnya. Jika siang hari, Damay memang sudah terbiasa tidur tanpa Banyu, karena suaminya itu memang harus bekerja. Namun, ketika malam menjelang seperti ini, Damay tidak bisa memejamkan mata kecuali ada Banyu di sampingnya. Hal ini sudah terjadi sejak awal-awal kehamilan Damay, dan ini pertama kalinya Banyu belum masuk ke kamar mereka, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. “Aku nggak bisa tidur,” keluh Damay kemudian berjalan masuk menghampiri Banyu. Damay mendudukkan dirinya di atas paha Banyu, lalu bersandar pada tubuh sang suami. “Nggak ada yang meluk.” Banyu terkekeh pelan, lalu merengkuh tubuh Damay dengan kedua tangannya. Semakin hari, istrinya itu semakin posesif, manja, dan tida

  • Bukan Istri Sah   Hati Damay

    “Ini pertama, dan terakhir kalinya kita pergi nonton.” Belum ada lima menit mereka berdua duduk berdampingan di dalam bioskop, Damay sudah menguap hingga berulang kali. Saat penerangan di dalam ruang mulai dimatikan, detik itu juga Damay langsung menutup mata dan merajut mimpinya dengan lelap. Menyisakan Banyu, yang pada akhirnya harus menonton film romantis pilihan sang istri, yang sangat membosankan seorang diri. Damay tergelak tanpa melepas tangannya yang bergelayut rapat pada lengan Banyu. “Ngajaknya, sih, pas jam aku tidur siang. Jadinya ngantuk, kan? Apalagi habis makan banyak di rumah bu Airin, tambah lengket mataku jadinya.” Banyu berdecak, tapi tersenyum kemudian saat melihat wajah Damay yang tampak ceria. Lebih baik seperti ini, daripada harus melihat sang istri menangis seperti pagi tadi. “Ini mau makan lagi? Pulang? Atau … ke mana?” “Cari tempat duduk, ngabisin pop corn, terus kita pulang.” Banyu tidak salah jika masih saja menganggap sang istri terlalu naif. Sebenar

  • Bukan Istri Sah   Sekali Aja

    Banyu membuka pintu kamar dengan perlahan. Menghela sejenak, saat melihat Damay sudah berbaring miring dengan memakai selimut yang dipakainya dengan asal. Tubuh Damay masih terlihat berguncang kecil, karena sesenggukan dengan sisa tangis yang belum kunjung hilang.Setelah mendengar semua isi perasaan Damay, Banyu akhirnya menyadari di mana letak kesalahannya. Tari dan keluarganya memang penting bagi Banyu, tapi mereka semua bukanlah hal yang utama setelah ia memiliki istri. Harusnya, Banyu bisa menempatkan diri ketika berada di situasi seperti sekarang.Damay benar tentang Tari. Harusnya, Banyu tidak perlu lagi memikirkan Tari karena sang adik sudah memiliki keluarga sendiri. Tari sudah dewasa dan bahagia bersama Bumi. Jadi, Banyu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan bagaimana perasaan Tari saat ini.Banyu naik ke atas tempat tidur dan langsung membaringkan tubuh di samping Damay. Memeluk istrinya dari belakang, kemudian mengusap perut buncit itu dengan perlahan.“Mau ke tempat bu Airi

DMCA.com Protection Status