Share

Kita Lihat Nanti

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-30 23:20:30

“Yakin nggak mau masuk?”

Banyu bertanya untuk yang kedua kali, ketika separuh tubuhnya baru muncul ke permukaan kolam. Kedua tangannya terlipat di sisi kolam, sambil menatap Damay yang mengunyah sarapannya dengan malas. Gadis itu duduk dengan memeluk kedua kaki yang ditekuk ke atas, pada kursi di depan Banyu. Rambut yang tergerai kusut, ditambah daster dengan tali spaghetti yang dibiarkan jatuh terjuntai di pangkal paha, membuat Banyu harus menelan ludah.

Harusnya, Damay tidak perlu memakai hotpants agar pemandangan yang ada bisa lebih terlihat sempurna.

Tadinya, pagi ini mereka akan melakukan floating breakfast jika sesuai dengan rencana awal. Namun, karena mood Damay yang sudah terlihat malas setelah bangun tidur, maka Banyu membatalkannya. Sedari tadi, wajah itu selalu saja cemberut dan mengeluh akan tubuhnya yang pegal di seluruh penjuru.

“Nggak,” tolak Damay kembali menusuk buah dan memakannya. “Di sini ada tukang urut nggak, ya? Aku mau beurut.”

“Ber-urut?”

“Be-urut,” ujar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dewi Soetanto
banyuuuuu.........
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
banyuarta berubah 180 darjah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Istri Sah   Aku ... Juga

    Sungguh tiga hari, dua malam yang sangat melelahkan bagi Damay. Memenuhi hasrat Banyu yang tidak pernah surut itu, ternyata mampu membuatnya kewalahan. Suaminya itu, memang tidak memaksa Damay untuk memenuhi hasrat Banyu yang selalu menggebu jika mereka hanya berada di kamar. Namun, tiap sentuhan yang dilancarkan Banyu, selalu bisa membuat tubuh Damay berkhianat dan akhirnya menginginkan sesuatu yang lebih.Jadi, ujung-ujungnya tetap Banyu jualah yang memenangkan semuanya.Sementara Banyu, selalu terlihat bugar dan segar setiap waktu. Wajahnya semakin terlihat semringah dan tidak terlihat guratan lelah sedikit pun.“Aku nggak mau main lagi malam ini.”Bulan madu usai, Damay pun ingin tidur tanpa gangguan sama sekali. Damay juga tidak ingin mandi setelah sampai di rumah, karena tahu pasti, Banyu akan ikut bersamanya. Berada tiga hari di vila dengan pintu ruangan yang tidak disediakan kunci, Damay pun sudah mulai hafal dengan taktik suaminya itu.Sepagi-paginya Damay bangun, tidak lama

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-30
  • Bukan Istri Sah   Panggil Aja Aku ...

    “Mau, ke mana?” Tatapan Banyu menelisik penampilan Damay dari atas, hingga bawah. Celana jeans tujuh perdelapan yang dipadukan kaos longgar, dengan geraian rambut bergelombang yang dibiarkan begitu saja, langsung membuat Banyu bertanya-tanya. Yang Banyu ingat, Damay tidak akan pernah memakai celana berbahan jeans jika hanya berada di rumah. Istrinya itu, lebih menyukai memakai celana piyama, dan kaos longgar untuk sehari-harinya. Oleh sebab itu, wajar rasanya jika Banyu menaruh sedikit rasa curiga pada Damay, karena penampilannya pagi ini. “Mau ke pasar.” Damay meraih tas selempang tenun Bali, yang tergeletak di ranjang lalu memakainya. Setelah pernyataan cinta yang sungguh tidak romantis, dan tidak niat sama sekali dari Banyu semalam, hati Damay sedikitnya bisa sedikit tenang. “Aku sudah boleh keluar, kan? Haiyo! Awas kalau tipu-tipu lagi!” Banyu melihat jam dinding yang baru menunjukkan pukul enam pagi. Sementara itu, jam kantor Banyu baru akan dimulai tepat jam sembilan. Apa tid

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Bukan Istri Sah   Jangan Lagi

