Dewi menggigit bibir dan menyesali perbuatannya. Ani telah berjuang mati-matian untuk mengambil pisau tersebut. Itu adalah satu-satunya peluang terbaik yang mereka punya, dan dia tidak boleh membuat satu kesalahan pun.Pak Murad si pria yang berkacamata emas itu masih terus menatapnya dari kejauhan. Pria itu bahkan kini menyipitkan matanya untuk melihat Dewi dengan jeli. Sungguh beruntung, tak lama kemudian pria itu pun memalingkan wajahnya. Sepertinya dia tidak merasa curiga.“Ani, ayo terus, dorong pisau itu ke padaku. Sedikit lagi, ayo, terus!” Dewi semakin tidak sabar melihat kaki Ani yang hanya tinggal beberapa senti meter lagi. Ani mengerahkan seluruh kekuatannya yang masih tersisa. Setelah berjuang mati-matian mendorong pisau tersebut, akhirnya Ani pun berhasil.Tidak mau menunggu lebih lama, Dewi segera menarik pisau tersebut dengan kakinya. Ia berhasil meraih pisau tersebut, dan kemudian langsung menjepitnya dengan ibu jari kaki kanannya. Ia sangat terburu-buru. Karena mereka
Baca selengkapnya