Share

Harga Diri dan Hidup Layak

Bab 53

Harga Diri dan Hidup Layak

"Maaf karena buat kamu nunggu lama dan nggak balas pesan kamu. Itu karena kami, Pak RT, aku dan si pembeli tanah itu lagi fokus berdiskusi mengenai harga tanah sampai ngurus sertifikatnya juga. Aku nggak sadar kalau sampai larut malam. Hehehe." Terdengar dentingan piring dan sendok hingga tombol gas yang akhirnya dimatikan.

Sejak tadi dia berbicara, aku tidak memperhatikannya dan seolah-olah permukaan meja jauh lebih menarik daripada suamiku sendiri. Sampai aku baru sadar dia sudah menyiapkan sepiring nasi goreng dan telur mata sapi untukku dan satu piring lagi untuknya.

"Kamu tahu kalau aku paling jago bikin nasi goreng. Lama banget rasanya baru pegang wajan sama spatula. Hahah."

"Mas," panggilku pelan, menginterupsi tawanya dengan mata yang tertuju pada sepiring nasi goreng di hadapanku.

"Akhirnya kamu menyauti ucapanku, Dek. Dari tadi rasanya aku kayak bicara sama tembok."

"Aku hargai kerja keras kamu buat menghiburku," kataku mengabaikan ucapan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status