    “Jadi, kapan kita ketemu sama ibuku?”Pertanyaan itu, tiba-tiba saja tercetus ketika mereka sarapan bersama seusai berbelanja dari pasar. Banyu mengajak Damay makan di sebuah warung sederhana, yang terletak tidak jauh dari tempat Banyu memarkir mobilnya.“Aku sudah ke sana, sehari setelah kita nikah.” Banyu memang belum bercerita tentang hal ini, karena mereka belum membahas masalah Kyla sama sekali setelah menikah. “Ibumu bilang, nggak perlu lagi bawa kamu datang ke sana.”Bibir Damay itu kembali merungut maju. Bisa-bisanya Banyu tidak mengatakan hal tersebut pada Damay. Padahal, sudah seminggu lebih mereka menikah, tapi Banyu tidak pernah menyinggung hal tersebut sama sekali.Tidak lagi berselera makan, sendok yang sedari tadi berada di tangan kanan Damay langsung ia geletakkan begitu saja di atas piring. “Pak Banyu masih sentimen sama ibuku? Masih nyimpan dendam?”Banyu tetap santai menyantap rawonnya. Menunggu kunyahannya tertelan, barulah ia menanggapi pertanyaan Damay. “Bukan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Bukan Istri Sah   Ngerti

    “Aku sudah peringatkan konsekuensinya dari awal.” Banyu menghentikan mobilnya sebentar, dengan jarak lima meter dari pintu gerbang kediaman Adam. Tidak ada yang bisa ia lakukan, selain menuruti permintaan Damay yang tidak mengacuhkannya seharian penuh. Sudah terbiasa bersama, berdebat, sekaligus bercerita ke sana kemari, Banyu merasa ada yang kurang ketika Damay sama sekali menutup mulutnya sehari penuh. Bahkan, Banyu tidak bisa berkonsentrasi ketika berada di kantor, karena telepon dan chatnya tidak ada yang direspons satu pun hari ini. “Kamu, cuma akan dapat sakit hati kalau bicara dengan mamaku,” tambah Banyu kembali memperingatkan sang istri. “Dan kalau kamu sampai sakit hati, aku nggak mau kena imbasnya.” Damay menatap pagar menjulang yang berada tidak jauh darinya. Mendadak, hatinya menjadi ragu karena peringatan Banyu barusan. Padahal, sepanjang hari ini Damay sudah menyiapkan diri, jika Banyu mendadak mengajaknya pergi untuk menemui Selly. Bagaimana, jika Damay menerima ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Bukan Istri Sah   Inisiatif

    Semakin dekat Banyu melangkah menuju dapur, aroma yang pernah merasuk ke indra penciumannya dahulu kala, semakin membuat perutnya lapar. Banyu masih ingat dengan jelas saat pertama kali Damay memasak di rumahnya. Menu rumahan sederhana, yang mampu membuat Banyu menahan air liur dan gejolak di dalam perutnya. Sayangnya, Damay yang terlanjur kesal kala itu, memberikan seluruh hasil masakannya untuk di makan oleh Umar dan Aras di pos depan. Alhasil, Banyu sama sekali tidak sempat merasakan sedikit pun masakan gadis itu. Oleh sebab itu, pagi ini Banyu meminta Damay untuk memasak menu sarapan yang sama seperti tempo hari. “Sudah selesai?” tanya Banyu ketika langkah kakinya baru menginjak lantai dapur. Sembari menghampiri Damay yang berada di depan kompor, Banyu melihat sayur sop dengan kepulan asap putihnya pada panci kaca. Di sebelahnya, sudah ada semangkuk sambal yang juga diminta oleh Banyu. “Tinggal nunggu ayam,” ujar Damay menoleh sebentar pada Banyu yang sedang menghampirinya. “I

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Bukan Istri Sah   Status Banyu

    Damay segera berdiri, ketika melihat Banyu baru berbelok di ujung lorong. Pria itu berjalan tegap seperti biasa, tapi kali ini pandangan yang dilemparkan keduanya tidak lagi penuh kebencian seperti dahulu kala.“Aku langsung masuk?” tanya Damay sudah melepas tasnya, tapi ia tidak melihat seorang pegawai wanita seperti dahulu kala.Banyu menggeleng, membuat ekspresi Damay berubah datar penuh tanya. “Ibumu, menolak untuk menerima kunjungan dari siapa pun.”Bahu Damay merosot hampa. Begitu pun dengan tubuh yang kembali ia hempas di atas kursi tunggu yang ada di lorong. Apa gerangan yang terjadi hingga Kyla tidak lagi ingin bertemu dengannya.“Pak Banyu … nggak bohong, kan?” Karena Banyu suka berbohong padanya dahulu kala, maka wajar rasanya jika Damay curiga akan sesuatu. Bagaimana bisa Kyla tidak ingin bertemu dengan Damay, satu-satunya putri dan keluarga yang dimiliki wanita itu saat ini.Bany menghela seraya duduk di samping sang istri. “Aku sudah pernah bilang, kalau ibumu nggak mau

