Home / Rumah Tangga / Bukan Istri Sah / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Bukan Istri Sah: Chapter 101 - Chapter 110

116 Chapters

Ayo

Kedatangan Damay ke rumahnya bersama Banyu siang itu, jelas membuat Airin cukup terkejut. Tidak ada angin, tidak ada hujan, maupun kabar berita, sepasang suami istri itu datang sambil membawa beraneka macam makanan untuk Airin. Salah satunya merupakan masakan Damay, yang memang dikhususkan untuk Airin dan Seno. Akan tetapi, ada satu hal yang membuat Airin tampak bahagia dengan tulus dan ikhlas. Dari binar wajah Damay yang ceria itu, Airin dapat menyimpulkan jika pernikahan keduanya berjalan bahagia. “Makasih ya, May! Besok-besok, kalau mau ke sini, ke sini aja, nggak usah repot bawa begini.” Airin dengan segera meminta Imah untuk membawa semua makanan yang ada di atas meja tamu ke belakang. “Nggak repot, kok, Bu,” sanggah Damay masih menautkan jemari tangan kirinya dengan Banyu. “Bu Airin sama bapak sehat aja, kan?” Airin tersenyum hangat. Jika diperhatikan lagi, Damay sebenarnya adalah gadis yang baik. Penampilannya sederhana, masih muda, manis, dan hasil masakannya pun tidak per
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more

Puas

“Tuh, kan, hamil, kan!” Bukannya tidak senang ketika dinyatakan hamil oleh sang dokter kandungan beberapa waktu lalu, tapi, Damay hanya belum siap. Damay khawatir, tidak bisa menjadi ibu yang baik karena usianya masih terlalu muda. “Masih ingat kata bu Airin?” Banyu merangkul Damay yang masih terduduk di kursi besi ruang tunggu, untuk melihat hasil USG kehamilannya. “Kamu harus bersyukur, karena nggak semua orang bisa langsung hamil setelah menikah.” Reflek, Damay merebahkan kepalanya di pundak Banyu. Dengan menghela panjang, Damay mengusap perutnya yang memang terasa sedikit keras. “Kata tetanggaku dulu, ibuku sama almarhum bapak itu nikah muda. Lulus SMA mereka nikah, terus langsung hamil juga. Tapi, waktu aku lahir, semuanya diurus sama nenek, karena ibu nggak tahu apa-apa. Terus, nanti kalau aku lahiran, yang bantuin ngurus anakku siapa?” Kyla masih ada di penjara, sementara Damay tidak mungkin mengeluh dan meminta tolong kepada ibu mertuanya. Terlintas bayangan Airin di kepal
last updateLast Updated : 2022-09-09
Read more

Harap Maklum

Benar tebakan Banyu. Wajah Adam langsung berbinar, ketika Banyu menyodorkan ponsel dengan foto USG calon bayinya di dalam sana. Sorot mata bahagia itu, tidak bisa ditepis dan terlihat jelas saat kedua jari keriput itu tengah sibuk melebarkan gambar, dan mengecilkannya berulang kali. Meskipun hanya dominan warna hitam putih dan sebuah bulatan yang terlihat di sana, tapi Adam tidak bisa menyembunyikan rasa sukacitanya. “Kejar setoran ini namanya. Sebulan, langsung isi.” Adam tertawa lepas sambil menyerahkan kembali ponsel Banyu. “Kirimkan ke papa.” Banyu pun ikut terkekeh pelan, dengan rasa hangat yang menyelimuti hatinya. Kehamilan yang tidak direncanakan, tapi Banyu tidak menampik jika ia juga mengharapkan hal tersebut. Bagi Banyu, kapan pun Damay hamil nantinya sungguh bukan masalah. Bahkan, ketika Damay mengatakan tidak siap pun, Banyu tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Namun, Banyu memang sengaja tidak mengingatkan Damay untuk membeli pil kontrasepsi, seperti yang serin
last updateLast Updated : 2022-09-09
Read more

