Share

Usahanya Menghiburku

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-21 05:36:10

Bab 52

Usahanya Menghiburku

“Kamu salah paham, Dek. Mana mungkin aku melakukan hal kayak gitu?!” Mas Saleh terus saja menyangkal.

“Kalau aku salah paham, apa kamu bisa jelasin siapa orang yang foto hot sama Tante Faby? Coba jelasin apa pekerjaan kamu sampai nggak lama kamu udah punya uang buat beli rumah!”

“Dek, i-itu jelas bukan aku!” Dia menunjuk-nunjuk ponsel yang ada di tanganku. “Dilihat dari manapun juga, itu sama sekali nggak ada kesamaan! Mungkin cuma mirip aja kali, Dek. Udahlah, kamu kebanyakan nonton sinetron istri yang tersakiti jadi gampang curiga sama suami sendiri!”

Mas Saleh melengos. Dia berusaha untuk menghindari tatapanku. Jelas kalau dia sedang berbohong.

“Mas, apa kamu berpikir kalau permintaanku buat cerai itu hanya omong kosong?! Aku serius, Mas!”

“Hush! Kamu jangan asal bilang begitu! Nggak baik. Kalau tetangga dengar bagaimana?! Bisa jadi gosip tetangga kita, Dek!”

“Kita, terutama kamu udah lama jadi bahan gunjingan para tetangga. Itu bukan sesuatu yang b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Harga Diri dan Hidup Layak

    Bab 53Harga Diri dan Hidup Layak"Maaf karena buat kamu nunggu lama dan nggak balas pesan kamu. Itu karena kami, Pak RT, aku dan si pembeli tanah itu lagi fokus berdiskusi mengenai harga tanah sampai ngurus sertifikatnya juga. Aku nggak sadar kalau sampai larut malam. Hehehe." Terdengar dentingan piring dan sendok hingga tombol gas yang akhirnya dimatikan. Sejak tadi dia berbicara, aku tidak memperhatikannya dan seolah-olah permukaan meja jauh lebih menarik daripada suamiku sendiri. Sampai aku baru sadar dia sudah menyiapkan sepiring nasi goreng dan telur mata sapi untukku dan satu piring lagi untuknya. "Kamu tahu kalau aku paling jago bikin nasi goreng. Lama banget rasanya baru pegang wajan sama spatula. Hahah.""Mas," panggilku pelan, menginterupsi tawanya dengan mata yang tertuju pada sepiring nasi goreng di hadapanku."Akhirnya kamu menyauti ucapanku, Dek. Dari tadi rasanya aku kayak bicara sama tembok.""Aku hargai kerja keras kamu buat menghiburku," kataku mengabaikan ucapan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bimbang

    Bab 54Bimbang"Tapi, aku nggak bisa hidup susah terus menerus, Dek.""Kamu bilang kalau kamu ngelakuin semua pekerjaan itu buat aku sama Kevin," protesku lagi. "Kamu bilang bahwa semua usahamu hanya untuk kami. Kamu rela melakukan apa saja agar kami bisa bahagia. Dan aku, terus Kevin juga jauh lebih bahagia dan tenang tanpa harus kamu ngasih kami kemewahan."Mas Saleh mulai terlihat bimbang. Aku bisa melihat dari kedua bola matanya yang bergetar. "Aku juga akan terus berusaha menjadi istri dan ibu yang baik. Aku nggak peduli apa kata orang lain asal kamu juga begitu. Kita suami istri, gimanapun susah senang, kamu juga aku rasakan.""Tapi, rasanya sulit, Dek.""Bagian mana yang sulit? Apa kamu merasa sulit buat menerima caci maki dari orang lain?"Dia menganggukkan kepala."Kita bisa melewatinya. Usaha dan doa kita harus lebih gencar lagi agar bisa memiliki kehidupan yang layak, tapi berkah. Intinya harus sabar, Mas. Kita sabar bersama-sama dan lewatin semua rintangan sambil berpegan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Cemas