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Bukan Istri Sah   Semua Duniaku

    Sejak menginjakkan kaki di pelataran kantor Banyu, satu dua pegawai yang kebetulan tengah berlalu lalang di sana spontan menghentikan pandangannya. Tatapan tanya dan ingin tahu, seolah sudah tertulis dengan jelas pada dahi mereka. Terlebih lagi, ketika melihat Banyu menggamit tangan Damay berjalan masuk ke dalam kantor. Namun, tidak ada satu pun yang berani melontarkan tanya, karena yang ada hanyalah anggukan hormat dan sapaan selamat siang. “Aku … berasa jadi nyonya-nyonya yang ada di drakor, Pak!” bisik Damay ketika mereka menaiki tangga. “Tiap ketemu karyawannya Bapak, mereka pada ngangguk gitu.” “Jangan norak.” Jika tidak sedang berada di kantor, Banyu rasanya ingin sekali menggigit bibir sang istri karena gemas. Bukannya marah atau ngambek, Damay justru tertawa pelan karena ledekan Banyu. “Aku norak banget, ya! Maklumlah, nyonya kaya baru, jadi rada syok lihatnya.” Banyu hanya bisa menggeleng, karena tingkah Damay yang terkadang bisa terlalu naif. Namun, hal itu juga yang mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • Bukan Istri Sah   Seluruh Sudut Rumah

    “Kenapa, foto akad nikah kemarin nggak ada yang bagus?”Damay mengeluh, sambil kembali menggeser seluruh foto akad nikahnya dengan Banyu di layar laptop. Kakinya sudah bersila di kursi kerja Banyu, sedangkan pria itu tengah duduk berselonjor di sofa sambil menatap tabletnya.Seperti permintaan Damay siang tadi, maka Banyu memperlihatkan semua foto akad nikah mereka yang tersimpan di laptop yang ada di ruang kerjanya di rumah. Banyu menyerahkan semuanya pada Damay, untuk memilih foto yang nantinya akan dicetak dan di pajang.“Bagus semua,” sanggah Banyu yang sudah melihat semua hasil foto akad nikah mereka. Jadi, Banyu tidak mengerti di mana letak tidak bagusnya menurut Damay.“Nggak, ya!” Damay balik menyanggah. “Mukaku di sini tertekan semua. Dari senyumnya juga kelihatan banget kalau nikahnya karena dipaksa.”“Dipaksa enak,” jawab Banyu sekenanya.Bibir Damay mengerucut sambil menutup laptop Banyu. Beranjak cepat menghampiri sang suami, lalu duduk di tepi sofa, tepat di samping Bany

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06

Bab terbaru

  • Bukan Istri Sah   Giveaway~~

    Halu Mba beb ... Kita langsung aja ya. Berikut ini daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak untuk Bukan Istri Sah. Plus, yang sudah ngasih usulan nama anaknya pak Banyu yaa. Amee la : 1.000 koin GN + pulsa 200rb ArPi Kim : 750 koin GN + pulsa 150 rb Zee Sandi : 500 koin GN + pulsa 100 rb Tralala : 350 koin GN + pulsa 50 rb Tyarini : 250 koin Gn + pulsa 25 rb RiztyrieM : 150 koin Gn + pulsa 20 rb Sila klaim via DM ke igeh saia yaa, @kanietha_ dan jangan lupa untuk follow lebih duluuh yaa. Atas semua atensinya untuk pak Banyu juga Damay, saia ucapkan terima kasih banyak-banyak. Kiss so muuch ....PS : Saia tunggu sampe tangga 28 Sept '22 pukul 12.00 siang hari yakk.Kalau masih belum setor, saia anggap HANGUS.🙏🙏🙏

  • Bukan Istri Sah   A Great Relationship

    “Haloo, cucu Eyang …” Airin langsung mengambil alih bayi tampan yang semakin menggemaskan dari gendongan Damay. Mengangkatnya setinggi kepala, lalu memberi ciuman gemas pada kedua pipi gembilnya. Bayi mungil yang sudah berusia tiga bulan itu, hanya bisa tertawa geli dengan ulah wanita yang sudah menganggapnya sebagai cucu sendiri. “Kamu titip sini aja sama Eyang, ya!” seru Airin berbicara pada bayi yang tersenyum melihatnya. “Biar daddy sama mami aja yang ke Kalimantan, sekalian bulan madu.” Seno menggeleng melihat tingkah istrinya, yang memang sangat merindukan seorang cucu. Tidak hanya Airin sebenarnya, tapi Seno juga berharap hal yang sama. Namun, apa mau dikata jika Bumi dan Tari masih belum kunjung diberi keturunan hingga saat ini. Keduanya sudah mengikuti program hamil dan menjalankan semua perintah dari dokter, tapi, sampai saat ini masih belum berhasil. Sejenak, Seno sempat berpikir. Bagaimana bila Damay dahulu kala benar-benar menjadi menantunya. Akan tetapi, Seno dengan s

