Bab 56Sebuah Ikhtiar Akhirnya aku mengobrol lagi dengan Hilda. Dia datang ke rumah sesuai bdengan janjinya. Penampilan perempuan cantik itu terlihat kurang sehat, matanya satu dengan kantong mata yang gelap dan bibirnya pun pucat. "Kamu baik-baik aja, Hil?" "Baik-baik aja, kok, Mbak." Dia tersenyum, tetapi jelas keadaannya sangat bertolak belakang dari ucapannya itu."Kamu begadang, ya, semalam?" Bukan hanya begadang, kurasa dia juga menangis semalaman penuh setelah meneleponku. "Aku udah berusaha buat nggak bergadang, Mbak. Tapi, mataku nggak mau terpejam." Dia tertawa, bahkan suaranya saja terdengar sumbang. "Karena suamimu?"Dia mengangguk dan aku hanya bisa diam dan mencoba untuk tidak membuatnya dalam suasana hati yang semakin buruk. "Ngomong-ngomong, Mbak. Suami Mbak Mela baik-baik aja, 'kan? Maksudku Mbak Mega nggak pernah cerita apa pun soal masalah itu. Bukan bermaksud apa-apa, cuma takutnya aku yang banyak curhat begini bikin Mbak jadi nambah terbebani. Bagaimanapun,
Read more