    Bab 55CemasMas Saleh marah saat kami sudah berada di rumah. Dia marah karena aku otak-atik ponselnya sampai menghilangkan beberapa nomor kontak. Dia tidak berbicara denganku, bahkan sampai kami mau tidur. “Mas ….” Aku menusuk-nusuk lengannya menggunakan jemari telunjuk. Saat ini dia berbaring membelakangiku. Tidak ada tanggapan sama sekali, meski aku tahu kalau dia saat ini masih terjaga. “Aku salah, aku minta maaf karena nggak minta izin dulu sama kamu. Itu karena kamu pasti akan beralasan ini itu dan nggak akan mengizinkaku—“ Masih tidak ada jawaban.“Kamu nggak tidur, ‘kan, Mas?”Aku berdecak kesal. Dia selalu begini kalau sedang marah. Mengabaikanku dan diam seribu bahasa. Karena tidak bisa tidur, aku memilih beranjak dari tempat tidur dan menuju ke ruang tamu. Sekarang sudah lewat jam 10.00 malam, Kevin sudah pasti tengah tertidur pulas, sedangkan Mas Saleh entah sudah tertidur atau belum.Karena seharian aku berada di luar, jadi belum sempat merekap pesanan untuk besok. Sam

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Sebuah Ikhtiar

    Bab 56Sebuah Ikhtiar Akhirnya aku mengobrol lagi dengan Hilda. Dia datang ke rumah sesuai bdengan janjinya. Penampilan perempuan cantik itu terlihat kurang sehat, matanya satu dengan kantong mata yang gelap dan bibirnya pun pucat. "Kamu baik-baik aja, Hil?" "Baik-baik aja, kok, Mbak." Dia tersenyum, tetapi jelas keadaannya sangat bertolak belakang dari ucapannya itu."Kamu begadang, ya, semalam?" Bukan hanya begadang, kurasa dia juga menangis semalaman penuh setelah meneleponku. "Aku udah berusaha buat nggak bergadang, Mbak. Tapi, mataku nggak mau terpejam." Dia tertawa, bahkan suaranya saja terdengar sumbang. "Karena suamimu?"Dia mengangguk dan aku hanya bisa diam dan mencoba untuk tidak membuatnya dalam suasana hati yang semakin buruk. "Ngomong-ngomong, Mbak. Suami Mbak Mela baik-baik aja, 'kan? Maksudku Mbak Mega nggak pernah cerita apa pun soal masalah itu. Bukan bermaksud apa-apa, cuma takutnya aku yang banyak curhat begini bikin Mbak jadi nambah terbebani. Bagaimanapun,

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-24
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Tentang Saleh

    Bab 57Tentang SalehPOV SalehAku tahu bahwa istriku adalah wanita yang bijak, baik hati dan penyayang terhadap keluarganya. Dia adalah takdir indah yang pernah kutemui sepanjang hidupku.Menikahinya adalah sebuah keberuntungan yang tidak bisa aku jabarkan dengan kata-kata. Hanya saja, memiliki sebuah kehidupan di mana bisa dihina siapa saja membuatku merasa bersalah kepadanya dan anak kami."Aku mau kamu kembalikan semua pemberian dari tante Feby," kata dia saat kami tengah ngobrol. Sudah menjadi kebiasaan setelah aku pulang dan menyantap makan malam yang dia buat, kami sering mengobrol banyak atau sekedar nonton TV bersama.Sesekali, memang aku lebih fokus kepada ponselku sendiri karena di jam-jam seperti ini, jika tidak mendapat panggilan dari Tante Feby, aku membalas chat dari beberapa calon klienku. Masih bernegosiasi, tentang masalah harga dan yang lainnya. Tentu saja bahasa yang digunakan juga harus halus dan bisa mengundang perhatian mereka. Gampangnya adalah, aku harus meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-26
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Pengembalian