  • Bukan Istri Sah   Demi Apapun

    Malam yang penuh ketegangan itu, akhirnya bisa dilewati Damay dan Banyu dengan rasa lega. Hanya berdua tanpa keluarga, dan benar-benar buta akan semua hal. Mereka hanya mengandalkan petunjuk dan perintah dokter, serta para perawat yang bertugas untuk mengecek kondisi Damay.Setelah ini, Banyu hanya akan memfokuskan diri dengan keluarga kecilnya. Baru kali ini Banyu benar-benar menghadapi semua ketegangan seorang diri. Tanpa support dari keluarga, yang dahulu kala pernah ia bela mati-matian. Hampir seluruh hidup Banyu, sudah ia curahkan pada Selly, maupun Tari. Namun, tidak satu pun dari keduanya datang, atau paling tidak, menghubungi Banyu melalui panggilan telepon.Hanya ada Adam, yang sesekali mengirimkan pesan untuk bertanya mengenai proses kelahiran cucunya. Sementara yang lain, seolah tenggelam bak ditelan bumi.Justru, orang lainlah yang kini terasa seperti keluarga bagi Banyu. Ada Airin, yang langsung menelepon pagi itu, ketika Damay mengabarkan bahwa sang bayi laki-lakinya sud

  • Bukan Istri Sah   Buruaan

    “Tarik napas.” Damay mengikuti instruksi Banyu, ketika kontraksinya mulai kembali datang. Sejak pria itu kembali dari kantor, yang dilakukan Damay hanyalah menempel pada sang suami. Saat kontraksi itu datang, yang diinginkan Damay hanya berada di dalam pelukan Banyu, dan menginginkan sang suami untuk mengusap punggung, maupun perutnya dengan perlahan. “Masih kuat?” tanya Banyu kembali memastikan kondisi istrinya. Banyu memang tidak bisa merasakan rasa sakit yang mulai kerap menghampiri sang istri. Namun, jika dilihat dari wajah pias disertai bulir keringat yang membasahi wajah Damay, Banyu yakin bahwa rasa sakit itu benar-benar luar biasa. Itu baru kontraksi, bagaimana jika waktu kelahiran itu akhirnya tiba? “Kuat.” Damay berujar lirih untuk menyemangati dirinya sendiri. Sudah hampir seharian ini Damay merasakan sakit yang tidak ada duanya. Sekujur tubuhnya, dari kepala hingga kaki sungguh merasakan semua nyeri tanpa terkecuali. “Tapi sakiiit.” “Sabar sebentar.” Banyu masih memeluk

  • Bukan Istri Sah   Iya, Daddy

    “Sebentar lagi aku tinggal, sebelum makan siang aku balik.” Jelang subuh, Damay mulai mengeluh sakit perut. Baik Airin maupun dokter yang menangani Damay, sudah berpesan agar jangan terlalu panik dalam menghadapi kontraksi jelang hari perkiraan lahir. Apalagi, jika rentang waktu kontraksi tersebut belumlah terlalu rapat, Namun, tidak dengan Banyu. Ketika ia mendengar keluhan yang berbeda dari sang istri, Banyulah yang merasa panik lebih dulu. Semua tas persiapan untuk pergi ke rumah sakit, langsung Banyu letakkan sendiri di bagasi mobil tanpa menyuruh siapa pun. Banyu ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri, jika semua persiapan sudah lengkap dan tidak ada yang kurang sama sekali. Tidak cukup sampai di situ. Begitu pagi menjelang, Banyu segera meminta Damay bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Karena ada meeting yang tidak bisa ditinggal Banyu pagi harinya, maka ia merasa lebih aman jika meninggalkan Damay di rumah sakit. “Tapi kalau ada apa-apa, cepat kabari aku,” tambah Ban