Awas Aja

Tujuan utama Banyu setelah menginjakkan kaki di rumah, adalah dapur. Ia hendak meletakkan kepiting yang baru saja dibelinya, setelah itu bergegas ke kamar untuk mendatangi sang istri. Namun, Banyu langsung membelokkan langkahnya ketika melihat Damay tengah duduk sendiri di ruang makan. Gadis itu tengah menikmati potongan paha ayam dengan lahap, tanpa terlihat ada nasi yang menyertainya. “Lapar, Bu?” Damay diam. Tidak menyahut, karena tidak suka dengan panggilan yang disematkan Banyu untuknya. Hanya sebuah lirikan singkat yang Damay berikan pada Banyu, kemudian kembali melahap ayah panggangnya. “Aku bawa kepiting.” Banyu meletakkan bungkusan yang dibawanya, lalu duduk di samping Damay. “Kepiting?” Damay langsung meletakkan ayam panggangnya. Mengambil bungkusan di atas meja lalu membukanya dengan cepat, begitu aroma kepiting saus Padang itu merasuk tajam ke dalam hidung, Damay segera bangkit untuk berlari ke dapur. Semua isi perut yang baru saja terisi, langsung ia muntahkan ke dal
last updateLast Updated : 2022-09-10
Read more

Gala Dinner

Untuk pertama kalinya, malam ini Banyu mengajak Damay untuk menghadiri sebuah gala dinner yang diadakan Pemprov, di sebuah hotel berbintang. Untuk pertama kalinya juga, Banyu hadir dengan status baru sebagai seorang suami, yang membawa istrinya untuk menghadiri sebuah acara penting.Akhirnya, semua orang bisa memastikan dengan mata kepalanya sendiri, bahwa Banyu memang sudah menikah. Sepasang cincin yang melingkar di jari manis keduanya, bisa menjadi pertanda bahwa Banyu dan gadis yang digandengnya memang sudah menikah. Ditambah lagi, belakangan ini memang santer terdengar gosip bahwa Banyu sudah menanggalkan masa lajangnya dengan menikah diam-diam.Gosip tersebut juga santer terdengar dari mulut pada karyawan Banyu, yang bertemu dengan beberapa klien di luar. Belum lagi, dua buah foto yang terpajang di dinding, dan meja ruang kerja Banyu di kantor, semakin menguatkan bahwa pria itu memang sudah benar-benar menikah. Gadis manis yang sempat dibawa Banyu ke kantor saat itu, bukanlah kek
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Belum Tuntas

Karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, maka Banyu tidak menghalau Bumi untuk menghampiri mereka dan duduk di meja yang sama. Paling tidak, hanya beberapa menit sebelum acara dimulai kemudian Bumi harus pergi dan kembali ke mejanya. “Kamu … beneran hamil?” tanya Bumi harus bebicara dengan adanya Banyu, yang duduk sebagai penengah antara dirinya dan Damay. Sejak mengetahui kabar tersebut di kediaman Adam tempo hari, akhirnya Bumi bisa bertemu langsung dengan Damay, meskipun situasinya tidak mengenakkan seperti sekarang. Tatapan Bumi pun terhalang oleh Banyu yang terlihat sangat posesif, sehingga ia tidak bisa memperhatikan bagian perut gadis itu untuk memastikan. Namun, jika dilihat dari wajah, pipi Damay memang tampak chubby dan bobot tubuhnya juga terlihat sedikit bertambah. Satu yang pasti, gadis itu sungguh terlihat memukau malam ini dan Bumi baru menyadarinya. “Sudah, sekarang usianya dua bulan,” sambar Banyu mengambil alih jawaban sang istri. “Ada lagi yang mau kamu
last updateLast Updated : 2022-09-12
Read more

Perasaan Damay

Minggu pagi yang sangat tenang. Matahari tidak terlihat terik, membuat udara yang menyelimuti pagi ini cukup terasa sejuk. Damay tengah bersantai pada daybed di samping kolam renang, yang baru dibeli beberapa hari yang lalu. Sementar Banyu, dari tadi masih sibuk meregangkan tubuh untuk pemanasan, sebelum menceburkan diri ke kolam renang. “Pak Banyu, siangan tempat bu Airin, ya!” ujar Damay sambil terus mengetikkan sesuatu di layar perseginya. “Bu Airin mau bikin rujak katanya. Barusan dari pasar, beli buah banyak.” Banyu baru saja hendak mencemburkan diri, tapi langsung ia urungkan. Semakin ke sini, Damay justru semakin dekat dengan Airin. Jika merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan, atau ingin mencari tahu beberapa hal tentang kehamilan, Damay pasti menghubungi Airin terlebih dahulu daripada dokternya sendiri. Bukannya Banyu tidak suka dengan keakraban mereka, tapi ada hati Tari yang sebenarnya juga harus dijaga. Hingga usia kandungan Damay yang memasuki trimester kedua, Tari mas
last updateLast Updated : 2022-09-12
Read more