    Bab 58PengembalianKeesokan paginya, Mas Joko sudah membawa beberapa barang seperti baju, sepatu, tas, dan jam tangan. Kamu adalah barang pemberian dari Tante Feby. Seperti yang sudah kami bicarakan tadi malam bahwa semua barang pemberian atau hasil dari pekerjaan sampingan Mas Saleh itu harus dikembalikan. Aku juga menagih uang yang jumlahnya puluhan juta sebelumnya pernah diperlihatkan melalui sebuah cek. Aku yakin masih ada uang lain ya disimpan oleh Mas Joko karena hanya dengan cek itu saja dia tidak mungkin meminta untuk membeli rumah baru."Kamu yakin cuma ini aja, Mas?" tanyaku. "Uangnya nggak ada di simpan di tempat lain? Coba kamu ingat-ingat barangkali kelupaan." Sambil menyimpan barang-barang itu ke dalam paper bag, aku menanyainya. "Kamu benar-benar teliti, ya?" Ada protes di ucapannya, tetapi kendati demikian dia tetap mengeluarkan beberapa cek lain. Lalu, sebuah kartu kredit atas nama Tante Feby. Lihat kartun itu aku menghentikan kegiatanku dan menatap tak percaya pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Akhir Yang Berbeda

    Bab 59Akhir yang BerbedaSetelah selesai urusan dengan Tante Feby, aku langsung pulang. Di rumah pasti Mas Saleh sedang menungguku. Rasa lega sekali setelah selesai mengurus pengembalian semua barang yang didapat Mas Saleh dari Tante Feby. Seperti beban di pundakku selama ini telah hilang. Saat ini waktunya untuk fokus kami memulai lembar kehidupan baru. Tentang ucapan Tante Feby sebelumnya tentang kemungkinan Mas Saleh punya klien selain dia, aku sudah melihatnya saat meminjam ponsel suamiku itu. Memang, yang dekat dengannya melalui chat tidak hanya satu dua saja. Namun, dari semua yang aku periksa, tidak sampai ada yang mengajaknya bertemu. Kurasa belum, karena seperti masih dalam tahap bernegosiasi. Aku mendapat telepon dari Mas Saleh saat aku sedang naik angkutan umum. “Assalamu’alaikum, Mas.”“Wa’alaikum salam,” jawabnya dari seberang telepon. “Dek, kamu udah masih lama, ya?”“Nggak, kok, Mas. Ini lagi naik angkot.” Kutolehkan kepala ke jendela. “Udah setengah jalan. Sebentar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Kebusukan Yang Terbongkar

    Bab 59Kebusukan yang TerbongkarHari ini aku datang ke rumah Mas Mamat untuk menanyakan tentang kesediaannya untuk meminjamkan modal kepadaku atau tidak. Berhubung ini adalah hari libur, jadi aku datang tanpa Mas Saleh dan Kevin.Bukan apa-apa, hanya untuk berjaga-jaga saja kalau nanti Mas Mamat dan istrinya menanyakan tentang pekerjaan Mas Saleh, aku tidak mau Mas Saleh jadi tertekan. Biarkan saja mereka tidak tahu apa pekerjaan suamiku selama ini.“Assalamu’alaikum.” Kuketuk pintu rumah Mas Mamat. Sebelumnya aku sudah mengabarinya kalau akan datang ke sini. Tentu saja agar tidak mengganggu aktivitas mereka.“Wa’alaikum—“ Jawaban salam itu tidak selesai saat kedua mata Mbak Desi mendapati kehediranku. Tampaknya dia tidak tahu kalau aku akan datang. Wajahnya seketika berubah menjadi masam, sedikit terkejut juga saat pertama kali tatapan kami bertemu. “Mau apa kamu ke sini?!” Dan respons ucapannya pun sangat ketus.“Mas Mamatnya ada, Mbak?” tanyaku dengan sedikit melempar senyum. “Kem