  • Bukan Istri Sah   Langsung Pulang

    “Nggak usah beli boks bayi, taruh aja di kasur, beres. Nggak ribet angkat-angkat.” Banyu masih berdiri di samping boks bayi, yang menarik perhatiannya. Namun, Damay sudah meninggalkannya karena tidak setuju membeli tempat tidur khusus untuk bayi mereka. Bukankah lebih aman jika bayi mungil mereka nantinya diletakkan di boks bayi, daripada di atas tempat tidur? Banyu yang masih ingin membeli tempat tidur untuk bayinya, bergegas menyusul Damay yang tengah berbicara dengan salah satu pramuniaga toko. Banyu menunggu sejenak, sampai Damay menyelesaikan obrolannya sembari menyerahkan daftar catatan perlengkapan bayi yang akan dibeli kali ini. “Bukannya lebih enak dan aman pake boks bayi?” ujar Banyu setelah pramuniaga toko pergi, untuk mencari dan mempersiapkan barang-barang pesanan Damay. “Tetanggaku yang pernah lahiran, nggak ada yang pernah beli boks bayi, aman-aman aja.” Mata Damay menyasar pada kursi tunggu yang berada di sebelah pintu bagian dalam. Kemudian, ia kembali meninggalkan

  • Bukan Istri Sah   Besok Pagi

    “Pak Banyuu.” Damay menempel pada bingkai pintu ruang kerja Banyu. Menguap sebentar, kemudian kembali melanjutkan ucapannya. “Kerjanya masih lama? Aku sudah ngantuk.” Banyu mengalihkan wajah dari laptop. “Tidur aja duluan.” Bagaimana Damay bisa tidur jika tidak ada Banyu di sampingnya. Jika siang hari, Damay memang sudah terbiasa tidur tanpa Banyu, karena suaminya itu memang harus bekerja. Namun, ketika malam menjelang seperti ini, Damay tidak bisa memejamkan mata kecuali ada Banyu di sampingnya. Hal ini sudah terjadi sejak awal-awal kehamilan Damay, dan ini pertama kalinya Banyu belum masuk ke kamar mereka, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. “Aku nggak bisa tidur,” keluh Damay kemudian berjalan masuk menghampiri Banyu. Damay mendudukkan dirinya di atas paha Banyu, lalu bersandar pada tubuh sang suami. “Nggak ada yang meluk.” Banyu terkekeh pelan, lalu merengkuh tubuh Damay dengan kedua tangannya. Semakin hari, istrinya itu semakin posesif, manja, dan tida

  • Bukan Istri Sah   Hati Damay

    “Ini pertama, dan terakhir kalinya kita pergi nonton.” Belum ada lima menit mereka berdua duduk berdampingan di dalam bioskop, Damay sudah menguap hingga berulang kali. Saat penerangan di dalam ruang mulai dimatikan, detik itu juga Damay langsung menutup mata dan merajut mimpinya dengan lelap. Menyisakan Banyu, yang pada akhirnya harus menonton film romantis pilihan sang istri, yang sangat membosankan seorang diri. Damay tergelak tanpa melepas tangannya yang bergelayut rapat pada lengan Banyu. “Ngajaknya, sih, pas jam aku tidur siang. Jadinya ngantuk, kan? Apalagi habis makan banyak di rumah bu Airin, tambah lengket mataku jadinya.” Banyu berdecak, tapi tersenyum kemudian saat melihat wajah Damay yang tampak ceria. Lebih baik seperti ini, daripada harus melihat sang istri menangis seperti pagi tadi. “Ini mau makan lagi? Pulang? Atau … ke mana?” “Cari tempat duduk, ngabisin pop corn, terus kita pulang.” Banyu tidak salah jika masih saja menganggap sang istri terlalu naif. Sebenar

  • Bukan Istri Sah   Sekali Aja

    Banyu membuka pintu kamar dengan perlahan. Menghela sejenak, saat melihat Damay sudah berbaring miring dengan memakai selimut yang dipakainya dengan asal. Tubuh Damay masih terlihat berguncang kecil, karena sesenggukan dengan sisa tangis yang belum kunjung hilang.Setelah mendengar semua isi perasaan Damay, Banyu akhirnya menyadari di mana letak kesalahannya. Tari dan keluarganya memang penting bagi Banyu, tapi mereka semua bukanlah hal yang utama setelah ia memiliki istri. Harusnya, Banyu bisa menempatkan diri ketika berada di situasi seperti sekarang.Damay benar tentang Tari. Harusnya, Banyu tidak perlu lagi memikirkan Tari karena sang adik sudah memiliki keluarga sendiri. Tari sudah dewasa dan bahagia bersama Bumi. Jadi, Banyu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan bagaimana perasaan Tari saat ini.Banyu naik ke atas tempat tidur dan langsung membaringkan tubuh di samping Damay. Memeluk istrinya dari belakang, kemudian mengusap perut buncit itu dengan perlahan.“Mau ke tempat bu Airi

DMCA.com Protection Status