Sekali Aja

Banyu membuka pintu kamar dengan perlahan. Menghela sejenak, saat melihat Damay sudah berbaring miring dengan memakai selimut yang dipakainya dengan asal. Tubuh Damay masih terlihat berguncang kecil, karena sesenggukan dengan sisa tangis yang belum kunjung hilang.Setelah mendengar semua isi perasaan Damay, Banyu akhirnya menyadari di mana letak kesalahannya. Tari dan keluarganya memang penting bagi Banyu, tapi mereka semua bukanlah hal yang utama setelah ia memiliki istri. Harusnya, Banyu bisa menempatkan diri ketika berada di situasi seperti sekarang.Damay benar tentang Tari. Harusnya, Banyu tidak perlu lagi memikirkan Tari karena sang adik sudah memiliki keluarga sendiri. Tari sudah dewasa dan bahagia bersama Bumi. Jadi, Banyu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan bagaimana perasaan Tari saat ini.Banyu naik ke atas tempat tidur dan langsung membaringkan tubuh di samping Damay. Memeluk istrinya dari belakang, kemudian mengusap perut buncit itu dengan perlahan.“Mau ke tempat bu Airi
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

Hati Damay

“Ini pertama, dan terakhir kalinya kita pergi nonton.” Belum ada lima menit mereka berdua duduk berdampingan di dalam bioskop, Damay sudah menguap hingga berulang kali. Saat penerangan di dalam ruang mulai dimatikan, detik itu juga Damay langsung menutup mata dan merajut mimpinya dengan lelap. Menyisakan Banyu, yang pada akhirnya harus menonton film romantis pilihan sang istri, yang sangat membosankan seorang diri. Damay tergelak tanpa melepas tangannya yang bergelayut rapat pada lengan Banyu. “Ngajaknya, sih, pas jam aku tidur siang. Jadinya ngantuk, kan? Apalagi habis makan banyak di rumah bu Airin, tambah lengket mataku jadinya.” Banyu berdecak, tapi tersenyum kemudian saat melihat wajah Damay yang tampak ceria. Lebih baik seperti ini, daripada harus melihat sang istri menangis seperti pagi tadi. “Ini mau makan lagi? Pulang? Atau … ke mana?” “Cari tempat duduk, ngabisin pop corn, terus kita pulang.” Banyu tidak salah jika masih saja menganggap sang istri terlalu naif. Sebenar
last updateLast Updated : 2022-09-15
Read more

Besok Pagi

“Pak Banyuu.” Damay menempel pada bingkai pintu ruang kerja Banyu. Menguap sebentar, kemudian kembali melanjutkan ucapannya. “Kerjanya masih lama? Aku sudah ngantuk.” Banyu mengalihkan wajah dari laptop. “Tidur aja duluan.” Bagaimana Damay bisa tidur jika tidak ada Banyu di sampingnya. Jika siang hari, Damay memang sudah terbiasa tidur tanpa Banyu, karena suaminya itu memang harus bekerja. Namun, ketika malam menjelang seperti ini, Damay tidak bisa memejamkan mata kecuali ada Banyu di sampingnya. Hal ini sudah terjadi sejak awal-awal kehamilan Damay, dan ini pertama kalinya Banyu belum masuk ke kamar mereka, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. “Aku nggak bisa tidur,” keluh Damay kemudian berjalan masuk menghampiri Banyu. Damay mendudukkan dirinya di atas paha Banyu, lalu bersandar pada tubuh sang suami. “Nggak ada yang meluk.” Banyu terkekeh pelan, lalu merengkuh tubuh Damay dengan kedua tangannya. Semakin hari, istrinya itu semakin posesif, manja, dan tida
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status