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06

Bab terbaru

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ending

    EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 117

    Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 116

    Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 115

    Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 114

    Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 113

    Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 112

    Bab 112"Kenapa kamu jadi bentak-bentak aku?! Emangnya apa yang salah, hah? Orang Kamu yang bilang sendiri waktu dulu, kok. Kamu butuh uang yang banyak karena nggak mau jadi bahan tertawaan dan ejekan teman, tenagga dan saudara sendiri!" Tidak mau kalah, Febi membalas dengan suara yang lebih nyaring. Hal itu tentu saja membuat orang-orang di sekitar mereka memperhatikan keduanya dengan tatapan heran sekaligus tatapan seolah mereka terganggu. Pelayan yang sedang menyajikan makanan di atas meja Mereka pun sampai melirik takut-takut baik kepada si wanita maupun pria."Tapi itu dulu, tante! Itu karena aku benar-benar putus asa! Aku nggak mau dipandang rendah sama orang lain! Tante mungkin nggak merasakan gimana penderitaanku saat itu karena tante emang nggak pernah kekurangan uang sama sekali!" Wajah Saleh memerah dengan bola mata yang melotot dan seolah hampir keluar hanya dengan satu kali hentakan saja. Dia tidak peduli dengan Bagaimana pandangan orang di sekitar melihatnya.. sudah ter

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 111

    Bab 111“Ini, aku serius. Kalau aku jadi cowok, udah naksir berat sama Mbak Mega.” Hilda masih tetap bersikeras menjadikan mantan bosnya itu sebagai topik pembicaraan kali ini.“Kenapa mikirnya begitu?”“Yah, Mas ini nggak peka atau emang nggak peduli, sih?”“Apa bedanya?”Hilda terkikik. “Ya emang, sih. Apa yang bisa diharapkan sama Mas Ari? Hidupnya seakan terjebak dalam tempurung kelapa. Masa lalu masih aja menjadi alasan buat nggak melirik orang lain.” Dia mencibir, tidak peduli dengan eskpresi Ari yang hampi seperti ingin memakannya.“Nggak punya kaca atau emang udah lupa kalau kamu punya muka?” tukasnya tak mau kalah. “Orang yang punya masalah sama kenapa harus saling meledek, sih?” Jeda sesaat untuknya meminum es hingga tandas. “Kamu juga harus ingat kepada siapa kamu mengadu soal perceraianmu dan berapa lama kamu menggalau.”Hilda meringis. Mana mungkin dia lupa tentang masalah yang menjadi titik balik kehidupannya? Dia dan mantan suami yang berakhir dengan perpisahan. Masalah

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 110

    Bab 110Retno masih menangis tersedu-sedu di rumahnya. Saat ini sudah ada Mega dan Hilda yang berkunjung. Setelah insiden Retno yang tertangkap melakukan pencurian di toko dia terus menyesali perbuatannya setiap kali berhadapan dengan mantan bos dan rekan kerjanya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa bersalah. "Kami ke sini bukan untuk melihat kamu menangis, melainkan mau melihat ibumu." Hilda yang tidak tega melihat tangisan Retno akhirnya bersuara. Sementara Mega mengeluarkan tisu dari tasnya. Dia mengulurkan tisu itu untuk Retno. "Di sini juga ada kesalahan kami karena tidak terlalu memperhatikan kesulitan kamu. Mau bagaimanapun juga kamu tetap bagian dari rekan kami yang seharusnya mendapatkan perhatian yang layak." Dia menambahkan, mencoba untuk menenangkan gadis itu.Retno membersit hidungnya sebelum menjawab, "Tetap aja saya merasa bersalah karena sudah melakukan hal yang memaluka, Mbak.""Kalau kamu merasa bersalah dan malu, aku rasa itu udah cukup. Tandanya, kamu nggak meny

DMCA.com Protection Status